Senin, 14 September 2009

Paradigma, Konvensi dan Relativisme Ilmiah

1. Pengantar

Thomas Samuel Kuhn adalah seorang filosof Amerika Serikat, lahir tanggal 18 Juni 1922 di Cincinnati, Ohio dan meninggal 17 Juni 1996 di ambridge Massachuusetts USA.

Karya-karyanya adalah :

1. The Structure of Scientific Revolutions, 1962
2. The Essential Tension; selected studies in Scientific Tradition and Change, Chicago and London; University of Chicago Press, 1977

Pemikirannya merupakan pemberontakan terhadap paradigma positivisme seperti yang dilakukan Karl Raimund Popper, Paul Feyer Bend, Stephen Tonkmin. 'Seorang ilmuwan harus jelas melihat instrumetal metodologis yang semuanya merupakan pertautan yang dibutuhkan bagi pemecahan teka teki untuk program riset ilmu pengetahuan normal selanjutnya.

2. Pokok-pokok Pemikiran Kuhn

Kuhn menekankan pentingnya pemahaman tentang sejarah ilmu pengetahuan sebagai titik tolak bagi semua riset dan pemahaman ilmiah.
3. Pengertian Paradigma

Paradigma berarti pola, model atau skema pemahaman aspek-aspek tertentu tentang realitas. Peralihan atau pergantian paradigma lama keparadigma baru menuntut perubahan perspektif (ontologi, epistemologi, metodologi atau seara menyeluruh sehingga pergantian paradigma itu adalah suatu yang sulit. Karena itu Kuhn mengibaratkan pergeseran ini seperti pergantian agama atau kepercayaan.

4. Revolusi Ilmiah dan Teori Gestalt
Paradigma merupakan cara pandang terhadap dunia dan contoh-contoh prestasi atau praktek ilmiah konkreat. Paradigma itu menjadi pedoman bagi kegiatan ilmiah dalam masa ilmu pengetahuan normal (normal science). Berdasarkan paradigma itulah ilmuwan mengembangkan ilmu pengetahuan pada bidangnya masing-masing.
Paradigma ilmiah setelah munculnya pemikiran filosofis dari Aristoteles, filsuf Yunani dengan teorinya fenomena alam, tentang benda jatuh. Dalam teori Aristoteles, mengemukakan teori yang sifatnya teologis yaitu semua yang ada di alam ini mempunyai tujuan dan salah satu tujuan alam adalah keinginan untuk kembali ke asalnya. Buah dan benda-benda jatuh karena alasan teologis itu yaitu kerinduan untuk kembali keasalnya. Beberapa penjelasan Aristoteles dan pemikiran Yunani mulai tidak memuaskan para ilmuwan Renaisans dari Ptolemens yang selama masa abad Pertengahan diterima oleh kalangan Gereja. Paradigma ini tidak memuaskan dan tidak menyelesaikan paradigma lama yang disebut dengan anomalis.
Bila anomalis makin lama makin banyak, maka tumbuh ketidakpercayaan pada paradigma lama, situasi ini disebut dengan crisis. Munculnya teori gravitasi Newton menggantikan paradigma baru menggantikan paradigma lama secara radikal oleh Kuhn disebut Revolusi Ilmiah. Kuhn menyatakan bahwa dalam dunia ilmiah selalu ada paradigma yang diterima baik secara sadar atau tidak oleh ilmuwan atau kelompok ilmuwan. Menurut Palanyi, ketika observasi ilmiah dilakukan, pengalaman seubyek (ilmuwan) tidak hanya ditentukan oleh gambaran yang diterima retina mati melainkan gambaran tergantung pada pengalaman, harapan dan keadaan umum bathin pengamat.

Baik Popper, Kuhn dan Poul Feyerbend sependapat bahwa ilmu pengetahuan bukanlah satu-satunya realitas kebenaran yang diterima secara nalar dan diyakini sebagai kebenaran yang abadi, karena itu selalu dalam proses perkembangan terus menerus.
5. Paradigma dalam Sosiologi
Ritzer menyatakan bahwa sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berparadigma ganda (a multiple paradigm science) sehingga tidak harus ada paradigma dominan apalagi kesatuan ilmu pengetahuan dalam menentukan status paradigma dan kebenaran ilmiah. Karena itu pluralitas ilmiah diperlukan oleh sosiologi untuk menghadapi realitas sosial-budaya yang beragam.
6. Problem Kebenaran Ilmu Pengetahuan
Kuhn dan Paul Feyerabend disebut sebagai pemikir postmodern yang pemikiran mereka dalam epistemologi dan filsafat ilmu pengetahuan sangat mewarnai pemikir postmodernis. Mereka lebih tertarik menerima keanekaragaman bahasa dan metode ilmiah. Oleh karena itu mereka disebut penyebar benih relativisme dalam dunia ilmu pengetahuan dari berbagai aspek kehidupan.
7. Prinsip-prinsip Ketakterbandingkan (incommensurability)
Kuhn mengatakan ada 5 kriteria untuk menilai suatu teori lebih baik dari teori saingannya:
a) Accuracy: teori ilmiah harus akurat dan domain penelitian
b) Consistency: teori ilmiah secara internal harus konsisten dalam paradigma yang sama
c) Scope: agar teori menjelaskan lebih jelas
d) Simplicity: suatu teori agar lebih jelas tidak berbelit-belit.
e). Fruitfullness: suatu teori baru mengidentifikasi fenomena baru tidak berhubungan dengan fenomena lama.
Kesimpulan
Gagasan Kuhn dan Fererabend berimplikasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang cukup mengejutkan dnegan mengatakan bahwa metode penelitian tidak memegang peran penting didalmnya. Pada kenyataannya memang benar ada penemuan-penemuan besar yang ditemukan berdasarkan hasil penelitian akan tetapi ada pula teori ditemukan tanpa menggunakan metode ilmiah yang ketat seperti penemuan teori Archimedes, penemuan penisilin, penemuan teori gravitasi Newton. Ini berarti bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dapat dijelaskan terlepas dari filsafat ilmu pengetahuan.
Sumber :Makalah Hasil Penelitian Dr. Akhyar Yusuf,

Tidak ada komentar: