Rabu, 23 September 2009

PERPUSTAKAAN UMUM DI ERA INTERNET : SKENARIO INDIA

PERPUSTAKAAN UMUM DI ERA INTERNET : SKENARIO INDIA


Abstrak :
Di India mayoritas penduduknya tinggal di daerah pedesaan dan sangatlah terpencil sehingga kemajuan teknologi yang terbaru sangat sulit untuk mereka akses. Hal itulah yang menyebabkan kesenjangan yang tajam antara perpustakaan “yang kaya pengetahuan” dan tidak punya pengetahuan. Sekarang teknologi internet dan web membuka cara-cara baru untuk komunikasi interaktif antara perpustakaan umum dan masyarakat sipil. Kemajuan dalam teknologi informasi dan komunikasi (ICT) memungkinkan masyarakat terpencil dapat menikmati informasi yang diperlukan dengan beberapa pilihan cara yang lebih terjangkau.

Kata Kunci :
ICT, Perpustakaan Umum, India, Teknologi Gabungan, Program Perluasan Perpustakaan.

Pendahuluan :
Unesco memberikan definisi perpustakaan umum sebagai pintu gerbang menuju pengetahuan, yang menyediakan konsep dasar dalam pendidikan seumur hidup, berperan dalam pembuatan keputusan dan pengembangan kebudayaan baik individu maupun kelompok sosial.
Teknologi informasi dan komunikasi (ICT) merupakan kumpulan dari beragam alat-alat teknologi dan sumber-sumber untuk membuat, menyebarkan, menyimpan, menghasilkan nilai dan mengelola informasi. Dalam menjembatani kesenjangan informasi, perpustakaan umum digital memiliki peranan yang sangat besar. Kualitas infra struktur, koleksi, penggunaan TI, tenaga kerja dan lain-lain. Perpustakaan umum di India sangatlah terbelakang kecuali beberapa fasilitas di perkotaan. Dari semua aspek tersebut dapat digunakan untuk penelitian, akademis dan perpustakaan khusus. Dengan sistem komputerisasi dapat memberikan kecepatan tinggi untuk komunikasi akses online, akurat dan pelayanan yang lebih baik bagi penggunanya sehingga sangat penting jaringan ini dikembangkan sedemikian rupa sehingga akhirnya terjangkau oleh daerah terpencil dari negara.





Keadaan Sekarang :
Kondisi sebagian besar perpustakaan di desa sangatlah menyedihkan. Banyak bangunan perpustakaan mereka yang sudah tidak layak untuk digunakan bahkan ada yang terletak di pondok kecil beratapkan jerami dan beberapa bahkan berbagi ruangan dan waktu dengan lembaga mereka. Fasilitas penyimpanan sangatlah tertinggal dan jumlah bahan bacaan juga memprihatinkan. Dari observasi terhadap 29 negara bagian dan 6 unit wilayah administrasi ada 11 negara bagian yang jauh ketinggalan jaman karena tidak memiliki undang-undang perpustakaan, sehingga memungkinkan peran pemerintah dari negara tersebut menyediakan sistem perpustakaan umum. Di sana ada 28 negara bagian yang memiliki perpustakaan pusat yang terletak di kota-kota yang berbeda yang didanai oleh Raja Ram Mohan Roy Library Fondation yang terletak di Calcutta yang didirikan oleh pemerintah India. Sekarang RRRLF bekerja untuk menyebarkan layanan perpustakaan ke seluruh negara bekerja sama secara aktif dengan pemerintah dan unit wilayah administrasi serta organisasi-organisasi sukarela (LSM) yang bekerja di bidang ini.

ICT Mendorong Perpustakaan Umum, Kebutuhan Perjam
ICT tidak hanya mencakup internet tetapi keseluruhan dari alat-alat lain yang dapat digunakan secara sendiri atau gabungan dengan alat yang lainnya. Teknologi gabungan mencakup radio komunitas, radio internet, jaringan area lokal, pusat tele, kios informasi, ponsel, aplikasi WAP dan lain-lain. Penggunaan teknologi gabungan mengurangi kesenjangan yang tajam dalam pengetahuan antara kaum kaya dan miskin, berpendidikan dan tidak berpendidikan, pedesaan dan perkotaan serta antara laki-laki dan wanita. ICT mendorong perpustakaan umum untuk bertindak sebagai pusat perantara informasi sehingga meningkatkan literasi, kesadaran, kesejahteraan dan kesadaran budaya. Itu bertujuan untuk menempatkan perpustakaan umum dalam persfektif yang benar sehingga tercapainya tujuan penyebaran informasi dalam semua aspek kehidupan manusia.

Timbulnya Perpustakaan Digital Pedesaan di India
Timbulnya intranet berbasis “Gyandoot” perpustakaan digital di Dhar distrik Madhya Pradesh telah mengubah kehidupan masyarakat pedesaan yang tidak memiliki hak-hak istimewa. “Gyandoot” adalah bentuk unik dari G2C (pemerintah untuk rakyat) DL aktivitas untuk mengatasi kesulitan yang dipaksakan oleh biaya transaksi yang berkaitan dengan pelayanan pemerintah. Sistem itu menghubungkan 21 cyber café yang disebut “Suchanalayas” yang memberikan layanan kepada sekitar 10-15 gram panchayats. 20-30 desa dan mencapai jumlah populasi antara 20.000-30.000 orang. Para Soochanalavas terletak di kepala blok pemukiman, pasar murah dan pusat-pusat stasiun bus serta dipinggir jalan raya. Cafe cyber ini di operasikan oleh operator lokal yang disebut Soochak yang merupakan relawan lokal bukan orang pemerintah.
Faktor-Faktor Yang Menghambat Perkembangan Perpustakaan Umum
Akses untuk ICT di India selalu terpinggirkan karena biaya yang tinggi untuk menghasilkan sambungan. Kemajuan dalam bidang ICT manfaatnya belum mencapai mayoritas penduduk terutama sekali kelas ekonomi lemah. Alasan utama mengapa pergerakan perpustakaan umum belum mencapai tahap tinggal landas adalah sangat kurangnya dana, kurangnya prioritas dari pemerintah, dan tidak adanya pendekatan yang terpadu untuk kesejahteraan sosial dan pembangunan masyarakat.
1. Kurangnya promosi kebijakan nasional ICT sebagai alat untuk pembangunan
2. Aspek Politik
3. Perbedaan bahasa
4. Kurangnya sumber daya manusia yang merupakan salah satu hambatan serius dalam mengembangkan layanan perpustakaan
5. Ketidak cukupan dan masalah dalam transfer dana
6. Kurangnya pendekatan untuk bergabung
Solusi Yang Mungkin Dilakukan :
Ada banyak tantangan untuk implementasi ICT di perpustakaan umum di India, di negara satu milyar orang dimana jutaan orang India telah terhubung ke internet tetapi jutaan juga bahkan belum tersambung ke listrik. Terlepas dari semua kontras ini pemerintah India yakin bahwa aplikasi ICT dapat membantu merevolusi kehidupan di daerah pedesaan dengan biaya yang minimum.
1. Konsolidasi dan perluasan jaringan perpustakaan umum
2. E-learning melalui perpustakaan umum
3. Bekerja untuk kelompok-kelompok sasaran, letak koleksi, bahan-bahan khusus, memperkenalkan layanan informasi khusus
4. Penggunaan ICT untuk program perluasan perpustakaan
5. E-Govermance / E-Commerce
6. Pendidikan dan pelatihan untuk staff
7. Menciptakan kesempatan virtual bagi masyarakat pedesaan
8. Mengembangkan konsorsium regional untuk lisensi dan pengadaan.

Knowledge Management dalam Perpustakaan di abad ke-21, Tang Shanhong


Knowledge Management dalam Perpustakaan di abad ke-21
Tang Shanhong
Library of Chinese Defense Science and Cina Technology Information Center (CDSTIC)
Beijing, Cina


Dalam era knowledge economy, perpustakaan akan menjadi rumah harta karun pengetahuan manusia, pengetahuan akan berpartisipasi dalam inovasi, dan menjadi link penting dalam rantai inovasi pengetahuan. Pada abad ke-21, perpustakaan mau tidak mau akan menghadapi masalah baru yakni knowledge management.

Manajemen Sumber Daya Manusia adalah inti dari Knowledge Management di perpustakaan dan mengambil sumber daya pengetahuan berkembang di otak staf perpustakaan sebagai cara penting untuk peningkatan efisiensi kerja. Semua peningkatan kualitas staf perpustakaan dan posisi nilai manusia akan menjadi tujuan penting pengetahuan manajemen di perpustakaan.

Tujuan dari Knowledge Management di Perpustakaan adalah untuk Meningkatkan Pengetahuan Inovasi. Pengetahuan inovasi adalah inti dari ekonomi pengetahuan masyarakat. Sebagai dasar untuk pengumpulan, pengolahan, penyimpanan dan distribusi pengetahuan dan informasi, perpustakaan mewakili link yang sangat diperlukan dalam rantai sistem ilmiah, link yang penting dalam pengetahuan
inovasi. Kedua, perpustakaan mengambil bagian dalam proses penelitian ilmiah secara langsung. Kerja perpustakaan merupakan komponen pengetahuan inovasi. Ketiga, perpustakaan harus memperhatikan difusi dan konversi pengetahuan. Mereka bertindak sebagai jembatan untuk mengubah hasil pengetahuan inovasi ke kekuatan produktif realistis. Knowledge management di perpustakaan adalah untuk mempromosikan hubungan di dalam dan di antara perpustakaan, antara perpustakaan dan pengguna, untuk memperkuat pengetahuan internetworking dan untuk mempercepat aliran pengetahuan. Dalam era ekonomi pengetahuan, perpustakaan akan melaksanakan penelitian pada pengembangan dan penerapan sumber-sumber informasi, pembangunan perpustakaan virtual, perlindungan hak atas kekayaan intelektual dalam era elektronik dan lain-lain, dengan demikian mendirikan basis pengetahuan inovasi.

Teknologi Informasi adalah suatu alat untuk Knowledge Management di perpustakaan. Pengetahuan akuisisi adalah titik awal pengetahuan manajemen di perpustakaan. Penerapan teknologi informasi memperluas lingkup pengetahuan akuisisi, akuisisi pengetahuan meningkatkan kecepatan dan mengurangi biaya memperoleh pengetahuan. Isi Knowledge Management di perpustakaan harus mencakup hal-hal tersebut sebagai berikut:

* Pengetahuan Manajemen Inovasi

* Penyebarluasan Pengetahuan Manajemen

Aplikasi Knowledge Management Pada abad ke-21 perpustakaan juga harus melampirkan pentingnya penyediaan layanan bagi masyarakat untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai fungsi yang maksimal dan efisiensi pengetahuan informasi. Oleh karena itu, layanan pengetahuan berdasarkan informasi kecepatan tinggi jaringan harus dilakukan oleh:

1. Menyiapkan perpustakaan virtual atau pusat informasi bagi perusahaan, pemerintah, organisasi masyarakat dan lembaga-lembaga penelitian ilmiah.

2. Menyiapkan layanan pengetahuan digital.

3. Digitalisasi sumber daya perpustakaan.

Manajemen sumber daya manusia menganggapnya sebagai titik dasar untuk melatih kualitas bakat tinggi dan khusus untuk merevitalisasi usaha perpustakaan. Dalam prakteknya, kita harus membayar perhatian penuh keragaman dan variasi staf perpustakaan 'persyaratan, pengelolaan diperkuat staf perpustakaan yang berbeda dengan menerapkan pendekatan manajemen kontingensi.

KM dalam Bidang Struktur Organisasi, Proses Bisnis dan Kebudayaan Perpustakaan

· Memperkenalkan Sistem CKO. The Chief Knowledge Officer (CKO) adalah orang tertinggi yang bertanggung jawab atas Knowledge Management, sistem CKO mewakili tren perkembangan terbaru dari sistem pengelolaan informasi organisasi, dan menandai peralihan informasi manajemen dari tahap manajemen sumber daya informasi dengan pengetahuan manajemen.

· Menyadari mulusnya kombinasi manajemen bisnis perpustakaan dengan pengetahuan manajemen selama proses bisnis reorganisasi perpustakaan. Mengintegrasikan Knowledge Management itu sendiri dengan seluruh proses pertukaran pengetahuan, berbagi, inovasi dan penerapan organisasi, dan menjadi kekuatan pendorong utama untuk inovasi pengetahuan, pertukaran dan penerapan organisasi.

· Membangun kembali budaya perpustakaan dengan menggunakan teori Knowledge Management

KM dalam Bidang Teknologi Informasi

Teknologi informasi utama yang relevan dengan Knowledge Management meliputi: Internet, Intranet dan Extranet; penyimpanan arsitektur; sistem manajemen database; metadata; perolehan dan pengumpulan data; penyebarluasan, pesan, dorong dan tarik; pencarian informasi; berbagi sumber daya informasi; groupware; middleware; pada line analitis pengolahan; multidimensi analisis dan penggalian data.

Selain itu, karena perbedaan dalam arsitektur, penggunaan dan karakteristik antara informasi dan pengetahuan, penyimpanan dan pengelolaan pengetahuan yang lebih rumit daripada informasi. Arsitektur penyimpanan teknologi, teknologi sistem manajemen basis data dan metadata juga teknologi kunci dalam Knowledge Management.

Informasi lingkungan ekonomi dan lingkungan telah berubah dengan cepat pada masa ini. Bagaimana kalangan perpustakaan dapat memenuhi tantangan ekonomi pengetahuan dan membangun sistem knowledge management perpustakaan adalah subyek yang menuntut kita untuk terus belajar dan membutuhkan solusi yang mendesak.

Teks asli berbahasa Inggris:

In the 21st century, the library will inevitably face the new subject of knowledge management.

Sarankan terjemahan yang lebih baik

Menerapkan Knowledge Management dalam Perpustakaan Akademik: A Pragmatic Approach, Shixing Wen


-->
Menerapkan Knowledge Management dalam Perpustakaan Akademik:
A Pragmatic Approach
Shixing Wen
University
of Michigan Library
Ann Arbor, MI 48109-1205
U.S.A.
shwen@umich.edu
ABSTRAK: Knowledge Management (KM) adalah sebuah lapangan muncul, banyak tooted atau hyped sejak akhir 1990-an. Namun, karena sifat yang rumit pengetahuan per se dan akibatnya manajemen, seringkali sulit untuk memperkirakan atau menunjukkan nilai manajemen pengetahuan. Akademik perpustakaan, dengan anggaran terbatas dan sumber daya manusia, mungkin ragu-ragu untuk mengikuti sektor bisnis dan terjun ke laut yang belum dipetakan manajemen pengetahuan. Makalah ini mengusulkan sebuah pendekatan pragmatis pelaksanaan Manajemen Pengetahuan perpustakaan akademik: memanfaatkan kepegawaian yang ada, teknologi, dan struktur manajemen.

1. Pendahuluan

Akademik perpustakaan adalah pusat informasi yang didirikan dalam mendukung misi lembaga induknya untuk menghasilkan pengetahuan, dan orang-orang dilengkapi dengan pengetahuan dalam rangka untuk melayani masyarakat dan memajukan kesejahteraan umat manusia. Dalam era digital, perpustakaan akademik menghadapi tantangan baik dari dalam (akademisi) dan tanpa (sektor bisnis). Akademik departemen, atau bahkan dosen dan mahasiswa, dapat membeli atau membangun portal mereka sendiri untuk memenuhi akademik dan / atau penelitian kebutuhan. Apakah yang memarginalkan layanan yang diberikan oleh perpustakaan akademik? Perusahaan komersial telah memasuki bidang pelayanan informasi. Apakah itu melanggar batas atas atau mengikis ke dalam wilayah perpustakaan akademik?

Untuk membuktikan relevansi dan nilai, perpustakaan akademis harus berusaha untuk memberikan informasi jumlah yang tepat kepada pelanggan yang tepat pada waktu yang tepat dengan biaya hak keuangan dan sumber daya manusia. Dengan stagnan atau berkurang anggaran perpustakaan, perpustakaan akademis harus meningkatkan efisiensi operasional mereka dalam rangka untuk memenuhi tantangan. Salah satu alat manajemen yang dapat membantu dalam hal ini adalah Knowledge Management (KM).
Manajemen Pengetahuan adalah muncul baru-lapangan. Sejak akhir 1990-an, baik akademisi dan sektor bisnis belum pernah terjadi sebelumnya telah menunjukkan minat Knowledge Management dan melakukan banyak penelitian dalam menunjang dengan teori dan berani dalam pelaksanaannya.

Dilengkapi dengan informasi penelitian yang kaya dan keterampilan, pustakawan cepat bekerja. International Federation of Library Associations (IFLA) 69 Konferensi Umum dan Dewan (Berlin, Jerman; Agustus 2003) ditujukan pada sebuah sesi Manajemen Pengetahuan. Ke-3 Cina-US Library Conference (Shanghai, Cina; 22-25 Maret, 2005) ditujukan Manajemen Pengetahuan sebagai sub-tema dari konferensi.
2. Pengetahuan Manajemen sebagai Terpantul di Perpustakaan Sastra
Sebuah tinjauan sepintas perpustakaan literatur tentang Manajemen Pengetahuan mengungkapkan tren sebagai berikut: 1) dari semua jenis perpustakaan, perpustakaan khusus, terutama bisnis dan korporasi perpustakaan, yang memimpin penelitian di Manajemen Pengetahuan dan 2) perpustakaan akademis, pelayanan publik dan perpustakaan digital berada di pusat perhatian.

2.1. Trend di Perpustakaan: bisnis / perusahaan yang memimpin perpustakaan

Di bidang Manajemen Pengetahuan di perpustakaan, Townley (2001) menyimpulkan bahwa "Khusus perpustakaan telah mengambil memimpin, tetapi beberapa aplikasi sekarang sedang berlangsung di perpustakaan lain."

Literature review confirms his assertion. Sebuah pencarian Boolean, yang dilakukan pada tanggal 30 Oktober 2004 dengan istilah query "pengetahuan dan manajemen" di Perpustakaan Sastra / FirstSearch, dengan "bahasa batas" ditetapkan sebagai "Inggris" dan "tipe record" sebagai "artikel", diambil 632 hits. Pencarian lebih lanjut kualifikasi dengan syarat-syarat berikut dan mengambil masing-masing hits: Perpustakaan (159), perpustakaan (93), akademik (8), perguruan tinggi (27), universitas (44), bisnis (56), perusahaan (26), khusus (41).

Menggabungkan "perpustakaan" dan "perpustakaan", yang hit 252. Yang merupakan sekitar 40 persen dari total hits. Enam puluh persen dari inggris artikel tentang "pengetahuan manajemen" di Perpustakaan Sastra tidak secara langsung terkait dengan perpustakaan atau perpustakaan.

Pengelompokan jenis dan dibagi dengan 252 (total hits of "perpustakaan" dan "library"), "akademis", "kuliah", dan "universitas" memiliki total hits of 79 (31%), dan "bisnis", " perusahaan ", dan" istimewa "memiliki total hits of 123 (49%).
Dengan suatu pemahaman bahwa ada duplikat tuntutan persyaratan tertentu, angka-angka ini menunjukkan bahwa sebagian besar penelitian Manajemen Pengetahuan di perpustakaan dilakukan oleh atau tentang bisnis atau perusahaan perpustakaan. Jantz (2001) berpendapat bahwa "Banyak orang menganggap pengetahuan manajemen untuk menjadi terutama kegiatan bisnis di mana penggunaan dan penggunaan kembali pengetahuan yang menciptakan nilai bisnis dalam hal keuntungan, meningkatkan laba atas investasi atau ukuran kuantitatif lain." Seperti perpustakaan perusahaan terikat erat perusahaan induk mereka, ada kebutuhan mendesak bagi mereka untuk mendukung perusahaan mereka untuk kelangsungan hidup dan sukses di dunia bisnis.

2.2. Trend di Perpustakaan Akademik: pelayanan publik yang memimpin

Tinjauan literatur juga mengungkapkan bahwa di dalam perpustakaan akademis, pelayanan publik yang memimpin dalam penelitian dan pelaksanaan Manajemen Pengetahuan.
Jantz (2001) meneliti isu-isu penting dalam manajemen pengetahuan akademik referensi perpustakaan dan bagaimana pustakawan dapat menjadi lebih efektif sebagai perantara informasi.
Stover (2004) menunjukkan bahwa tidak peduli seberapa terpelajar pustakawan referensi mungkin, adalah mustahil bagi dia untuk menjadi seorang ahli dalam semua disiplin ilmu. Idealnya, meja referensi harus dikelola dengan semua subjek pustakawan 24 oleh 7. Dalam kenyataannya, hanya sedikit, jika ada perpustakaan, mampu seperti itu staf di meja referensi. Jadi pustakawan referensi harus menjawab pertanyaan dalam semua bidang subjek. Oleh karena itu, dia menekankan perlunya "untuk referensi pustakawan untuk membuat eksplisit dan menyusun basis pengetahuan diam-diam mereka jika layanan referensi harus diberikan secara efisien dan efektif."
Branin (2003) mengamati bidang manajemen koleksi selama lima puluh tahun dan dibedakan jalur evolusi dari "pengembangan koleksi" untuk "koleksi manajemen" dan sekarang untuk "pengetahuan manajemen". Dalam pengertian itu, ia gema Corrall klaim (1998) bahwa Knowledge Management, ketika diterapkan pada perpustakaan, sering menjadi bagaimana mengelola pengetahuan yang direkam, yaitu bahan pustaka.
Perpustakaan digital daerah lain Manajemen Pengetahuan telah diterapkan secara aktif. Rydberg-Cox, et al. (2000), menyamakan Knowledge Management untuk "pengiriman dokumen baru dan alat manajemen pengetahuan" dalam perpustakaan digital.
Beberapa artikel tentang Manajemen Pengetahuan ditangani dengan pengoperasian layanan teknis. Turvey dan Letarte (2002) berpendapat bahwa "dunia perpustakaan ditandai oleh perubahan cepat, dan mungkin tidak ada daerah lain seperti bidang katalogisasi." Dan mereka mencoba untuk mendefinisikan katalogisasi sebagai aspek penting dalam Manajemen Pengetahuan semakin dunia digital.

2.3. Missing Piece: Bagaimana cara meningkatkan efisiensi operasi perpustakaan

Penelitian semacam ini telah menyimpang dari maksud asli Knowledge Management. Konsep Manajemen Pengetahuan berasal dari sektor bisnis, yang tujuannya adalah untuk memaksimalkan pemanfaatan pengetahuan perusahaan sehingga untuk menjalankan sebuah perusahaan lebih efisien dan membuat perusahaan lebih kompetitif di pasar. Kecenderungan saat ini di perpustakaan literatur tentang Manajemen Pengetahuan adalah twist dari maksud asli Knowledge Management.

Sebagai cara menyajikan bahan pustaka bagi pengguna perpustakaan difokuskan dalam penelitian Manajemen Pengetahuan, usaha kecil telah disediakan untuk studi tentang bagaimana untuk meningkatkan operasi perpustakaan melalui Manajemen Pengetahuan. Sebagai soal fakta, bagian terbesar dari anggaran perpustakaan dialokasikan untuk para staf dan akuisisi dan katalogisasi bahan perpustakaan. Cara efektif menggunakan staf kami (sumber daya manusia) dan bagaimana untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasi kami layanan teknis harus menjadi fokus nyata Manajemen Pengetahuan dalam perpustakaan akademik.

3. Knowledge Management di Akademik Perpustakaan

Manajemen Pengetahuan telah tooted dan hyped sejak akhir 1990-an, (DiMattia, 1997) pertama di sektor bisnis, dan kemudian dalam pendidikan tinggi dan sekarang dalam pengelolaan perpustakaan. Dorongan untuk memeluk Manajemen Pengetahuan di perpustakaan akademik terutama dari kombinasi dari anggaran perpustakaan kekurangan dan harapan pengguna yang lebih tinggi.
Alih-alih mengadopsi yang sering melenguh pendekatan teknologi tinggi, lebih praktis untuk memanfaatkan staf yang ada, teknologi dan struktur manajemen perpustakaan akademik.

3.1. Mengapa pelaksanaan Manajemen Pengetahuan di perpustakaan akademik

Perpustakaan akademik yang mencubit di kedua belah pihak: mengurangi anggaran dan meningkatnya permintaan dari fakultas dan mahasiswa. Untuk menerapkan Manajemen Pengetahuan dalam perpustakaan akademik terutama didorong oleh misi bukan oleh persaingan dari Internet berbasis layanan referensi atau buku-buku elektronik.

3.1.1. Dorongan

Mana ada fenomena baru muncul, harus ada dorongan. Dalam Manajemen Pengetahuan, kekuatan pendorong adalah keharusan untuk bertahan hidup di sektor bisnis dalam menghadapi persaingan sengit dengan perusahaan-perusahaan saingan atau kompetitor lain. Tujuan dari Manajemen Pengetahuan adalah untuk memanfaatkan sepenuhnya pengetahuan yang ada dalam perusahaan untuk meningkatkan produktivitas dan / atau efisiensi operasional sehingga untuk membangun keunggulan dalam kompetisi. Apa kekuatan pendorong perpustakaan akademik?

Kekurangan anggaran merupakan pendorong utama untuk pelaksanaan Manajemen Pengetahuan di perpustakaan akademik. Dalam beberapa tahun terakhir, anggaran di perpustakaan akademik terbaik stagnan dan penurunan secara umum.
Pada saat yang sama, mahasiswa, staf pengajar dan administrasi universitas memiliki harapan yang lebih besar perpustakaan akademik, karena sebagian untuk kemajuan teknologi informasi dan sebagian pengetahuan ledakan di era digital. Untuk memberikan informasi jumlah yang tepat pada saat yang tepat (Ghosh & Jambekar, 2003) adalah lebih penting daripada sebelumnya untuk pemenuhan misi akademik perpustakaan dan lembaga induknya.

Dengan kata lain, perpustakaan akademik telah merasakan cubitan dari kedua belah pihak - kurang anggaran dan lebih permintaan. Selain itu, mereka telah merasakan ancaman yang terpinggirkan oleh informasi berbasis internet layanan dan mahasiswa dan fakultas upaya pengumpulan informasi sendiri.

Oleh karena itu, penting bagi perpustakaan akademis untuk beroperasi lebih efisien dengan mengurangi keuangan dan / atau sumber daya manusia. Manajemen Pengetahuan adalah suatu alat yang dapat membantu dalam hal ini dan pada saat penting ini.

3.1.2. Misi

Perpustakaan bergantung lebih pada dukungan dari lembaga induknya dan pengguna langsung konstituen. Bertahan hidup atau berkembang, perpustakaan harus selalu mengukur dan memenuhi kebutuhan pengguna. Selain itu, perpustakaan harus lebih proaktif dalam memasarkan layanan mereka dan nilai-nilai konstituen pengguna mereka. Kita harus mengubah pola pikir kami dan tradisi hanya menunggu pengguna untuk datang ke perpustakaan. Kita perlu menjangkau pengguna kami dan mengiklankan / pasar layanan kami. Jika mereka melihat nilai dari layanan kami, mereka akan mendukung kita lebih, dan tidak akan membiarkan lembaga semacam berharga sebagai perpustakaan harus ditutup atau skala bawah.
Kebanyakan Knowledge Management advocators tekanan pada sistematis dan terpusat manajemen pengetahuan. Yang mungkin dianjurkan di sektor bisnis. Perpustakaan di dunia, kelangsungan hidup tidak bergantung begitu banyak di kompetisi dari perpustakaan lain. Ada kekhawatiran di dunia perpustakaan dalam beberapa tahun terakhir tentang beberapa perusahaan berbasis internet yang menyediakan layanan referensi atau buku elektronik, jurnal dan materi audio-visual. Namun, mereka bukan ancaman tetapi sebagai layanan mereka fee-based sementara perpustakaan menawarkan layanan gratis. Dalam hal ini, perpustakaan memiliki kelebihan dalam kompetisi.

3.2. Bagaimana menerapkan Manajemen Pengetahuan dalam perpustakaan akademik

Kebanyakan peneliti menyetujui bahwa Manajemen Pengetahuan terdiri dari dua komponen: faktor manusia dan teknologi. Dan sebagian besar pendukung Manajemen Pengetahuan menganjurkan pendekatan top-down di bawah Chief Knowledge Officer (CKO). Sementara pendekatan top-down lebih baik, sebuah pendekatan bottom-up mungkin lebih praktis dalam banyak hal.

3.2.1. Faktor manusia

Manajemen Pengetahuan adalah paradigma baru di perpustakaan akademis dalam arti bahwa upaya perlu diberikan untuk mengelola pengetahuan secara sistematis. (Ahmed, Lim, & Loh, 2002) Alih-alih membentuk jaringan baru manajer Manajemen Pengetahuan Manajemen Pengetahuan di bawah Tsar atau CKO (Chief Knowledge Officer), lebih praktis untuk memanfaatkan struktur manajemen saat ini. Manajer di semua tingkatan dibebankan untuk menerapkan Manajemen Pengetahuan di unit masing-masing sehingga jaringan manajer Manajemen Pengetahuan di tempat. Sebagai tambahan untuk mengelola staf dan alur kerja dalam unit, masing-masing manajer bertanggung jawab untuk mengelola pengetahuan yang berkaitan dengan tujuan unit mereka dan operasi. Panggilan ini tidak hanya mengumpulkan pengetahuan yang ada saat ini di unit masing-masing, tetapi juga pengetahuan yang relevan dengan operasi mereka dari unit lain / departemen dan bahkan perpustakaan atau profesi lainnya.

Sebuah contoh praktis adalah bagaimana gemuruh strip keamanan dari bagian atas CD atau DVD kotak perhiasan. Untuk waktu yang lama, staf kami di Departemen Akuisisi menggunakan kombinasi pisau dan kuku mereka mengupas it off. Hal ini memakan waktu dan nyeri pengambilan. Suatu hari, kami sengaja mengetahui bahwa staf di Departemen Katalogisasi punya trik untuk mengupas strip keamanan lebih mudah. Dan ternyata bahwa ia menemukan trik dari Internet! Contoh menggambarkan pentingnya pengetahuan manajemen dan berbagi antar departemen. Dan apa lagi, akuisisi pengetahuan tidak boleh dibatasi pada satu unit sendiri atau bahkan perpustakaan. Dalam arti, seorang manajer Manajemen Pengetahuan adalah seperti seorang agen intelijen. S / ia harus cadangan tidak upaya untuk memperoleh informasi / pengetahuan untuk meningkatkan efisiensi operasional-nya / unit-nya.

Hal yang sama akan berlaku bagi para manajer di tingkat yang lebih tinggi. Mereka perlu melihat baik di dalam maupun di luar departemen atau perpustakaan mereka dan melihat apa yang workflow, struktur organisasi, layanan, teknologi, dll di luar sana yang dapat diimpor atau diadaptasi untuk lebih melayani klien mereka sendiri.

3.2.2. Teknologi

Sekarang bagaimana untuk merekam perpustakaan pengetahuan yang terkait dengan operasi? Apa yang lebih: Bagaimana untuk mengambil pengetahuan seperti ketika diperlukan?

Banyak advocators Manajemen Pengetahuan menekankan pentingnya menggunakan teknologi canggih untuk menyimpan dan mengambil pengetahuan. Dan banyak mengadvokasi turnkey terpusat Manajemen Pengetahuan produk perangkat lunak atau sistem. Secara teori, sebuah sistem Manajemen Pengetahuan dapat mencakup apa saja. Pada kenyataannya, tidak ada sistem seperti itu ada. Manajemen Pengetahuan yang terpusat produk mensyaratkan adanya modal awal investasi pricy apakah dibeli dari pasar atau dikembangkan in-house. Selain itu, selanjutnya terus-menerus dan pemeliharaan dan upgrade hardware dan software mungkin tidak terjangkau dengan perpustakaan yang selalu menyusut anggaran. Lebih penting lagi, pendekatan seperti menghadap ke kompetensi teknologi dan preferensi individu manajer Manajemen Pengetahuan. Ini akan menjadi mahal dan tidak realistis untuk melatih semua staf untuk menggunakan seperti sistem Manajemen Pengetahuan.

Di sisi lain, nilai investasi dalam manajemen pengetahuan seringkali sulit untuk memperkirakan atau mengukur. (Ahmed, 2002) Pada saat menghadapi ketat perpustakaan anggaran atau pengurangan anggaran, hanya terlalu wajar untuk administrasi perpustakaan untuk ragu-ragu untuk berinvestasi dalam suatu sistem Manajemen Pengetahuan.

Fakta lain yang perlu diingat adalah bahwa kebanyakan pengetahuan adalah konteks spesifik. Pengetahuan ini biasanya dibuat untuk penggunaan tertentu. (Ahmed, Kok, & Loh, 2002) Dengan kata lain, pengetahuan tertentu yang berharga hanya dalam situasi tertentu. Oleh karena itu, tidak masuk akal untuk memasukkan dalam sebuah sistem Manajemen Pengetahuan terpusat, karena itu akan menjadi tidak relevan bagi kebanyakan orang di luar unit tertentu atau tidak melakukan fungsi tertentu.
Saya akan menganjurkan bahwa kita memanfaatkan teknologi yang ada untuk menyimpan dan mengambil pengetahuan untuk mempromosikan manajemen pengetahuan dalam operasi perpustakaan. Teknologi open source dan perangkat lunak yang ideal. Namun, mereka memerlukan cukup tinggi untuk memanfaatkan keterampilan pemrograman. Sebaliknya, hampir seluruh perpustakaan memiliki Microsoft Office Suite diinstal pada staf mereka 's workstation. Mengapa tidak untuk memanfaatkan sepenuhnya itu? MS Word adalah baik untuk menciptakan prosedur operasional dan dokumentasi lain yang berkaitan dengan operasi perpustakaan. MS Excel adalah baik untuk menjaga dan menciptakan grafik statistik pada unit / tingkat departemen. Dan MS Access dapat menyimpan data untuk pencarian dengan mudah disesuaikan queries. Mereka juga dapat dengan mudah dikonversi ke halaman web, baik itu statis atau dinamis, untuk memudahkan pencarian. Kebanyakan, jika tidak semua, Para staff terbiasa dengan MS Word dan Excel setidaknya.

Untuk mencegah hilangnya pengetahuan pada pergantian staf, semua dokumentasi operasional harus disimpan di jaringan perpustakaan atau di ruang bersama.
Dalam tambahan untuk Microsoft Office Suite, diskusi daftar, online help desk, meja referensi virtual, web portal, dll semua bisa digunakan untuk menerapkan Manajemen Pengetahuan dalam perpustakaan akademik. Keindahan era digital adalah bahwa semua dokumen yang dibuat dalam format digital, yang dapat nantinya untuk penyimpanan dan pengambilan lain media / carrier.

3.2.3. Top-down atau bottom-up

Tergantung pada prioritas administrasi perpustakaan atau struktur perpustakaan, Knowledge Management bisa dimulai dari entah bottom-up atau top-down (Quintas, 2003) atau di tengah. A top-down strategi memiliki keuntungan dari dukungan dan arah dari administrasi perpustakaan. Di tempat-tempat pilihan seperti itu tidak tersedia, Knowledge Management dapat diimplementasikan pertama di garis depan unit. Pengetahuan operasional dapat dikumpulkan dan dibagi dalam unit atau lebih. Sebuah upaya pasti akan menghasilkan lebih banyak efisiensi. Jika Manajemen Pengetahuan dimulai dengan manajer menengah, mereka bisa mengkoordinasikan unit untuk mengurangi atau tumpang tindih berlebihan alur kerja dan dengan demikian menjamin efisiensi yang lebih baik. Tidak peduli di mana dimulai, Knowledge Management pasti akan meningkatkan efisiensi operasional dan dengan demikian meningkatkan layanan kami dan menguntungkan pengguna perpustakaan.
Menerapkan Knowledge Management dari bottom-up dengan staf dan teknologi yang sudah ada adalah "berharga rendah biaya dan resiko rendah cara untuk membuktikan kelangsungan hidup suatu pendekatan Manajemen Pengetahuan" (Quintas, 2003). Pengalaman yang didapat dan menuai manfaat perpustakaan akan mendorong pemerintah untuk menerapkan Manajemen Pengetahuan di seluruh perpustakaan.

3.3. Apa yang harus menanamkan dalam pelaksanaan Manajemen Pengetahuan

Menurut Grant, hanya 10 persen dari organisasi pengetahuan eksplisit (Grant, 1996). Itu mungkin estimasi rendah. Tapi itu menunjukkan fakta bahwa sebagian besar pengetahuan dalam suatu organisasi adalah diam-diam, "sangat tertanam dalam pengalaman individu, penilaian dan intuisi" (Ahmed, Lim, & Loh, 2002). Dengan demikian, ini adalah "sulit untuk mengekspresikan dan berkomunikasi" (Nonaka & Takeuchi, 1995). Alih-alih mencoba segala cara untuk mengekstrak pengetahuan tacit semacam itu dari masing-masing staf, saya akan menganjurkan bahwa kita mendelegasikan tugas ini kepada sumber daya manusia dan pengembangan staf untuk mengelola. Jika pengetahuan diam-diam sulit untuk mengungkapkan atau berkomunikasi, mengapa repot-repot mengeluarkannya? Juga, sebagai pengetahuan diam-diam ditutup berkaitan dengan pengalaman pribadi seseorang dan intuisi, kita mungkin mengambil risiko melanggar privasi mengeluarkannya.

Di sisi lain, Nonaka dan Takeuchi (1995) berpendapat bahwa pengetahuan tacit terletak di jantung pengetahuan organisasi. Oleh karena itu, terlalu sayang untuk mengabaikan atau tidak untuk mengelola. Perpustakaan sumber daya manusia dan pengembangan staf harus dibebankan untuk bekerja erat dengan para manajer di semua tingkatan untuk mengidentifikasi staf dengan pengetahuan tacit yang berharga dan mengambil setiap langkah untuk mempertahankan staf tersebut.

Cara memotivasi staf untuk berkontribusi dan berbagi pengetahuan mereka bukanlah tugas yang mudah. Beberapa staf mungkin tidak ingin berbagi pengetahuan mereka karena takut bahwa sekali pengetahuan mereka digunakan bersama-sama, mereka mungkin tidak lagi dihargai atau dianggap sangat diperlukan. Beberapa staf mungkin tidak berbagi pengetahuan secara gratis, karena ada penunggang bebas (Susarla, Liu, & Whinston, 2003) yang hanya menerima begitu saja orang lain 'pengetahuan tetapi tidak pernah berbagi mereka sendiri. Untuk mendorong staf untuk menyumbangkan pengetahuan mereka, kita perlu memiliki insentif atau sistem penghargaan pada tempatnya.

Berbeda dengan swasta atau sektor bisnis, perpustakaan akademis biasanya tidak memiliki sumber daya keuangan tambahan untuk penghargaan staf yang telah memberikan sumbangan pengetahuan mereka. Sekali lagi, saya ingin menganjurkan bahwa kami menggabungkan seperti sistem insentif atau imbalan dalam struktur manajemen saat ini. Untuk lebih spesifik, kita dapat menulis dalam deskripsi pekerjaan masing-masing staf yang diperlukan untuk berbagi pengetahuan yang berkaitan dengan tugas-tugas mereka dan bahwa masing-masing manajer yang dibutuhkan untuk mengumpulkan dan mengelola pengetahuan operasional. Berbagi pengetahuan / manajemen juga harus dikonfigurasi ke dalam tinjauan kinerja tahunan staf atau pustakawan portofolio untuk masa jabatan atau promosi.

4. Kesimpulan

Manajemen Pengetahuan adalah sebuah lapangan muncul, banyak tooted atau hyped sejak akhir 1990-an. Namun, karena sifat yang rumit pengetahuan per se dan manajemen, sering kali sulit untuk memperkirakan atau menunjukkan nilai manajemen pengetahuan. Terlepas dari kenyataan bahwa ada banyak basis pengetahuan produk di pasar (Serban & Luan, 2002), tidak satupun dari mereka adalah cocok untuk perpustakaan atau cukup fleksibel untuk mengatasi perubahan lingkungan yang dinamis dalam era digital, bukan untuk berbicara tentang modal awal investasi dan masa depan upgrade dan biaya pemeliharaan. Perpustakaan, dengan anggaran terbatas dan sumber daya manusia, harus menggunakan saat ini struktur manajemen dan teknologi untuk menerapkan Manajemen Pengetahuan, baik bottom-up atau top-down. Dengan upaya, Knowledge Management akan membantu meningkatkan perpustakaan 'efisiensi operasional dan memenuhi kebutuhan yang terus meningkat kebutuhan klien kami.

Knowledge Management dan Peran Perpustakaan, Hwa-Wei Lee

Knowledge Management dan Peran Perpustakaan
Hwa-Wei Lee
Asian Division, Library of Congress
Washington, DC
U.S.A.
hlee@lc.gov


ABSTRAK: Pengembangan pengetahuan manajemen dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi perhatian utama bagi pustakawan dan perpustakaan. Makalah ini akan meninjau pengembangan pengetahuan manajemen dan akan membandingkan perbedaan antara informasi dan pengetahuan serta antara manajemen informasi dan manajemen pengetahuan. Ini juga akan mempelajari peran pustakawan / perpustakaan dalam manajemen pengetahuan dan menunjukkan bahwa pustakawan / perpustakaan di usia digital dan pengetahuan yang harus bertanggung jawab atas pengelolaan pengetahuan di organisasi masing-masing dalam rangka untuk meningkatkan aset intelektual dan untuk memfasilitasi penciptaan pengetahuan.
.
1. Pendahuluan

Konsep dan nama - "Knowledge Management" - dimulai dan dipopulerkan di dunia bisnis selama dekade terakhir abad ke-20. Ini adalah dunia bisnis yang pertama mengakui pentingnya pengetahuan dalam "ekonomi global" dari "pengetahuan usia". Dalam pengetahuan baru ekonomi, yang memiliki pengetahuan yang relevan dan strategis dan pembaruan terus-menerus memungkinkan bisnis untuk memperoleh keunggulan kompetitif. Aplikasi manajemen pengetahuan yang kini telah menyebar ke organisasi lain termasuk lembaga pemerintah, penelitian dan pengembangan departemen, universitas, dan lain-lain.

Pengelolaan informasi yang telah lama dianggap sebagai domain dari pustakawan dan perpustakaan. Pustakawan dan informasi profesional dilatih untuk menjadi ahli dalam mencari informasi, memilih, memperoleh, pengorganisasian, pengawetan, pengemasan ulang, penyebaran, dan melayani. Namun, profesional di bidang teknologi informasi dan juga sistem manajemen informasi dianggap sebagai domain mereka karena kemajuan terbaru dalam teknologi informasi dan sistem yang mendorong dan mendukung manajemen informasi. Salah satu bukti paling jelas ini adalah bahwa posisi dari "Chief Information Officer" (CIO) di banyak organisasi umumnya dipegang oleh teknologi informasi bukan pustakawan. Pada kenyataannya, sebagian besar karya CIO harus dilakukan dengan mengembangkan dan mengelola infrastruktur dan sistem, bukan mengelola informasi per se.

Dengan semakin meningkatnya minat dalam manajemen pengetahuan, banyak pertanyaan yang telah dibesarkan dalam benak pustakawan mengenai: perbedaan antara informasi dan pengetahuan; antara manajemen informasi dan manajemen pengetahuan; siapa yang harus bertanggung jawab atas informasi dan pengetahuan manajemen; akan pustakawan dan profesional informasi dengan pendidikan dan pelatihan yang sesuai dalam ilmu perpustakaan dan informasi yang paling cocok untuk posisi "Chief Knowledge Officer" (CKO) dalam organisasi mereka, dan apa yang bisa dilakukan perpustakaan dalam menerapkan manajemen pengetahuan.

Tulisan ini mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kritis dan menekan dari pustakawan 'perspektif.

2. Apakah ada perbedaan antara informasi dan pengetahuan?

Daniel Bell mendefinisikan pengetahuan sebagai "satu set pernyataan terorganisir fakta atau gagasan, memberikan alasan penilaian atau hasil percobaan, yang ditularkan kepada orang lain melalui beberapa media komunikasi dalam beberapa bentuk yang sistematis."
1 Sebagai informasi, Marc Porat menyatakan, " Informasi adalah data yang telah terorganisir dan dikomunikasikan. "
2 Stephen Abram melihat proses penciptaan pengetahuan dan digunakan sebagai sebuah kontinum dimana data berubah menjadi informasi, informasi berubah menjadi pengetahuan dan pengetahuan drive dan mendukung keputusan-perilaku dan making.3 Berikut adalah definisi sederhana Data, Informasi, Pengetahuan, dan Kebijaksanaan-semua dari mereka yang tersedia di dalam setiap organisasi:

• Data: Mostly, tidak terkait fakta, tulisan-tulisan, angka, atau simbol.
• Informasi: Pilih, terorganisir dan menganalisis data.
• Pengetahuan: Informasi pengguna dikombinasikan dengan kemampuan dan pengalaman yang digunakan untuk memecahkan masalah atau untuk menciptakan pengetahuan
baru.
• Kebijaksanaan: Teruskan mencari dan berpikir didasarkan pada nilai-nilai dan komitmen. Perbedaan antara informasi dan pengetahuan dapat diringkas sebagai:
• Informasi yang terlihat, independen dari tindakan dan keputusan, dalam format yang berbeda setelah pengolahan, produk fisik, independen dari lingkungan yang ada, mudah dipindahtangankan, dan duplicable.
• Pengetahuan tidak terlihat, terkait erat dengan tindakan dan keputusan, yang berbeda dalam pikiran setelah pengolahan, produk rohani, diidentikkan dengan lingkungan yang ada, dapat dipindahtangankan melalui pembelajaran, dan tidak duplicable.
Dalam dunia bisnis, dua jenis pengetahuan yang telah dicatat. Mereka adalah pengetahuan eksplisit dan pengetahuan tacit. Jan Duffy eksplisit mendefinisikan pengetahuan sebagai "pengetahuan yang didokumentasikan dan publik; terstruktur, tetap konten, externalized, dan sadar" dan diam-diam pengetahuan sebagai "pribadi, tercatat pengetahuan; konteks-sensitif, dinamis-diciptakan dan diturunkan, diinternalisasi, dan pengalaman - berdasarkan; sering berada dalam pikiran manusia, perilaku, dan persepsi."
4 set definisi ini dapat diterapkan pada semua usaha manusia lainnya dan kegiatan intelektual.

3. Munculnya pengetahuan manajemen

Pada awal 1965, Peter Drucker sudah menunjukkan bahwa "pengetahuan" akan mengganti tanah, tenaga kerja, modal, mesin, dll untuk menjadi sumber utama-Nya production.5 tinjauan ke masa depan tidak mendapatkan banyak perhatian saat itu. Tidak sampai 1991 ketika Ikujiro Nonaka mengangkat konsep "diam-diam" pengetahuan dan "eksplisit" pengetahuan serta teori "spiral pengetahuan" di Harvard Business Review bahwa waktu dari "persaingan berbasis pengetahuan" akhirnya datang. 6 Dalam buku terbarunya, Building Organizational Intelligence: Knowledge Management Primer, Jay Liebowitz menyatakan: 7

"Pada hari ini gerakan menuju manajemen pengetahuan, organisasi terbaik mencoba memanfaatkan pengetahuan mereka dalam organisasi internal dan eksternal kepada pelanggan dan stakeholder. Mereka mencoba memanfaatkan kecerdasan organisasi mereka untuk mempertahankan daya saing mereka. "

"The dorongan dari manajemen pengetahuan adalah untuk menciptakan suatu proses organisasi menilai aset tidak berwujud dalam rangka pengetahuan terbaik meningkatkannya secara internal dan eksternal. Pengetahuan manajemen, karena itu, berkaitan dengan menciptakan, mengamankan, menangkap, koordinasi, memadukan, pengambilan, dan mendistribusikan pengetahuan. Idenya adalah untuk menciptakan lingkungan berbagi pengetahuan di mana berbagi pengetahuan adalah kekuatan yang bertentangan dengan pepatah lama yang, sederhana, pengetahuan adalah kekuatan. "

4. Beberapa definisi pengetahuan manajemen

Karena manajemen pengetahuan masih konsep yang relatif baru dan dipandang secara berbeda oleh berbagai penulis dari berbagai berfokus, dengan definisi berbeda-beda. Dalam artikel, "Apa itu pengetahuan manajemen?" Jennifer Rowley menawarkan definisi-nya di bawah ini:

"Pengetahuan manajemen berkaitan dengan eksploitasi dan pengembangan aset pengetahuan sebuah organisasi dengan maksud untuk memajukan tujuan organisasi. Pengetahuan yang akan dikelola meliputi baik eksplisit, didokumentasikan pengetahuan, dan diam-diam, pengetahuan subjektif. Manajemen mencakup semua proses yang berhubungan dengan identifikasi, sharing dan penciptaan pengetahuan. Ini memerlukan sistem untuk penciptaan dan pemeliharaan pengetahuan repositori, dan untuk mengolah dan memfasilitasi berbagi pengetahuan dan proses belajar organisasi. Organisasi yang berhasil dalam manajemen pengetahuan mungkin untuk melihat pengetahuan sebagai suatu aset dan untuk mengembangkan norma-norma dan nilai-nilai organisasi, yang mendukung penciptaan dan berbagi pengetahuan. "8

Rowley's Definisi ini didasarkan pada empat jenis manajemen pengetahuan perspektif diidentifikasi oleh Thomas H. Davenport et al dalam studi mereka sejumlah proyek-proyek manajemen pengetahuan. Dari analisis proyek 'tujuan, Davenport dkk mampu mengkategorikan mereka ke dalam empat jenis perspektif yang luas: 9

1. Untuk membuat repositori pengetahuan, yang menyimpan baik pengetahuan dan informasi, sering kali dalam bentuk dokumenter. Repositori ini dapat jatuh ke dalam tiga kategori:
Mereka o yang mencakup pengetahuan eksternal, seperti kecerdasan kompetitif.
o Mereka yang mencakup pengetahuan internal terstruktur, seperti laporan penelitian yang berorientasi produk dan materi pemasaran, seperti teknik dan metode.
o Mereka yang memeluk informal, internal atau pengetahuan tacit, seperti diskusi database yang menyimpan "tahu bagaimana".
2. Untuk meningkatkan akses dan transfer pengetahuan. Di sini penekanannya pada konektivitas, akses dan transfer.
o Teknologi seperti sistem konferensi video, dokumen pemindaian dan berbagi peralatan dan jaringan telekomunikasi sentral.
3. Untuk meningkatkan pengetahuan lingkungan sehingga lingkungan yang konduktif untuk lebih efektif penciptaan pengetahuan, transfer dan digunakan. Hal ini melibatkan organisasi mengatasi norma-norma dan nilai-nilai yang berkaitan dengan pengetahuan.
o Meningkatkan kesadaran berbagi pengetahuan tertanam dalam hubungan klien dan pertunangan.
o Memberikan penghargaan untuk kontribusi kepada organisasi basis pengetahuan terstruktur.
o Melaksanakan program audit keputusan untuk menilai apakah dan bagaimana menerapkan pengetahuan karyawan dalam keputusan kunci.
o Sadarilah bahwa manajemen pengetahuan yang sukses bergantung pada struktur dan budaya.
4. Untuk mengelola pengetahuan sebagai aset dan untuk mengenali nilai pengetahuan untuk sebuah organisasi.
Namun, yang lainnya berusaha untuk mengambil tampilan suatu proses untuk menentukan manajemen pengetahuan.
Sebagai contoh, Jan Duffy mendefinisikan sebagai "sebuah proses yang mendorong inovasi dengan memanfaatkan kecerdasan dan pengalaman organisasi." 10 Gartner Group mendefinisikan itu sebagai "suatu disiplin yang mempromosikan suatu pendekatan yang terpadu dan kolaboratif dalam proses penciptaan aset informasi, penangkapan, organisasi , akses dan gunakan. "11

Di bawah ini adalah serangkaian proses manajemen pengetahuan yang diusulkan oleh P. Galagan: 12

• Menciptakan pengetahuan baru.
• Mengakses pengetahuan dari sumber eksternal.
• Mewakili pengetahuan dalam dokumen, database, perangkat lunak dan sebagainya.
• Menanamkan pengetahuan dalam proses, produk, atau layanan.
• Mentransfer pengetahuan yang ada di sekitar sebuah organisasi.
• Menggunakan pengetahuan yang dapat diakses dalam pengambilan keputusan.
• Memfasilitasi pertumbuhan pengetahuan melalui budaya dan insentif.
• Mengukur nilai dari aset pengetahuan dan dampak dari manajemen pengetahuan.
Baik dari perspektif proyek dan proses-proses operasional yang dijelaskan di atas kita dapat memperoleh pemahaman umum saat ini lingkup dan isi dari manajemen pengetahuan.

5. Pengetahuan manajemen di perpustakaan

Sementara dunia bisnis berubah dalam pengetahuan baru ekonomi dan era digital, perpustakaan dari semua jenis juga mengalami perubahan drastis. Peran baru perpustakaan di abad ke-21 perlu sebagai pusat belajar dan pengetahuan bagi pengguna mereka serta intelektual bersama untuk masing-masing komunitas di mana, meminjam kalimat dari Prinsip Keystone, "orang-orang dan ide-ide berinteraksi, baik dalam nyata dan lingkungan virtual untuk memperluas belajar dan memfasilitasi penciptaan pengetahuan baru. "13

Sebagai organisasi belajar, perpustakaan harus memberikan kepemimpinan yang kuat dalam manajemen pengetahuan. Tidak seperti organisasi bisnis yang tujuannya untuk manajemen pengetahuan untuk keunggulan kompetitif, paling umum, akademik, dan penelitian perpustakaan, dengan pengecualian perpustakaan perusahaan (yang dapat diketahui atau disebut perpustakaan perusahaan, perpustakaan khusus, atau pusat-pusat pengetahuan), yang berbeda orientasi dan nilai. Alih-alih persaingan, penggunaan internal, dan sedikit berbagi pengetahuan dengan orang lain di luar, misi yang paling penting umum, akademik, dan penelitian perpustakaan adalah untuk memperluas akses pengetahuan bagi pengguna mereka. Dibebankan oleh misi ini, perpustakaan harus bertujuan tujuan manajemen pengetahuan mereka tinggi. Di bawah ini adalah contoh dari apa yang dapat dilakukan perpustakaan untuk meningkatkan manajemen pengetahuan mereka dalam semua bidang utama layanan perpustakaan.

5,1 Pengetahuan manajemen sumber daya

Karena pertumbuhan eksponensial pengetahuan manusia dalam berbagai format, perpustakaan perlu mengembangkan sumber daya mereka mengakses dan berbagi strategi dari cetak ke elektronik dan digital sumber daya dalam konser dengan misi mereka dan biaya. Dibatasi oleh terbatasnya dana, teknologi, staf, dan ruang, perpustakaan harus hati-hati menganalisa kebutuhan pengguna mereka dan berusaha untuk mengembangkan rencana akuisisi koperasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Konsep perubahan dari "kepemilikan" untuk "akses" dan dari "berjaga-jaga" untuk "tepat waktu" harus menjadi tujuan dari sebuah strategi pembangunan sumber daya suara.
Terpadu online katalog akses publik (OPAC) dengan kedua sumber daya internal dan eksternal serta dicetak dan format lain pengetahuan harus dikembangkan dan dipertahankan. Berguna website dan pengetahuan sumber harus secara berkala mencari dan memilih dari Internet dan dimasukkan dalam OPACs oleh hard link. Sebuah sistem untuk meninjau dan memperbarui sumber daya ini harus dilakukan.
Akan melampaui pengetahuan eksplisit, perpustakaan juga harus mengembangkan cara untuk menangkap semua yang diam-diam pengetahuan yang penting bagi pengguna mereka, organisasi mereka, dan untuk operasi internal perpustakaan. Situs web masing-masing perpustakaan harus berfungsi sebagai portal untuk semua selektif dan sumber pengetahuan dan informasi yang relevan apakah eksplisit atau diam-diam, baik di situs atau terpencil, dan dalam semua format.

Istilah "Portal" telah didefinisikan oleh Michael Looney dan Peter Lyman sebagai "alat untuk mengumpulkan berbagai sumber daya informasi yang berguna menjadi satu, satu atap halaman Web, membantu pengguna untuk menghindari kewalahan oleh infoglut atau perasaan hilang pada web. "14

Pada saat ini pengetahuan jaringan digital dan usia, ukuran sumber informasi di Web tumbuh secara eksponensial. Tidak ada yang tahu persis berapa banyak halaman web di Internet karena halaman Web baru ditambahkan setiap detik. Statistik terbaru Internet host berjumlah hampir dua miliar dan tumbuh cepat dengan kecepatan 25% dari 1 / 2001 sampai 1/2002.15 Sebagian besar sering digunakan mesin pencarian Internet juga telah memperluas ukuran indeks dengan pesat. Sebagai contoh, menurut November 11, 2004 Laporan dari Search Engine Watch, Google mengklaim telah diindeks 8,1 miliar halaman web; MSN: 5.0 milyar halaman web; Yahoo: 4.2 milyar halaman web, dan Mintalah Reeves: 2,5 miliar halaman Web. 16 Dalam studi tahun 1999 oleh Lawrence dan Giles, masing-masing mesin pencari mungkin hanya mencakup 15% dari sumber daya Web pada waktu tertentu. Gabungan jangkauan mesin pencari diperkirakan mencapai 42 persen sumber daya yang relevan .. 17 itu juga sangat frustrasi bahwa banyak hasil ditemukan - di dalam puluhan ribu hits - yang tidak relevan. Satu telah untuk menyisir sejumlah besar temuan dalam rangka untuk menemukan beberapa informasi yang relevan. Namun, informasi di Web dapat sangat berguna jika saja kita dapat menerapkan teknologi kecerdasan buatan alat untuk menjelajah Internet dan untuk memilih, mendapatkan, menyusun, mengklasifikasikan, dan secara otomatis memberikan informasi yang dibutuhkan untuk setiap pengguna berdasarkan / nya minat khusus dan kebutuhan. Banyak pengetahuan baru seperti sistem manajemen dalam pengembangan dan pengujian dan sangat menjanjikan untuk memperkaya pengetahuan sumber daya, meningkatkan layanan pengguna, dan semakin efisien penggunaan pengetahuan untuk penciptaan dan pengambilan keputusan.

Universitas dan organisasi riset sendiri adalah pengetahuan waduk. Ini aset intelektual sangat dihargai, terlepas dari apakah mereka eksplisit atau diam-diam, harus diinventarisasi, diarsipkan, diindeks, sering diperbarui, dan membuat dapat diakses dalam bentuk digital.

Di samping itu, tradisional, waktu-metode dihormati katalogisasi dan klasifikasi yang hampir tidak memadai untuk menangani jumlah terbatas buku-buku, jurnal, dan dokumen, tetapi tidak memadai untuk menangani jumlah hampir tidak terbatas informasi digital dalam database elektronik yang besar dan di internet. Menggunakan Dublin Core metadata dan Koperasi Online Resources Katalog (CORC) telah menjadi pendekatan baru untuk menangkap informasi Web oleh usaha koperasi. Metode baru lainnya seperti data pertambangan, pertambangan teks, manajemen konten, mesin pencari, spidering program, bahasa alamiah pencarian, analisis linguistik, jaringan semantik, pengetahuan ekstraksi, konsep halaman kuning, dan teknik seperti informasi visualisasi sebagai dua dimensi atau tiga - pengetahuan dimensi pemetaan, dan sebagainya telah menjadi bagian dari perkembangan terakhir di sistem manajemen pengetahuan.



5,2 Resources sharing dan jaringan

Perpustakaan memiliki tradisi panjang dan berbagi sumber daya jaringan. Ini telah berkembang pesat karena perkembangan pesat komputer, telekomunikasi, jaringan, dan teknologi digital sejak tahun 1960-an. Di Amerika Serikat adalah sangat umum bagi perpustakaan untuk menjadi anggota dari beberapa konsorsium pada waktu yang sama untuk berbagai jenis pekerjaan dan sumber daya koperasi berbagi. Contoh terbaik dari ini adalah OCLC Online Computer Library Center dan OhioLINK (Ohio Perpustakaan dan Jaringan Informasi).

CORC proyek yang harus OCLC terutama berguna bagi perpustakaan untuk bekerja sama menangkap sumber daya digital dari semua jenis, menggambarkan mereka dalam format standar, dan membuat mereka dengan mudah dicari oleh pengguna.
Keberhasilan sebagian besar contoh-contoh dalam berbagi sumber daya dan jaringan sebagian besar hasil dari kerjasama dan partisipasi penuh dari semua anggota perpustakaan tanpa mementingkan diri sendiri. Besar dan perpustakaan besar harus memimpin dalam usaha seperti itu. Mendukung dalam kebijakan dan pendanaan dari pemerintah atau organisasi induk juga sangat penting. Pengalaman menunjukkan bahwa semua perpustakaan, terlepas dari ukuran dan spesialisasi, telah diuntungkan oleh perpustakaan kerjasama dan berbagi sumber daya.

5,3 pengembangan teknologi informasi

Untuk memfasilitasi pelaksanaan manajemen pengetahuan, yang dirancang dengan baik dan sistem manajemen pengetahuan operasional harus berada di tempat. Teknologi informasi terkini harus digunakan sebagai enabler. Dalam hal ini, direktur perpustakaan harus mempertimbangkan dirinya atau diri sebagai kepala perwira pengetahuan seluruh organisasi dan harus bekerja sama dengan CIO, kepala departemen perencanaan, komputer dan teknologi informasi pusat, departemen manajemen sumber daya manusia, yang departemen keuangan, dll untuk merancang dan mengembangkan sistem tersebut. Seperti sistem manajemen pengetahuan harus dibangun atas komputer yang ada dan infrastruktur teknologi informasi, termasuk upgrade intranet, extranet, dan Internet, dan program perangkat lunak yang tersedia untuk memudahkan penangkapan, analisis, organisasi, penyimpanan, dan berbagi informasi internal dan eksternal sumber daya untuk efektif pertukaran pengetahuan di antara pengguna, nara sumber (dosen, peneliti, dan subjek spesialis, dll), penerbit, lembaga pemerintah, bisnis dan industri, dan organisasi lain melalui berbagai saluran dan lapisan. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak dari teknologi informasi yang baru dikembangkan untuk database dan informasi / dokumen manajemen dapat dimanfaatkan pengetahuan pengelolaan seperti, data warehousing, data mining, pertambangan teks, manajemen konten, pengetahuan ekstraksi, pengetahuan pemetaan, groupware, dan informasi visualisasi, dll ditemukan oleh Hsinchun Chen bahwa "sejak pertengahan 1990-an, popularitas mesin pencari dan kemajuan di web spidering, pengindeksan, dan analisis link memiliki sistem IR 12Knowledge berubah menjadi lebih baru dan lebih kuat perangkat pencarian untuk konten di Internet . "18
Pengguna layanan 5,4
Tujuan sepenuhnya pengetahuan manajemen adalah untuk menyediakan pengguna dengan berbagai pelayanan yang berkualitas dalam rangka untuk meningkatkan komunikasi, penggunaan dan penciptaan pengetahuan. Sebanyak mungkin layanan ini harus disesuaikan dengan minat dan kebutuhan setiap pengguna. Informasi mengenai setiap pengguna dapat diperoleh dengan menganalisis catatan pendaftaran, survei, sirkulasi dan pinjaman antar-perpustakaan, referensi pertanyaan yang sering diajukan, dan penggunaan e-jurnal dan sumber daya digital, dll kepuasan dan kebutuhan pengguna harus dikumpulkan melalui periodik pengguna 'survei. Temuan harus digunakan untuk perencanaan dan mendesain ulang layanan perpustakaan. It is very important, however, that user’s privacy should always be protected.

Beberapa layanan manual seperti "publikasi baru waspada" dan "selektif penyebaran informasi," perpustakaan yang telah menyediakan, kini dapat dilakukan secara otomatis oleh mempekerjakan "teknologi dorong" dengan penuh efisiensi dan kenyamanan. Setiap pengguna perpustakaan juga dapat mendirikan / nya virtual "MyLibrary" diaktifkan oleh sistem perpustakaan dan jaringan untuk mengumpulkan dan mengorganisasikan sumber daya untuk penggunaan pribadi dan untuk tetap melaporkan sumberdaya baru yang disediakan oleh library.19

Perpustakaan dan Teknologi Informasi Association (Lita) telah menentukan seperti MyLibrary-layanan sebagai nomor satu tren "nilai mengawasi." Ini lebih lanjut menyatakan bahwa "Perpustakaan pengguna yang pengguna Web, sebuah kelompok berkembang, mengharapkan kustomisasi, interaktivitas, dan dukungan pelanggan.
Pendekatan yang berfokus pada perpustakaan bukan pengguna-terfokus akan semakin tidak relevan. "20

5,5 manajemen sumber daya manusia

Jumlah besar ahli pengetahuan yang dimiliki oleh staf perpustakaan dan pengguna, baik di dalam maupun di luar perpustakaan. Dalam komunitas riset universitas dan keahlian seperti itu sangat banyak dan harus diinventarisasi, diindeks, dan diperbarui secara teratur dan dibuat dicari dan diakses melalui database elektronik dibuat dan dikelola oleh perpustakaan. Akumulasi pengetahuan dan pengalaman anggota staf perpustakaan membentuk aset intelektual dari setiap perpustakaan dan harus dihargai dan berbagi. Budaya organisasi untuk berbagi pengetahuan dan keahlian harus ditetapkan dengan imbalan dan insentif yang tepat. Anggota staf yang diam-diam mereka berbagi pengetahuan dan pengalaman melalui tulisan, penerbitan, ceramah, bimbingan, atau mentoring harus tepat diakui dan dihargai. Budaya organisasi yang menekankan kerjasama, berbagi, dan inovasi hanya dapat dibentuk oleh kepemimpinan yang kuat dan komitmen dari direktur perpustakaan dan visi bersama oleh staf perpustakaan. Sebagai organisasi belajar, perpustakaan harus mengalokasikan dana tahunan untuk menyediakan staf melanjutkan pendidikan dan pelatihan untuk semua anggota staf. Pengetahuan harus diperbaharui dan diperluas untuk mencegah dari menjadi stagnan.

Perpustakaan juga harus mendorong transfer pengetahuan dan pengalaman dari staf berpengalaman anggota staf baru. Sebuah sistem mentoring harus berada di tempat untuk membantu pendatang baru untuk belajar dari berpengalaman staf perpustakaan. Informal seminar dan sesi mana brownbag staf dapat berinteraksi dan saling bertukar "pelajaran", "praktek terbaik" dan lain pengalaman dan pengetahuan khusus harus dijadwalkan secara berkala dan tepat waktu. Kelompok kepentingan khusus dan chat room dapat diciptakan melalui intranet. Karena banyak pengalaman berharga telah terakumulasi dari waktu ke waktu, perpustakaan harus memperhatikan baik kondisi kerja dan lingkungan, yang akan memberikan kontribusi untuk retensi staf yang lebih baik.

6. Kesimpulan

Dalam dunia bisnis, manajemen pengetahuan sudah dianggap sebagai strategis dan penting bagi organisasi untuk mendapatkan keunggulan kompetitif atas pesaing mereka, untuk menambah nilai bagi produk mereka, dan untuk memenangkan kepuasan yang lebih besar dari para pelanggan. Di dunia perpustakaan, ada pelajaran yang bisa dipelajari dari dunia bisnis. Manajemen pengetahuan adalah sebagai penting bagi perpustakaan seperti untuk bisnis dikurangi kompetitif, kepemilikan, dan menghasilkan uang keprihatinan. Bahkan, perpustakaan memiliki panjang dan pengalaman yang kaya dalam pengelolaan informasi. Banyak pengetahuan dan keterampilan kepustakawanan dapat diterapkan untuk manajemen pengetahuan.

Untuk setiap perpustakaan untuk berhasil dalam menerapkan manajemen pengetahuan akan memerlukan kepemimpinan yang kuat dan visi dari atas administrasi, yang dapat mempengaruhi organisasi upaya berbagi pengetahuan dengan cara yang positif. Seperti perpustakaan memasuki usia pengetahuan abad ke-21, kita tidak boleh mengambil kursi belakang dalam pengembangan manajemen pengetahuan. Sebaliknya, dipersenjatai dengan pengetahuan dan pengalaman profesional, kita harus berada di kursi pengemudi.
Teknologi informasi dan sistem dapat memberikan dukungan yang efektif dalam menerapkan manajemen pengetahuan. Pustakawan harus bekerja sama dengan para profesional TI dan lain-lain untuk mengembangkan sistem manajemen pengetahuan yang tepat.

Selanjutnya, pengetahuan manajemen tidak boleh dilihat sebagai cara untuk mengontrol proses penciptaan pengetahuan. Dalam bukunya, Mengaktifkan Pengetahuan Penciptaan, Georg Von Krogh et al membuat argumen yang kuat untuk mendukung penciptaan pengetahuan daripada mengendalikannya. Dalam proses penciptaan pengetahuan, setiap perpustakaan harus berusaha untuk menjadi sebuah enabler dan fasilitator dengan memobilisasi semua usaha dan resources.21

Pencipta pengetahuan terbaik adalah akademisi. Penciptaan pengetahuan terbaik adalah dilakukan oleh universitas. Sebagai organisasi pembelajaran dan pengetahuan, perguruan tinggi harus memberdayakan mereka untuk mengembangkan perpustakaan-perpustakaan kampus-sistem manajemen pengetahuan yang luas. Sekarang saatnya bagi perpustakaan untuk memposisikan diri dalam tahap pusat dan sebagai pemain terkemuka dalam manajemen pengetahuan.