Rabu, 22 Oktober 2008

minat baca siswa di perpustakaan

Di artikel ini saya akan mencoba mengatakan bahwa minat baca dan tulis bangsa Indonesia ini tidak dibangun secara dini karena perpustakaannya tidak menarik untuk dikunjungi atau bahkan tidak ada sama sekali.
Di sudut kota kecil lain di Jawa, perpustakaan sekolah adalah sebuah ruang 3X4 m2 yang dibuka ketika ada yang ingin mengunjunginya. Buku-bukunya pun sudah berdebu dan ada bekas sarang laba-laba disitu menandakan sangat jarangnya rak-rak itu dijamah.
Seorang guru yang memegang kunci perpustakaan itupun dengan malu-malu mengakui bahwa perpustakaan tersebut memang jarang dibuka karena tidak ada petugas yang melayaninya. Sehingga guru yang bertanggung jawab memegang kunci ruang tersebut. Di Madrasah Tsanawiyah di Pesisir utara pulau jawa, lain lagi ceritanya. Perpustakaan tampak bersih. Ruangan seluas kira-kira 6X8m2 dengan lantai keramik putih itu tampak ramai dikunjungi oleh para siswanya.
Seorang petugas tampak telaten melayani para siswa yang mau meminjam ataupun mengembalikan buku. Tetapi keanehan mulai nampak ketika petugas tersebut meminta tolong para siswa yang sudah mengembalikan buku itu untuk meletakkan sendiri di raknya. Dan ketika diamati lebih lanjut, buku-buku itu hanya di tumpuk begitu saja tanpa adanya sistem klasifikasinya maupun katalogisasinya. Petugas perpustakaan itu menjelaskan bahwa dia sudah empat tahun bertugas diperpustakaan tetapi belum pernah mengikuti pelatihan tentang perpustakaan karena beliau belum pegawai negeri.
Syarat-syarat untuk mengikuti pelatihan perpustakan adalah pegawai negeri. Maka sekolah tersebut mengirimkan salah seorang guru yang sudah pegawai negeri untuk mengikuti pelatihan tersebut. Dan guru tersebut adalah guru pustakawan di madrasah tersebut. Guru adalah guru. Tugas utama beliau adalah mengajar sehingga beliau menyerahkan urusan perpustakaan tersebut kepada petugas perpustakaan yang tak pernah mengenyam pelatihan bagaimana menata buku-buku sesuai dengan kaidah-kaidah perpustakaan ini.
Perpustakaan sebagai lembaga penunjang pendidikan nampaknya masih dianggap kurang penting. Sehingga berbagai kebijakan yang diambil oleh pihak yang berwenang selalu lebih mengutamakan pengembangan di bidang lain.
Perpustakaan berada di ruang yang sangat sempit, atau seruang dengan kantor guru atau di dekat WC, atau malah tidak ada sama sekali masih merupakan pemandangan yang umum di Indonesia ini. Begitu juga dengan pegawai yang menanganinya masih jauh untuk di sebut profesional. Guru-guru yang malas dan pegawai tata usaha yang bermasalah sering di tempatkan di perpustakaan sekolah yang mengakibatkan citra perpustakaan sebagai tempat pembuangan daripada sebagai tempat penunjang pendidikan.
Tak jarang pula pegawai perpustakaan adalah orang-orang yang sangat mahal senyum dan galak sehingga menjadikan perpustakaan sekolah sebagai tempat yang angker untuk dikunjungi. Buku-buku paket pelajaran yang menumpuk biasanya menjadi pemandangan yang lazim di perpustakaan-perpustakaan sekolah. Sangat jarang di jumpai perpustakaan sekolah, terutama di kota-kota kecil, yang menyediakan buku-buku cerita dan majalah-majalah yang di gandrungi anak-anak. Hal ini semakin membuat minat baca anak-anak Indonesia kian terpuruk.Peran Perpustakaan Sekolah Terhadap Prestasi SiswaPeran dan fungsi perpustakaan bagi sebuah sekolah sangatlah penting.
Di Amerika Utara, sekolah yang mempunyai prestasi tinggi rata-rata mempunyai perpustakaan sekolah yang berkwalitas. Menurut penelitian, sekolah-sekolah dengan perpustakaan yang berkwalitas mempunyai prestasi akademis 10-20 % lebih tinggi daripada sekolah-sekolah yang mempunyai perpustakaan yang biasa-biasa saja. Rendahnya minat baca sering dijadikan alasan terhadap rendahnya mutu pendidikan di Indonesia tetapi orang sering lupa faktor penyebabnya. Harga buku yang tidak terjangkau, buku-buku pelajaran disajikan dengan bahasa yang kaku, tak tersedianya tempat baca yang nyaman serta tidak adanya waktu senggang karena padatnya kurrikulum merupakan faktor penyebabnya.
Hal-hal tersebut sebenarnya bisa di antisipasi dengan adanya perpustakaan yang nyaman. Karena keberadaan perpustakaan umum yang menyediakan koleksi bacaan buat anak-anak sangat langka di Indonesia, maka keberadaan perpustakaan sekolah menjadi wajib hukumnya. Perpustakaan yang nyaman dan koleksi buku yang sesuai dengan usia mereka, bimbingan dari guru, kurikulum yang integratif dengan program perpustakaan akan menumbuhkan minat baca. Minat baca yang baca yang tinggi mempengaruhi prestasi akademik anak.
Semua pertanyaan anak yang masih dalam tahap ingin tahu itu bisa terjawab di perpustakaan. Perpustakaan yang nyaman belum tentu mahal tetapi memerlukan penanganan dan keterlibatan yang serius berbagai pihak untuk mendukungnya.Untuk memiliki sebuah perpustakaan yang nyaman, hal utama yang banyak diabaikan adalah tersedianya tenaga pustakawan yang profesional. Pustakawan yang professional inilah kunci menuju perpustakaan yang nyaman. Tetapi sayangnya banyak pihak yang masih beranggapan bahwa penataan perpustakaan dianggap mudah dan bisa diserahkan kepada siapa saja.
Banyak para pejabat negara menganggap pustakawan penting. Tetapi sayangnya masih dalam tahap wacana. Ketika mencapai tataran praktis, pengelolaan perpustakaan banyak di serahkan pada guru ataupun petugas TU dengan alasan efektifitas tenaga kerja. Tetapi yang terjadi di lapangan, tenaga guru sudah banyak terserap untuk mengajar dan sisa-sisa tenaga yang belum tentu ada itu digunakan untuk mengelola perpustakaan.
Tenaga sisa tentu saja tak sama dengan tenaga utuh. Maka hasil pengelolaan perpustakaanpun menjadi tidak maksimal. Tak jarang guru yang mengelola perpustakaan itu diganti setiap setahun sekali oleh kepala sekolahnya sehingga program perpustakaan harus selalu mulai dari nol karena harus berganti-ganti pengelola yang tak tahu banyak tentang sistem perpustakaan.Seandainya saja para pengambil kebijakan itu mempekerjakan pustakawan profesional di setiap perpustakaan sekolah seperti yang ditempuh oleh sekolah-sekolah swasta di kota-kota besar, tentu program perpustakaan tak harus selalu mulai dari nol setiap tahunnya dan hal ini akan lebih efektif dari pada harus mempekerjakan seorang guru dengan dua pekerjaan; mengajar dan mengelola perpustakaan.
Untuk itu, penataran-penataran tentang pentingnya perpustakaan seharusnya tak hanya diikuti oleh petugas perpustakaan saja tetapi seharusnya diikuti oleh para pemegang kebijakan di sekolah, yaitu kepala sekolah. Hal ini penting untuk menyeragamkan visi antara pelaksana dan pemegang kebijakan, antara pegawai perpustakaan dan kepala sekolah tentang pentingnya perpustakaan.
Selama ini, banyak penataran-penataran tentang perpustakaan ini hanya diikuti oleh para petugas perpustakaan saja yang kerap kali petugas-petugas tersebut menjadi frustrasi karena ilmu yang didapatnya dari penataran-penataran tersebut tidak mendapatkan dukungan ketika mencoba menerapkannya di lapangan. Dengan menatar para pemegang kebijakan disekolah tentang pentingnya perpustakaan akan memudahkan terciptanya perpustakaan yang standar serta nyaman.
Teacher Librarian
Konsep Teacher librarian yang diterapkan di negara-negara maju memang terbilang sukses. Tetapi pembekalan terhadap para teacher librarian di barat sangatlah serius. Seoarang teacher librarian harus memiliki double degree; dari fakultas pendidikan dan dari fakultas ilmu perpustakaan. Dengan double degree dan kurikulum yang mendukung ini, keahlian mereka baik untuk mengajar maupun untuk mengelola perpustakaan sangat bisa dipertanggung jawabkan baik pada tataran managerial maupun teknis.
Karena keahlian yang double ini, maka tunjangan yang didapatpun double; tunjangan sebagai pustakawan dan tunjangan sebagi guru.
Di Indonesia, para guru hanya di bekali satu atau dua minggu pelatihan perpustakaan dan mereka dianggap mampu untuk mengajar dan mengelola perpustakaan dengan tunjangan hanya sebagai tenaga pengajar. Maka tak heranlah apabila banyak perpustakaan-perpustakaan sekolah itu terbengkalai. Ilmu mengelola perpustakaan tak dapat dipelajari hanya dalam sekejap.
Kalau memang mau menerapkan konsep teacher librarian di Indonesia, hendaknya perbekalan terhadap para teacher libarian pun dilakukan secara matang karena tenaga pustakawan yang profesional inilah yang paling paham dengan program-program bagi pengembangan perpustakaan dari tingkat managerial mapun teknis.
Dan tentu saja tunjangan kesejahterannyapun harus diperhatikan. Setidak-tidaknya kredit point ketika mengelola perpustakaanpun harus laku untuk kenaikan pangkat.Belajar dari perpustakaan sekolah di Montreal.
Di propinsi Quebec Montreal, perpustakaan menjadi syarat wajib bagi akreditasi sekolah. Nampaknya membandingkan Indonesia dengan negara-negara maju sangatlah jauh. Tetapi bukan tidak mungkin untuk di ikuti asal ada dukungan dari pemilik kebijakan dan kemauan dari berbagai pihak.
Perpustakaan memang berhubungan dengan buku/koleksi perpustakaan, tenaga pustakawan dan sistem yang berarti dana. Tetapi mengumpulkan dana bukan berarti harus mahal.
Di Perpustakaan Westmount Park School misalnya, pustakawannya mengajak para guru dan siswa untuk menggalang dana lewat acara Bake Sale atau semacam pasar jajan di Indonesia. Para orang tua siswa memasak makanan kecil dan menjualnya di sekolah. Penjualan coklat oleh siswa juga dilakukan dalam rangka pembelian koleksi perpustakaan mereka.
Satu lagi yang menarik adalah kerja sama pepustakaan sekolah dengan penerbit buku anak-anak. Setiap bulan, para siswa di beri katalog buku-buku baru dengan harga terjangkau dan sekian persen uang hasil dari penjualan tsb akan menjadi kas bagi perpustakaan-perpustakaan sekolah di Montreal. Dan tentunya hal yang tak begitu sulit untuk di contoh bagi pengelola perpustakaan di Indonesia.
Meskipun proses katalogisasi dan Klasifikasi di lakukan oleh pustakawan pusat yang bekerja di English Montreal School Board, tetapi pustakawan tetap ada di masing-masing sekolah dibantu oleh para orang tua siswa yang menjadi voluntir di perpustakaan sekolah. Tiap jam, para siswa di kelas tertentu berdatangan didampingi oleh guru mereka untuk belajar di perpustakaan. Pustakawanpun sibuk memberikan bantuan untuk mencarikan bahan belajar, berdiskusi tentang isi buku, merekomendasikan buku dan koleksi perpustakaan yang lain dan tentu saja “story telling”.
Para guru dan pustakawan memotivasi para siswa untuk membaca dan para siswa harus membikin ‘book report’ terhadap buku-buku yang dibacanya. Untuk kelas yang lebih kecil, cukup dengan menuliskan “ saya suka buku ini” atau “saya tak suka buku ini”. Sedangkan untuk kelas-kelas yang lebih tinggi harus di sertai alasan mengapa buku ini bagus dan mengapa buku yang lainnnya jelek. Tentu saja book report itu harus di tanda tangai oleh orang tua/wali siswa.Masalah perpustakaan adalah masalah serius. Pengelolaannyapun harus serius dan terfokus. Dengan pustakawan yang profesioanal, rasa tanggung jawab dari pihak sekolah, masyarakat, dan pemerintah yang tak hanya di bibir saja, peprustakaan di Indonesiapun bisa nyaman. Dengan perpustakaan yang nyaman, minat baca generasi muda Indonesia yang di gembar-gemborkan terpuruk itu, akan naik secara drastis. Dan Indonesia akan menjadi bangsa yang cerdas dan mandiri.

berbagai jenis computer display

Monitor atau yang juga disebut sebagai “computer display” merupakan komponen output yang digunakan untuk menampilkan teks atau gambar ke layar sehingga dapat dinikmati oleh pemakai.1.1. Sejarah MonitorPada generasi awal komputer, belum menggunakan monitor khusus seperti sekarang ini. Komputer waktu itu terhubung dengan TV keluarga sebagai layar penampil dari pengolahan data yang dilakukannya. Yang cukup menjadi masalah adalah bahwa resolusi monitor TV saat itu hanya mampu menampilkan 40 karakter secara horisontal pada layar.
Monitor khusus untuk komputer dikeluarkan oleh IBM PC, yang pada awalnya memiliki resolusi 80 X 25 dengan kemampuan warna “green monochrome”. Monitor ini sudah mampu menampilkan hasil yang lebih terang, jelas dan lebih stabil.Pada generasi berikutnya muncul mono graphics (MGA/MDA) yang memiliki 720x350. Selanjutnya di awal tahun 1980-an muncul jenis monitor CGA dengan range resolusi dari 160x200 sampai 640x200 dan kemampuan warna antara 2 sampai 16 warna.Monitor EGA muncul dengan resolusi yang lebih bagus yaitu 640x350.
Monitor jenis ini cukup stabil sampai berikutnya munculnya generasi komputer Windows.Semua jenis monitor ini menggunakan digital video - TTL signals dengan discrete number yang spesifik untuk mengatur warna dan intensitas cahaya. Antara video adapter dan monitor memiliki 2, 4, 16, atau 64 warna tergantung standard grafik yang dimiliki.
Selanjutnya dengan diperkenalkannya standard monitor VGA, tampilan grafis dari sebuah Personal Computer menjadi nyata. VGA dan generasi-generasi yang berhasil sesudahnya seperti PGA, XGA, atau SVGA merupakan standard analog video dengan sinyal R (Red), G (Green) dan B (Blue) dengan continuous voltage dan continuous range pada pewarnaan.
Secara prinsip analog monitor memungkinkan penggunaan full color dengan intensitas yang tinggi. Generasi monitor terbaru adalah teknologi LCD yang tidak lagi menggunakan tabung elektron CRT tetapi menggunakan sejenis kristal liquid yang dapat berpendar. Teknologi ini menghasilkan monitor yang dikenal dengan nama Flat Panel Display dengan layar berbentuk pipih, dan kemampuan resolusi yang tinggi.1.2.
Berbagai Jenis Monitor
Dengan perkembangannya yang sangat pesat, saat ini terdapat tiga jenis teknologi monitor. Ketiga golongan teknologi tersebut adalah CRT (Cathode Ray Tube), Liquid Crystal Display (LCD) dan Plasma gas.
a. Cathode Ray Tube
Pada monitor CRT, layar penampil yang digunakan berupa tabung sinar katoda. Teknologi ini memunculkan tampilan pada monitor dengan cara memancarkan sinar elektron ke suatu titik di layar. Sinar tersebut akan diperkuat untuk menampilkan sisi terang dan diperlemah untuk sisi gelap.Teknologi CRT merupakan teknologi termurah dibanding dengan kedua teknologi yang lain. Meski demikian resolusi yang dihasilkan sudah cukup baik untuk berbagai keperluan. Hanya saja energi listrik yang dibutuhkan cukup besar dan memiliki radiasi elektromagnetik yang cukup kuat.
b. Liquid Crystal Display
Monitor LCD tidak lagi menggunakan tabung elektron tetapi menggunakan sejenis kristal liquid yang dapat berpendar. Teknologi ini menghasilkan monitor yang dikenal dengan nama Flat Panel Display dengan layar berbentuk pipih, dan kemampuan resolusi yang lebih tinggi dibandingkan dengan CRT. Karena bentuknya yang pipih, maka monitor jenis flat tersebut menggunakan energi yang kecil dan banyak digunakan pada komputer-komputer portabel.
Kelebihan yang lain dari monitor LCD adalah adanya brightness ratio yang telah menyentuh angka 350 :
1. Brigtness ratio merupakan perbandingan antara tampilan yang paling gelap dengan tampilan yang paling terang.Liquid Crystal Display menggunakan kristal liquid yang dapat berpendar. Kristal cair merupakan molekul organik kental yang mengalir seperti cairan, tetapi memiliki struktur spasial seperti kristal. (ditemukan pakar Botani Austria – Rjeinitzer) tahun 1888.
Dengan menyorotkan sinar melalui kristal cair, intensitas sinar yang keluar dapat dikendalikan secara elektrik sehingga dapat membentuk panel-panel datar.Lapisan-lapisan dalam sebuah LCD:Polaroid belakangElektroda belakangPlat kaca belakangKristal CairPlat kaca depanElektroda depanPolaroid depanElektroda dalam lapisan tersebut berfungsi untuk menciptakan medan listrik pada kristal cair, sedangkan polaroid digunakan untuk menciptakan suatu polarisasi.
Dari sisi harga, monitor LCD memang jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan monitor CRT.
2. Dan beberapa kelemahan yang masih dimilikinya seperti kurang mampu digunakan untuk bekerja dalam berbagai resolusi, seperti misalnya monitor dengan resolusi 1024 X 768 akan terkesan agak buram jika dipekerjakan pada resolusi 640 X 420. Tatapi akhir-akhir ini kelemahan tersbut sudah mulai di atasi dengan teknik anti aliasing.
c. Plasma GasMonitor
jenis ini menggabungkan teknologi CRT dengan LCD. Dengan teknologi yang dihasilkan, mampu membuat layar dengan ketipisan menyerupai LCD dan sudut pandang yang dapat selebar CRT.Plasma gas juga menggunakan fosfor seperti halnya pada teknologi CRT, tetapi layar pada plasma gas dapat perpendar tanpa adanya bantuan cahaya di belakang layar. Hal itu akan membuat energi yang diserap tidak sebesar monitor CRT. Kontras warna yang dihasilkan pun lebih baik dari LCD. Teknologi plasma gas ini sering bisa kita jumpai pada saat pertunjukan-pertunjukan musik atau pertandingan-pertandingan olahraga yang spektakuler. Di sana terdapat layar monitor raksasa yang dipasang pada sudut-sudut arena tertentu. Itulah monitor yang menggunakan teknologi plasma gas.

Selasa, 21 Oktober 2008

sebuah harapan pustakawan non pns

Agar sebuah profesi tetap eksis dan bermartabat perlu didukung oleh payung hukum yang dilindungi oleh negara. Sebagai contoh sejak dikeluarkannya UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pemerintah tidak membedakan profesi tersebut berdasar dimana lingkungan mereka bekerja, apakah mereka guru dan dosen negeri (PNS) atau guru dan dosen swasta. Profesi tersebut diberikan hak-hak yang pantas dan dihargai harkat dan martabatnya karena mereka selama ini telah menjalankan kewajibannya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang diamanatkan dalam Konstitusi.
Hak-hak yang diberikan pun tidak membedakan apakah mereka dari golongan PNS atau swasta. Jika memenuhi semua persyaratan, mereka dapat diberi berbagai macam tunjangan, hak cuti bahkan diberi perlindungan keamaanan selama mereka bertugas. Pada pasal 51 sampai dengan 59 UU No. 14 tahun 2005 misalnya seorang dosen dapat mendapat tunjangan kehormatan, cuti, pengembangan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dsb.
Seharusnya Profesi Pustakawan pantas iri juga, bukankah pustakawan selama ini dikenal sebagai profesi yang menunjang tugas guru dan dosen dalam proses pendidikan. Dengan tidak diaturnya secara utuh perihal profesi pustakawan dalam UU No. 43 tahun 2007 yang baru saja disahkan menjadi UU tentang Perpustakaan, kelihatannya profesi ini masih dianggap sebelah mata di negeri kita sendiri. Beberapa peraturan yang dikeluarkan pemerintah selama ini (lihat Perpres RI No. 40 tahun 2006 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional, Arsiparis dan Pustakawan) memang mengatur profesi tersebut tapi hanya sekedar pemberian tunjangan fungsional bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) sedangkan bagi mereka yang mengabdikan diluar pemerintahan tidak diatur secara mengikat, bagaimana dengan hak-hak lain seperti perlindungan profesi selama mereka bekerja, hak pengembangan pendidikan profesi ke jenjang yang lebih tinggi, hak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup, hak otonomi keilmuan, dan hak berserikat.
Justru dikeluarkannya Perpres RI No. 40 tahun 2006 yang hanya berlaku dan dikhususkan pada pustakawan yang menjalankan tugasnya di birokrasi atau berkarir sebagai pegawai negeri sipil ( PNS ) semakin nampak dikotomi antara pustakawan pemerintah dan “pekerja Perpustakaan” di luar pemerintah. Mengapa penulis menyebut pekerja perpustakaan di luar pemerintah karena sebelum RUU Perpustakaan yang diajukan pemerintah disahkan oleh DPR bulan Oktober 2007 lalu belum ada peraturan setingkat Undang-Undang yang mengatur secara kompleks mengenai profesi ini.
Secara nomenklatur sebutan pustakawan sebenarnya berlaku umum tidak mengenal dikotomi pemerintah atau non pemerintah, tapi kenyataannya semua peraturan resmi mengenai pustakawan yang dikeluarkan pemerintah cenderung menguntungkan pustakawan dalam birokrasi. Sedangkan nasib pustakawan yang bekerja di swasta, pemerintah sepertinya merasa belum terlalu “urgen” untuk mengaturnya. Pustakawan non pemerintah yang selama ini banyak bekerja di sektor swasta misalnya jangan berharap mereka mendapat tunjangan fungsional seperti rekan-rekan mereka di pemerintahan, kompensasi yang mereka terima pun harus sama dengan pekerja biasa yang tidak memiliki keahlian apapun.
Alangkah gembiranya jika harapan kita profesi pustakawan dapat dihargai dengan UU dimana diatur masalah hak dan kewajiban sebagai seorang profesional yang melayani masyarakat tanpa memandang lingkungan mereka bekerja. Mungkin masih jauh harapan itu tapi bukan berarti itu hal yang mustahil jika kemudian IPI sebagai lembaga bernaungnya para pustakawan berusaha memperjuangkan UU profesi itu atau paling tidak dapat mengusulkan kepeda pemerintah dalam pembuatan peraturan pemerintah sebagai pelaksana UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan dijabarkan lagi secara lebih kompleks mengenai hak dan kewajiban profesi pustakawan.

teacher librarian

Guru pustakawan (teacher librarian) dalam konsep barat itu sebenarnya ada dan berbeda dengan tugas guru maupun pustakawan. kalo dibarat guru pustakawan itu adalah guru yang dibekali khusus pengetahuan tentang dunia kepustakawanan dan tugasnya sebagai penghubung antara perpustakaan dengan para siswa dan para guru dalam pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar.
Sehingga guru pustakawan menjadi tulang punggung pemberdayaan perpustakaan menuju jantungnya pendidikan (pusat pemberlajaran). Singkatnya menjadi semacam PR nya perpustakaan lah.nah hanya saja di Indonesia istilah itu belum populer dan belum dipahami oleh banyak orang. salah satu sebabnya karena ya minimnya perhatian kita terhadap perpustakaan sekolah dan juga pustakawan. masih banyak sekolah yang tidak punya perpustakaan dan kalopun ada pengelolanya adalah para guru sehingga ya tadi itu ya jadi guru tapi juga disuruh jadi pustakawan. Hanya sebagian kecil sekolah yang sudah memiliki perpustakaan lengkap dengan tenaga pustakawan (lulusan D3 ilmu perpustakaan)
So.. konsep guru pustakawan (teacher librarian) dinegeri ini masih jauh dari harapan sebab syarat adanya guru pustakawan jika perpustakaannya sudah bagus dan ada pustakawannya. baru nanti butuh yang namanya guru pustakawan.Kalo sekarang ya.. para guru yang juga dibebani jadi pustakawan ya bersabarlah dan mari kita perjuangkan program “one school one library and one librarian”Jayalah.. perpustakaan sekolah…

Senin, 20 Oktober 2008

sdm perpustakaan kurang diberdayakan


Sebagai pusat sumber belajar yang kini kian bertumbuh pesat, perpustakaan masih dinilai belum dikelola secara profesional karena ternyata tidak diikuti perkembangan SDM-nya. Banyak perpustakaan, baik itu perpustakaan umum atau perpustakaan perguruan tinggi, yang dipimpin oleh mereka yang bukan dari kalangan perpustakaan, atau paling sedikit yang mempunyai pengalaman sebagai pustakawan.
Termasuk di dalamnya adalah para pejabat atau petugas di bawahnya. Indikatornya a.l. meski sejumlah perguruan tinggi telah meluluskan sarjana perpustakaan, namun fakta menunjukkan bahwa SDM yang muncul masih belum sesuai dengan harapan. Tentu yang dimaksud dengan SDM tersebut adalah mereka yang menguasai bidang ilmu perpustakaan dan memiliki pengalaman bekerja di perpustakaan.
Sebagaimana terungkap dari data yang dimiliki Perpustakaan Nasional, jumlah pustakawan saat ini hanya sekitar 2,600 orang (yang berstatus PNS). Dari sekian banyak pustakawan itu, yang menyandang gelar pustakawan utama (golongan IV/d – IV/e) hanya 12 orang atau 0.46%. Pustakawan madya baru (IV/a – IV/c) 190 orang atau 7.24%, sedangkan lainnya berjumlah 2,421 orang atau 92.3%.
Demikian sekilas paparan oleh Lasa Hs, Pustakawan Utama di Universitas Gadjah Mada, pada Rapat Koordinasi Perpustakaan se DI Jogjakarta yang digelar oleh Badan Perpustakaan Daerah DIY, Rabu 13 Februari 2008, di Hotel Roos Inn. Kenyataan ini tentu saja tidak sejalan dengan apa yang diamanatkan oleh Undang-undang no. 43/2007 tentang perpustakaan. Bisa saja para pengambil keputusan berdalih bahwa peraturan itu masih baru dan belum sepenuhnya disosialisasikan secara nasional, tapi informasi tentang berbagai aspek teknis kepustakawanan yang harus diikuti sudah disebarluaskan oleh Perpustakaan Nasional jauh sebelum terbitnya undang-undang tersebut.
Hal ini diungkap oleh Kepala Perpustakaan Nasional Dady Rachmananta dalam ceramahnya mengenai kebijakan pengembangan perpustakaan. Rakor yang dibuka oleh Sekretaris Daerah DIY Tri Harjun Ismaji menampilkan narasumber Setyoso dan Bayudono, selain Lasa Hs dan Dady Rachmananta, dan dimoderatori oleh Azharuddin.
Peserta sidang terdiri dari para kepala perpustakaan umum kabupaten/kota se-DIY disertai beberapa pejabat terkait di jajaran masing-masing.
Sesuai predikatnya sebagai lembaga layanan publik, perpustakaan (umum) dituntut untuk memenuhi aneka kegiatan yang tertuang dalam tugas pokok dan fungsinya, lanjutnya. Tapi survei membuktikan bahwa di berbagai perpustakaan kualitas layanannya belum maksimal karena sering terbentur minimnya pengetahuan teknis petugasnya, kurang memadainya anggaran operasional dan sarana yang tidak memenuhi standar. Kondisi ini diperparah lagi dengan diangkatnya banyak pejabat pemerintah yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan perpustakaan atau belum pernah mengenal seluk beluk perpustakaan, tapi dipaksakan menjadi pimpinan di lembaga itu. Hal ini merupakan konsekuensi dari pengisian jabatan yang asal-asalan karena hanya didasari pertimbangan pemerataan, hutang budi, atau pertemanan.

beda pustakawan guru dengan guru pustakawan

Menurutku nich, kalo pustakawan guru adalah pustakawan yang mampu menjadi seorang guru. dalam arti dia mampu mengajar, melatih dan mendidik anak didiknya.terus kalo guru pustakawan, ya yang selama ini terjadi di dunia pendidikan.
Guru pustakawan lebih kepada guru yang diberi tugas sampingan “mengurus” perpustakaan. itu saja. tidak lebih.kalo keduanya berbeda, lantas apakah yang perlu diperhatikan untuk menjadikan pustakawan guru ato guru pustakawan bisa mengerjakan tugasnya dengan benar dan asik? hayo…siapa yang dapat menjawabnya?apakah selamanya pustakawan tidak akan “mendapat tempat” di sekolah? ato apakah selamanya guru akan berprofesi ganda sebagai pustakawan? ayo kita hapus itu semua. dengan usaha untuk menjadikan pustakawan sebagai sebenar-benarnya pustakawan dan guru sebagai sebener-benarnya guru.

Jumat, 17 Oktober 2008

tujuan perpustakaan sekolah

Tujuan penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan bersama-sama dengan unsur sekolah lainnya. Perpustakaan Sekolah menunjang, mendukung, dan melengkapi semua kegiatan, baik kurikulair maupun non-kurikulair.

Fungsi Perpustakaan Sekolah
adalah pusat kegiatan belajar dan mengajar, pusat penelitian sederhana, pusat membaca guna menambah ilmu pengetahuan dan rekreasi.
Sasaran pembinaan dan pengembangan perpustakaan adalah terciptanya suatu kondisi sosial masyarakat Indonesia yang biasa membaca, gemar belajar dan cinta perpustakaan bagi peningkatan kecerdasan kehidupan bangsa.

Untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan, Perpustakaan Sekolah harus mempunyai Pustakawan Sekolah yang sanggup mengembangkan profesinya, harus memiliki fasilitas yang memadai, baik yang berupa gedung/ruang, perabotan dan koleksi berupa bahan pustaka atau non-pustaka, juga dana yang memadai.

Pustakawan Sekolah harus mampu mendayagunakan perpustakaan, trampil dan mampu merencanakan program kegiatan, sehingga perpustakaan dapat berkembang dengan baik dan dapat memenuhi kebutuhan pengguna perpustakaan.

Masalah-masalah yang dihadapi

Untuk Perpustakaan Sekolah sampai sekarang masih lemah dan memprihatinkan, ini akibat dari kurang keterbukaan Kepala Sekolah untuk usul-usul atau saran-saran Pustakawan demi perkembangan Perpustakaan Sekolah.
Padahal kunci ada pada Kepala Sekolah yang mengerti sungguh-sungguh tentang fungsi Perpustakaan Sekolah sebagai penunjang kurikulum dalam sistem pendidikan.
Perpustakaan merupakan rohnya Sekolah atau jantungnya Sekolah, kalau semua Kepala Sekolah penuh perhatian dan pengertian terhadap perpustakaan sekolah, niscaya nasib perpustakaan-perpustakaan sekolah akan lebih baik.

Apalagi Kepala Sekolah dan Pustakawan terjalin kerjasama yang baik, biasanya tentang dana pun tidak akan ada masalah yang berarti. Biaya untuk penyelenggaraan perpustakaan akan dimasukkan dalam biaya operasional pada awal tahun ajaran, sehingga rencana perpustakaan dapat dilaksanakan sejalan dengan rencana Sekolah pada umumnya.

strategi pengembangan UPT perpustakaan ITB

Bidang IPTEK
Peningkatan kemampuan memanfaatkan, mengembang kan, dan menguasai IPTEK dilaksanakan dengan mengutamakan peningkatan kemampuan alih teknologi melalui perubahan dan pembaharuan teknologi yang didukung oleh pengembangan kemampuan sumber daya manusia, sarana dan prasarana penelitian dan pengembangan yang memadai, serta peningkatan mutu pendidikan sehingga mampu mendukung upaya penguatan, pendalaman, dan perluasan industri dalam menunjang proses indutrialisasi menuju terwujudnya bangsa Indonesia yang maju, mandiri dan sejahtera

Pendidikan

Sarana dan prasarana pendidikan seperti perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, sarana keterampilan dan pelatihan, media pengajaran, teknologi pendidikan, serta fasilitas pendidikan jasmani dikembangkan dan disebarluaskan secara merata untuk membantu terselenggaranya dan meningkatnya kualitas pendidikan sesuai dengan tuntutan persyaratan pendidikan serta kebutuhan pembangunan

Kebudayaan

Pembinaan dan pengembangan perpustakaan dan kearsipan terus dilanjutkan dan diupayakan untuk lebih menunjang pengembangan budaya bangsa, mencerdaskan bangsa dan memasyarakatkan budaya gemar membaca dan belajar. Pembangunan perpustakaan dan kearsipan perlu ditingkatkan dan disebarluaskan merata di seluruh pelosok tanah air, didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai

(Sumber: GBHN. Tap MPR No. II/MPR/1993. Jakarta: BP-7 Pusat, 1993)


SASARAN PENGEMBANGAN:

· Menciptakan sistem ITB yang terpadu secara keilmuan, kelembagaan, misi dan kegiatannya
· Meningkatkan kemampuan ilmiah dengan program pascasarjana sebagai ujung tombak serta ITB sebagai Research and Development University
· Mengembangkan penelitian dengan kebutuhan pembangunan nasional, penguasaan ilmu-ilmu dasar serta critical science and technologies, pengembangan program studi unggulan dan pengabdian kepada mayarakat yang tepat sasaran
· Meningkatkan kerjasama keterkaitan perguruan tinggi, industri, dan lembaga pemerintah serta kemasyarakatan
· Menyelenggarakan otonomi perguruan tinggi serta mewujudkan kehidupan akademis yang mandiri, dinamis, maju dan kreatif dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia: Pancasila


MISI ITB

· Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk kesejahteraan umat manusia, khususnya masyarakat Indonesia, disertai dengan pengembangan SDM yang diperlukan untuk tujuan tersebut
· Menjaga agar ilmu pengetahuan dan teknologi tetap menjadi unsur pendorong penegakan nilai-nilai kemanusiaan dan kesejahteraan umat manusia secara berkelanjutan
· Mengimbangi tekanan kekuatan ilmu dan teknologi negara maju serta dampak arus globalisasi yang makin meluas, mengantisipasi perkembangan ilmu dan teknologi yang makin pesat dan persaingan antarbangsa yang makin ketat
· Menjaga kemantapan lingkungan agar benturan industri dan kehidupan modern tidak menghancurkan keseimbangan ekologi dan kehidupan
· Memerangi berbagai bentuk kemiskinan melalui proses pengembangan, dengan menggunakan metoda ilmiah yang disalurkan melalui pendidikan dan penelitian

WAWASAN ITB

· ITB mempunyai ciri sebagai perguruan tinggi teknologi yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan bisnis dan ilmu-ilmu kemanusiaan
· ITB mempunyai aspirasi untuk meningkatkan berfungsinya ilmu dan teknologi dalam masyarakat
· ITB mempunyai sikap untuk selalu mengabdikan diri kepada dan mempelopori pengembangan
· ITB mempunyai upaya untuk senantiasa memelihara dan meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya agar selalu dapat menganggapi dinamika dan memberi sumbangan kepada arah dinamik lingkungannya, dalam kebutuhan terhadap ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

(Sumber: Katalog Kurikulum 1993. Bandung: ITB, 1995)

Dari dasar strategi pengembangan tersebut, hal-hal yang diperlukan oleh ITB adalah:

· Kurikulum yang disempurnakan berkelanjutan
· Dosen yang selalu meningkat kemampuannya
· Mahasiswa dan lulusan yang tinggi kemampuannya
· Jaringan informasi dan perpustakaan yang maju dan berkembang
· Fasilitas dan laboratorium yang memadai
· Keleluasaan pengadaan dan penggunaan dana
· Keleluasaan hubungan kerjasama dengan pemerintah, industri, perguruan tinggi, dan pendidikan di dalam dan luar negeri

(Sumber: ITB Sekilas Data dan Informasi. Bandung: ITB, 1995)

Keadaan Sistem Informasi di ITB pada saat ini adalah sebagai berikut:

1986 - Sistem Informasi Akademik (SIKAD), di Biro Administrasi Akademik
1988 - Sistem Informasi Kepegawaian (SIPEG), di Bag. Kepegawaian
1989 - Sistem Informasi Keuangan (SIKU) hanya menangani administrasi SPP saja.
Pada tahun 1992 dikembangkan menjadi Sistem Informasi Anggaran Terpadu (SIAT) yang menangani SPP/DPP, DRK /Rutin, DIP, OPF
1989 - Sistem Informasi Sarana Akademik (SINSARAK), menangani pemasukan data untuk membuat Jadwal Kuliah
1989 - Sistem Layanan Informasi (SLI) versi I: memperguna-kan basis DOS, untuk para pimpinan ITB di kantor Pusat ITB Jl. Tamansari 64. Tahun 1993 dikembangkan dengan tampilan berbasis Windows
1990 - Sistem Informasi Kemahasiswaan (SIMAWA), berasal dari sistem yang dibangun oleh Direktorat Kemahasiswaan DIKTI. Kemampuannya hanya untuk memasukkan data kemahasiswaan.


Sistem Informasi lainnya dimiliki oleh:

· PUREK V ITB, Bidang Pengembang Perencanaan dan Pengawasan
· Lembaga Penelitian
· Lembaga Pengabdian pada Masyarakat
· Bagian Perlengkapan, untuk Inventory Control


Sistem Informasi yang Dimiliki oleh UPT Perpustakaan ITB

1985 - mempergunakan dBase III Plus untuk pencatatan koleksi perpustakaan
1992 - mempergunakan CDS/ISIS untuk data buku koleksi Perpustakaan Pusat sebanyak 15.000 judul buku, judul majalah, kliping, indeks artikel Bidang Ilmu Hayati, laporan Penelitian dan Tesis sebanyak 1000 judul.
1995 - direncanakan sistem terpadu untuk pengadaan, pengatalogan, sirkulasi, OPAC, interkoneksi dengan perpustakaan lain melalui surat elektronik


RENCANA STRATEGI UPT PERPUSTAKAAN ITB

Dengan melihat kekuatan sistem informasi yang sudah ada di sekitar UPT Perpustakaan pada saat ini, maka direncanakan Sistem Perpustakaan yang terpadu dengan sistem-sistem lain yang sudah ada di ITB. Beberapa hal yang diinginkan antara lain:

· Anggaran Pengadaan Pustaka dengan Sistem Informasi Anggaran Terpadu. Sebagai contoh: Pimpinan Perpustakaan dapat melihat besarnya dana yang dianggarkan untuk Perpustakaan, maupun sisa anggaran untuk tahun yang sedang berjalan melalui layar komputer
· Masalah kemahasiswaan dengan Sistem Informasi Akademi. Sebagai contoh pada saat Pendaftaran Ulang setiap semester, sistem dapat mengetahui nama mahasiswa yang mempunyai kasus dengan Perpustakaan. Contoh lain, Kartu Mahasiswa dapat berfungsi pula sebagai Kartu Perpustakaan, baik di Perpustakaan Pusat maupun Perpustakaan Jurusan
· Penelusuran informasi ing griya dapat dilakukan selama 24 jam dari berbagai lokasi, karena informasi tersedia di Computer House yang buka selama 24 jam
· Penelusuran informasi, penyebaran informasi, pemesanan artikel untuk pemakai di dalam kampus maupun luar kampus melalui electronic mail atau Internet
· Fasilitas On-line Public Access Catalogue (OPAC) dapat ditelusur dari berbagai lokasi di dalam maupun di luar kampus
· Pinjam antarperpustakaan di dalam maupun luar negeri
· Pendidikan pemakai

ASUMSI:

Dengan Sistem ITB yang terpadu akan
1. menunjang sistem belajar mengajar, sehingga dapat menghasilkan lulusan yang bermutu
2. menunjang penelitian di ITB
3. meningkatkan kerja sama dengan pemerintah, industri, perguruan tinggi, dan pendidikan di dalam maupun di luar negeri, terutama dalam hal alih teknologi
4. meningkatkan cara mengakses informasi baik di dalam maupun dari luar kampus
5. memanfaatkan koleksi secara bersama, sehingga informasi lebih tersebar dan dapat memberi nilai tambah bagi perpustakaan

HAL POSITIP YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN

1. sistem di setiap Jurusan dan Unit sudah berjalan dengan baik, dengan demikian peralatan tidak menjadi persoalan, walaupun sistem yang sudah dipergunakan berbeda-beda
2. teknologi yang mendukung sistem yang terpadu sudah tersedia
3. sumber daya manusia sudah tersedia, a.l.: pemrogram, penganalisis sistem, operator dan pustakawan. Selain itu dari kalangan mahasiswa teknik dapat berperan serta untuk menerapkan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah
4. dukungan dari Pimpinan ITB

HAL NEGATIP YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN

1. belum semua pustakawan, khususnya Pustakawan di Jurusan memahami peran sistem yang terpadu
2. pola berfikir dan bekerja masih tetap konvensional, sehingga fungsi komputer masih belum dimanfaatkan secara optimal
3. dana tidak dapat dapat disediakan seluruhnya oleh ITB

PERUBAHAN YANG DIINGINKAN

1. semua pustakawan dan staf administrasi lainnya memahami bahwa sistem yang terpadu akan medukung keberhasilan ITB
2. sistem yang terpadu harus dimanfaatkan secara optimal
3. ITB mendukung pendanaan, walaupun diperoleh dari berbagai sumber dan masih tetap dalam pengawasan ITB

PENGARUH

1. pimpinan perlu memberi pengarahan tentang pentingnya sistem yang terpadu kepada seluruh sivitas akademika
2. perlu pendidikan dan pelatihan untuk mengubah pola berfikir yang konvensional
3. ITB memberikan keleluasaan pengadaan dan penggunaan dana


Perpustakaan
· Laju inflasi bertambah
· Biaya telekomunikasi naik
· Dana pemerintah turun
· Dana institusi turun

· Teknologi pada sistem yang dipergunakan obsolence
· Peralatan obsolence

· Teknologi makin canggih
· Pemakai bukan hanya lingkungan ITB, misalnya dari industri atau institusi lain
· Masyarakat lebih kritis dalam cara berfikir
· Kebijaksanaan pemerintah berubah, a.l merasa perlu menambah jumlah pusat informasi


Tenaga profesional pustakawan makin banyak

· Biaya yang dibebankan kepada pemakai naik
· Perpustakaan siap menggalang dana secara mandiri
· Sistem diperbaiki seluruhnya atau sebagian, disesuaikan dengan anggaran yang tersedia
· Biaya perawatan makin besar
· Informasi makin mudah diperoleh dengan biaya yang lebih murah
· Pemakai dari luar ITB dikenakan biaya yang berbeda
· Sistem harus dievaluasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat
· Perpustakaan harus lebih aktif memasarkan produknya
· Perpustakaan bersifat aktif mengunjungi pemakainya, agar tidak kalah bersaing dengan pusat informasi lainnya dalam menggalang dana
· Perpustakaan bersiap memperoleh saingan yang lebih banyak Informasi atau koleksi yang disediakan harus lebih spesifik
· Sumber informasi bertambah
· Mendidik staf yang sudah ada agar bekerja lebih profesional
· Biaya insentif tambahan makin besar

Kamis, 16 Oktober 2008

strategi penggunaan internet

Perkembangan program komputer untuk melayani kebutuhan manajemen perpustakaan yang secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
a. Penelusuran kandungan informasi semua koleksi yang dimiliki, dan
b. Manajemen sirkulasi (pengadaan, peminjaman, dan pemusnahan) koleksi.
Program penelusuran informasi telah digunakan untuk menggantikan sistem kartu katalog. Katalog digital memungkinkan pemakai menelusuri data yang lebih luas dibanding yang tertera di kartu katalog karena kapasitas media penyimpan data elektronis jauh lebih besar dibanding kapasitas kartu katalog konvensional. Kedalam katalog digital dapat dimasukkan intisari/abstrak; bahkan beberapa sistem ada yang memuat rekaman teks utuh dari masing-mnasing koleksi.
Salah satu ciri basis data koleksi perpustakaan adalah ketidak seragaman cantuman (record) baik dalam struktur datanya maupun ukuran masing-masing elemen struktur data. Isi suatu artikel dalam terbitan berkala biasanya diwakili oleh intisari (abstract) sementara isi suatu buku barangkali lebih tepat bila diwakili oleh daftar isinya. Ukuran intisari atau daftar isi sangat bervariasi dari satu buku ke buku yang lain.
Penelusuran Koleksi PerpustakaanSecara tradisionil, perpustakaan menyediakan kotak yang berisi kartu-kartu katalog. Masing-masing kartu berhubungan dengan salah satu koleksi yang dimiliki perpustakaan yang bersangkutan. Data dalam kartu dikelompokkan menurut judul, pengarang, dan subjek dari koleksi yang bersangkutan. Penelusuran dilakukan dengan mencari kartu yang memuat judul, pengarang atau subjek tertentu dari tumpukan yang disusun berdasarkan urutan abjad. Jika kartu judul, pengarang atau subjek yang dicari telah ditemukan maka berdasar rujukan yang tercantum di kartu itu, koleksi yang bersangkutan dapat diambil dari lokasi yang ditentukan.
Mengingat informasi yang termuat di kartu kurang memadai, pada umumnya perpustakaan mempersilakan pengunjung datang ke lokasi koleksi untuk memeriksa kesesuaian koleksi yang akan dipinjam dengan yang diinginkan. Untuk memudahkan pengunjung melakukan pemilihan bahan-bahan yang dibutuhkan, koleksi-koleksi dengan subjek yang bersesuaian disimpan di lokasi yang berdekatan. Pengelompokan ini memunculkan standar nomor klasifikasi yang bersama-sama dengan inisial judul dan pengarang kerap digunakan sebagai identitas suatu penerbitan.
Kesulitan utama dari klasifikasi ini adalah seringnya dijumpai suatu koleksi dengan materi isi yang bisa dimasukkan ke dalam beberapa kelas yang berbeda. Sebagai contoh, suatu koleksi yang membahas “rekayasa perangkat lunak” dapat dimasukkan ke dalam kelas “ilmu komputer” dan sekaligus kelas “manajemen”.
Sistem katalog digital dapat mengatasi persoalan kelasifikasi koleksi. Pencarian sumber informasi tertentu dapat dimulai dengan menentukan kata-kata kunci yang relevan. Proses dilanjutkan dengan mendapatkan rujukan ke semua koleksi yang mengandung kata-kata kunci yang telah ditentukan tersebut. Jika temuan kurang memadahi, pencarian diulang dengan mencoba kata-kata kunci yang lain. Jika sistem memberikan temuan terlalu banyak, pencarian diulang dengan menggunakan operator logika “AND” di antara kata-kata kunci untuk mempersempit cakupan pencarian. Jika diperlukan, tambahkan operasi “AND” dengan kata kunci yang lebih spesifik.Penelusuran dengan sistem katalog digital masih mewarisi permasalahan katalog kartu dalam hal pemilihan kata-kata kunci yang tepat.
Karena tidak ada batasan jumlah, pemakaian katalog digital cenderung memasukkan kata kunci sebanyak-banyaknya untuk mencari koleksi tertentu. Hal ini dapat mengakibatkan menurunnya akurasi hasil penelusuran. Permasalah lain muncul dari dimungkinkannya penelusuran koleksi dengan menggunakan potongan kata bebas (tidak terikat pada kata-kata kunci baku). Penelusuran dengan potongan kata bebas dapat meningkatkan hasil temuan karena dalam beberapa hal dapat mengatasi variasi kata karena imbuhan namun dalam beberapa hal lain justru dapat membelokkan arah penelusuran.
Misalnya, penelusuran dengan kata “angka” akanmenghasilkan rujukan ke kata “rangka” juga.Dalam sistem yang kompleks, basis data dapat diisi dengan “semantik” dari setiap kata yang dihubungkan dengan kata lain. Kata “bunga” akan dikaitkan dengan koleksi kelas perekonomian jika diinputkan bersama dengan kata “bank” dan akan dikaitkan dengan koleksi kelas tanaman bila diinputkan dengan kata “kuncup”.
Untuk membangun sistem penelusuran informasi yang kompleks semacam ini diperlukan penelitian yang menyangkut banyak bidang ilmu.Penelusuran InternetKita dapat mengakses internet jika memiliki: komputer, modem (alat yang mengubah sinyal digital dari komputer menjadi analog untuk ditransmisikan ke jaringan tilpun), saluran tilpun, serta hubungan dengan ISP (Internet Service Provider/perusahaan yang bertugas melancarkan hubungan kita dengan jaringan internet).
Ada banyak manfaat yang kita dapatkan dari internet, namun hendaknya kita juga harus mempertimbangkan segi negatif yang dapat terjadi, misalnya: menyita waktu, penyebaran virus, adanya informasi yang tidak diperlukan dan pornografi, penipuan, arisan berantai, perjudian, dan iklan palsu.Manfaat internet Ada beberapa manfaat internet, yaitu:· Untuk mendapatkan infomasi keperluan pribadi dan profesional· Sebagai sumber data, internet juga memungkinkan terjadinya globalisasi informasi· Sebagai sarana untuk kerjasama antar pribadi atau kelompok tanpa mengenal batas jarak dan waktu.· Sebagai media komunikasi, untuk mengikuti perkembangan teknologi, menjembatani lembaga pemerintah, Universitas, serta sarana diskusi yang bersifat global· Penunjang sistem belajar jarak jauh·
Sebagai sarana hiburan dan hobi· Menghemat biaya, administrasi, dan cetak yang biasanya dilakukan dengan mengirim surat melalui pos atau fax, karena biaya penggunaan tilpun dinyatakan dengan pulsa lokal.Penelusuran informasi dapat dilakukan jika kita memiliki address yang dimaksud, misalnya: http://www.geocities.com.CapeCanaveral/Hall/3928, merupakan adres newsletter “Warta Astronomi”, www.amazone.com, adalah adres untuk mengetahui atau membeli buku baru terbitan dunia. Jika tidak memiliki adres suatu informasi kita dapat menggunakan fasilitas Search Engine yang terdapat dalam Web Site: Google, Yahoo, Lycos, Altavista, Infoseek, Excite, dan lain-lain. Dalam penggunaan fasilitas tersebut kita harus mengikuti langkah-langkah yang disediakan. Adakalanya harus mencantumkan simbol tertentu seperti tanda kutip, plus, minus, asterik, dan lain-lain pada saat menuliskan subyek yang dicari. Sebaiknya kita menuliskan kata kunci yang sederhana serta menghindari browsing pada direktori subyek.Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII-LIPI)
Perpustakaan Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilimiah (PDII-LIPI) telah memiliki alamat situs http://www.pdii.lipi.go.id yang dapat diakses dari seluruh dunia.. Di situs tersebut kita dapat menemukan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dihimpun sesuai dengan tugas pokok PDII-LIPI dalam membina dan memberikan layanan dokumentasi dan informasi ilmiah.Koleksi pengetahuan terekam yang berupa buku, majalah ilmiah, laporan penelitian, artikel ilmiah, tesis maupun disertasi, dan dokumen-dokumen ilmiah lainnya kami kelola dalam bentuk perpustakaan.
Para peminat informasi dapat mengunjungi perpustakaan PDII-LIPI yang beralamat di Jalan Jenderal Gatot Subroto 10, Jakarta 12190. Perpustakaan ini dibuka untuk umum, pada Hari Senin s.d. Sabtu pukul 09.00 - 15.30.Layanan PDII online, untuk pencarian dan pemesanan data / literatur melalui media Internet, sebagai peran serta PDII untuk ikut serta mengikuti perkembangan Teknologi Informasi dan juga sebagai pelayanan pencari data / literatur dari Pusat-pusat yang ada di LIPI berupa artikel-artikel ilmiah yang dapat di klik (digilib), serta dari berbagai daerah di Tanah Air.
Semua literatur PDII-LIPI (Teknologi tepat guna, Majalah ilmiah asing, Monograf, Thesis, Disertasi dan Laporan penelitian) terangkum dalam sebuah Sistem Pencarian yang didesain untuk mempermudah pencarian data/literatur dari ratusan ribu data dalam database PDII-LIPI. Kita juga bisa menggunakan Bantuan penelusuran boolean opreator. Basis program yang digunakan untuk pengelolaan database PDII menggunakan CDS/ISIS yang tergabung di dalam Jaringan CDS/ISIS di IndonesiaSepuluh Tips Untuk Pencarian Informasi Yang Efektif di InternetBila Anda sering memanfaatkan internet sebagai sumber informasi, ada baiknya menerapkan beberapa tips di bawah ini (diadaptasikan dari Hill, Brad, WWW Searching for Dummies 2nd ed. IDG-Books dengan beberapa penyesuaian).1. Gunakan Beberapa “Browser”
SekaligusTahukah Anda bahwa sebenarnya Anda bisa mengunjungi beberapa situs sekaligus dengan hanya menggunakan satu Netscape atau Internet Explorer? Dengan cara ini Anda bisa membaca satu halaman situs sambil menunggu proses download situs lainnya selesai.
Caranya?
1. Klik Menu File (di kiri atas layar)2. Pilih New Web Browser (atau New Window)
(Proses 1 dan 2 bisa dilaksanakan dengan menekan tombol Control dan N bersamaan).Setelah itu akan muncul window lain yang bisa Anda gunakan untuk menelusuri situs lainnya dengan mengetikkan alamat URLnya. Mudah, kan?Untuk berpindah dari satu window ke window lainnya, gunakan Menu Window, dan pilih window yang diinginkan.
2. Matikan Option Graphics dan Lihat Gambar SeperlunyaSalah satu masalah internet yang belum terpecahkan saat ini adalah “download time” yang masih relatif lama. Salah satu penyebabnya adalah ukuran file-file yang besar, terutama untuk file image/gambar. Oleh karena itu, untuk mempercepat proses download, Anda bisa menunda penampilan file-file gambar.
Caranya? Gunakan option Image dimana gambar-gambar tidak akan ditampilkan lebih dulu begitu proses download selesai. Bila ada gambar yang harus Anda lihat, arahkan mouse ke kotak gambar tersebut, klik tombol kanan mouse dan pilih “Show Image” atau “Show Picture”. Beberapa detik kemudian, gambar tersebut muncul di layar.
3. Jangan Takut Menggunakan Tombol BackSeringkali secara tidak sengaja Anda mengklik link yang salah sehingga mengakibatkan Netscape/Internet Explorer Anda “mengunjungi” link tersebut. Bila ini terjadi, Anda tak perlu menunggu proses “download” selesai. Klik saja tombol Back (biasanya berupa tombol ke arah kiri, ada di kiri atas layar) secepatnya. Atau, bila tampilan di layar belum berubah, klik tombol Stop.Kedua cara di atas akan menghemat waktu atas kesalahan yang kita lakukan.
4. Loncat!Banyak pengguna web browser yang belum mengetahui bahwa alamat link-link yang sudah dikunjungi saat itu disimpan di dalam memori komputer (melalui cache yang ada di aplikasi web browser). Bila Anda ingin kembali ke beberapa tampilan browser sebelumnya, jangan menggunakan tombol Back dengan mengkliknya beberapa kali. Gunakan menu Go, dan kemudian pilih judul web page yang diinginkan. Cara ini jauh lebih cepat dan lebih tepat karena Anda bisa langsung “loncat” ke halaman yang diinginkan.
5. Ambil Keputusan dengan Cepat!Bila sedang menggunakan web browser, komputer Anda saat itu sedang terhubung ke ISP. Ini berarti uang karena semakin lama tersambung ke ISP, berarti semakin tinggi biaya yang harus dikeluarkan.Oleh karena itu, bila sedang menelusuri hasil pencarian search engine atau menelusuri hirarki internet directory, Anda harus mengambil keputusan dengan cepat untuk mengklik link ke informasi yang diinginkan.
6. Gunakan BookMark!Bookmark, bookmark, bookmark. Gunakan bookmark untuk “mengingat” alamat situs yang menarik bagi Anda. Begitu Anda menemukan informasi yang diinginkan, bookmark-lah alamat situs tersebut. Biasanya dengan cara menekan tombol Control dan D bersamaan, alamat halaman yang bersangkutanlangsung bisa diingat web browser.Ini berguna sehingga bila Anda ingin mengunjunginya di lain waktu, Anda hanya perlu menggunakan bookmark yang sudah ada. Lihat juga Tips No. 8.7. Jangan Ragu Untuk MengulangDari pengalaman pribadi saya, seringkali bila kita sedang men-download suatu homepage, komputer seolah-olah “hang”, padahal yang didownload baru setengahnya. Ini dapat berlangsung hingga lebih dari 5 menit tanpa ada penambahan yang ditampilkan di layar. Tentu saja peristiwa seperti ini membuat kesal.
Untuk menghindarinya, begitu Anda lihat komputer seperti “hang” pada waktu mendownload homepage, klik saja tombol Reload/Refresh. Cara ini seringkali sukses dan halaman yang sedang didownload langsung bisa muncul lengkap beberapa waktu kemudian.
8. Kategorikan Bookmark AndaBila Anda telah menerapkan Tips No. 6 diatas, jangan berhenti sampai di situ. Seperti kertas-kertas diatas meja, jika Anda tidak kumpulkan dan atur sedemikian rupa, cepat atau lambat akan mempersulit Anda. Terutama bila kumpulan bookmark Anda sudah banyak sekali.Untuk itu, Netscape, Internet Explorer menyediakan cara untuk mengatur bookmark ini. Bila Anda menggunakan Netscape, coba pilih Edit Bookmark yang ada di Menu BookMark. Cara yang hampir sama bisa dilakukan untuk Anda yang menggunakan Internet Explorer.
Anda bisa menggunakan pengelompokkan seperti yang ada di Yahoo! (bila Anda penggemar berat Yahoo!) atau, menurut definisi sendiri. Misalnya, untuk bookmark koran-koran, Anda bisa memasukkannya ke folder “Koran” dan sebagainya. Pengelompokkan ini akan sangat membantu Anda bila ingin mengunjungi suatu situs yang telah dibookmark.
9. Malu Bertanya Sesat di JalanTernyata pepatah lama tetap berlaku, walaupun banyak orang bilang, internet itu gudangnya informasi. Salah satu sebabnya adalah karena terlalu banyaknya informasi yang ada di sana.Oleh karena itu, jangan ragu-ragu bertanya ke mailing list, atau ke newsgroup yang berhubungan dengan pertanyaan Anda, sedangkan untuk newsgroup yang berhubungan dengan indonesia, bisa Anda baca di:soc.culture.indonesiaalt.culture.indonesisalt.soc.indonesia.maturealt.sci.tech.indonesianBila Anda memiliki masalah teknis tentang teknologi, newsgroup terakhir yang paling cocok untuk mengajukan pertanyaan.
10. Hindari Waktu Sibuk InternetGimana performance koneksi internet Anda? Lambat? Jika demikian pernahkah Anda perhatikan kapan koneksi terasa lambat? Salah satu penyebab kelambatan adalah terlalu banyak pemakai dalam waktu yang sama.Untuk mengatasi masalah kelambatan ini, Anda bisa bereksperimen dengan mengubah waktu-waktu koneksi internet Anda. Mungkin saja bila Anda melakukan surfing sekitar jam 5.00 pagi (setelah subuh) akan mempercepat koneksi karena saat itu masih sedikit yang memakai internet, karena belum bangun tidur. Atau bisa saja Anda melakukannya tengah malam.

jaringan kerjasama perpustakaan di indonesia

Kerjasama perpustakaan perguruan tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi sejak tahun 1988 menunjuk dan mengembangkan 8 perpustakaan perguruan tinggi sebagai Pusat Layanan Disiplin Ilmu (PUSYANDI).Jaringan Informasi Ilmu-ilmu Budaya dan Ilmu SosialKoordinator: Perpustakaan Nasional RIAlamat: Jl Salemba Raya 28 A, Jakarta 10430Telp.: (021) 301-411; Fax.: (62-21) 310-3554
Jaringan Informasi bidang Ilmu Pengetahuan dan TeknologiKoordinator: Pusat Dokumentasi Informasi Ilmiah LIPI JakartaAlamat: Jl Gatot Subroto No 10, Jakarta 12190Telp.: (021) 583-465, (021) 510-719; Fax.: (62-21) 583-467
Di antara perpustakaan penunjang terdapat Pusat Penyelidikan sebagai berikut:

Masalah kelistrikan (Jakarta)Lemigas (Jakarta)BATAN (Jakarta, Bandung, Yogyakarta)Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan (Bandung)Direktorat Penyelidikan Tatakota dan Daerah (Jakarta)ITT (Bandung)ITB (Bandung)Tambang & Pengolahan Bahan Galian (Bandung)Direktorat Geologi (Bandung)Bosscha Observatorium (Bandung)PT Semen Gresik (Gresik)Jaringan ini cukup kuat dan berhasil dalam penelusuran kepustakaan.

Jaringan Informasi bidang Biologi dan PertanianKoordinator: Pusat Perpustakaan Biologi dan Pertanian BogorAlamat: Jl Ir H Juanda 20, Bogor 16122Telp.: (0251) 21746Jaringan ini memiliki keuntungan karena umumnya perpustakaan yang bergerak dalam bidang penelitian masalah biologi dan pertanian terdapat di Bogor.Perpustakaan penunjang lainnya, misalnya:Perpustakaan Balai Penelitian (RISBA) di MedanBP3G di Pasuruan

Jaringan Informasi bidang Kedokteran dan KesehatanKoordinator: Sub bagian perpustakaan, Bagian Dokumentasi dan Pengolahan Data, Badan Litbang Kesehatan Departemen Kesehatan Jakarta.Alamat: Jl Percetakan Negara 20, Jakarta Pusat, PO BOX 1226Telp.: (021) 414-226Tugas pokok jaringan ialah memperlancar pengadaan, pengolahan, dan pendayagunaan informasi. Tata kerja: Pusat Jaringan, dibantu oleh perpustakaan penunjang dan perpustakaan setempat.

Perpustakaan penunjang antara lain:Perpustakaan Kesehatan Pusat, Fakultas Kedokteran Universitas IndonesiaFakultas Kedokteran Universitas AirlanggaLembaga Penelitian Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera UtaraBadan Koordinasi Keluarga Berencana NasionalDisamping perpustakaan tersebut diatas, masih terdapat lagi perpustakaan Dinas Kesehatan yang berjumlah lebih dari 119 buah, juga berbagai perpustakaan dalam lingkungan Departemen Kesehatan, Perpustakaan Konsorsium Ilmu Kedokteran dan Perpustakaan Percontohan.Jaringan Informasi bidang keluarga Berencana dan KependudukanKoordinator: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jakarta.Jaringan ini mulai dibentuk pada tahun 1974, mempunyai perpustakaan penunjang terbesar di Jakarta.

Perpustakaan Keluarga Berencana yang berada di propinsi, kabupaten, dan kotamadya lebih banyak berupa perpustakaan kerja dengan koleksi yang disediakan oleh BKKBN. Jaringan ini terutama kuat dalam masalah distribusi terbitan BKKBN.Jaringan Informasi bidang Hukum dan Perundang-undanganKoordinator: Badan Pembinaan Hukum Nasional JakartaAlamat: Jl Mayor Jend Sutoyo, Cililitan Jakarta TimurPusat jaringan ini adalah Pusat Dokumentasi Hukum (PDH-BPHN). Tugas PDH-BPHN:Mengatur dan menyelenggarakan data dan informasi hukum dalam arti menghimpun peraturan dan perundang-undangan, tulisan karya ilmiah hukum dan putusan pengadilan,Membina dan menyelenggarakan perpustakaan hukum serta menyelenggarakan jaringan informasi dan dokumentasi hukum,Menyelenggarakan publikasi penelitian, pertemuan ilmiah dan majalah hukum.

Mulai aktif sejak tahun 1975, kini unit jaringan ini terbagi atas:Pusat Dokumentasi Hukum, Biro Hukum, berbagai badan yang berada di Jakarta, berjumlah 52 buah.Perpustakaan di Jakarta (15 buah).Perpustakaan Fakultas Hukum, Universitas, Institut (35 buah)Perpustakaan Negara dan Umum (6 buah)Biro Hukum Pemerintahan Daerah (17 buah)Biro Lembaga lain-lain (7 buah)Jaringan Informasi bidang Masalah Bangunan dan PerumahanKoordinator: Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah, Direktorat Jenderal Cipta Karya Jakarta.Alamat: Jl Raden Patah 1/I, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.Jaringan Informasi bidang Teknologi, Lingkungan Hidup dan Alih TeknologiKoordinator: Perpustakaan Sentral LIPI BandungAlamat: Jl Cisitu, Bandung 40135 (Kompleks LIPI)

Disamping menjalin kerjasama yang erat dengan berbagai sistem informasi di lingkungan LIPI, jaringan ini juga bekerja erat dengan berbagai lembaga swadaya masyarakat, terutama lembaga swadaya yang bergerak di bidang teknologi tepat guna.Jaringan Informasi bidang Pertahanan dan KeamananKoordinator: Perpustakaan Departemen Pertahanan Keamanan RI Jakarta.

Mulai dibentuk tahun 1978, terutama bergerak dalam lingkungan perpustakaan Departemen Hankam and unit ABRI seperti Perpustakaan Sejarah Militer TNI-AD, Pusat Sejarah ABRI, dan lain-lain.Jaringan Informasi Bidang Pemukiman ManusiaKoordinator: Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, BandungTerutama bergerak dalam bidang informasi perumahan.Jaringan Informasi bidang Masalah LingkunganKoordinator: Kantor Menteri Negara Pengawasan Pembangunan Lingkungan Hidup Jakarta.Dibentuk pada bulan Mei 1980. Kantor Menteri PPLH merupakan ‘National Focal Point’ (Pusat Referal) dengan PDII sebagai pelaksana teknis/operasional. Focal point tersebut dikaitkan dengan INFOTERA, sebuah jaringan informasi internasional bidang lingkungan. Focal point Indonesia telah melayani permintaan untuk menelusuri sumber informasi yang relevan dalam bidang lingkungan hidup.

Jasa yang dapat diberikan oleh National Focal Point adalah:Menampung pertanyaan referal mengenai human settlement and habitat environmental selection, decertification pulp and paper industry.Menyalurkan permintaan informasi kepada sistem informasi internasional.National Focal Point bersedia memberikan jasa informasi fotokopi dari karangan yang diperlukan oleh anggota jaringan. Hingga tahun 1981 yang tercatat pada INFOTERA adalah:Lemigas, Direktorat Penyelidikan Masalah BangunanLembaga Oseanografi NasionalBagian Biologi ITBPPMLLembaga Ekologi UNPADBadan Kebijaksanaan Perumahan NasionalLembaga Masalah Ketenagaan IPBBiotrop/SEAMEODepartemen PertambanganBP3KDepartemen Arsitektur ITBSTRAPA Group ITBDirektorat Perlindungan dan Pengawetan AlamJaringan Informasi Pengkajian IslamKoordinator: Perpustakaan Pusat Islam Masjid Istiqlal JakartaAlamat: Masjid Istiqlal, Jl Taman Wijayakusuma, PO BOX 4419 Jakarta Pusat.

Mengkoordinasikan berbagai perpustakaan yang khusus bergerak dalam bidang kajian Islam seperti Perpustakaan Islam (Yogyakarta) yang memiliki koleksi yang kaya akan kajian Islam, berbagai perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) serta perpustakaan pesantren dan masjid. Baru bergerak sekitar awal tahun 1980an.Jaringan Informasi KewanitaanKoordinator: Menteri Muda Urusan Wanita JakartaAlamat: PDII-LIPI, Jl Jend Gatot Subroto 10, Jakarta 12190Dalam praktek erat bekerja sama dengan Pusat Dokumentasi Informasi Ilmiah, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII-LIPI). Terutama bergerak dalam subyek yang menyangkut wanita; telah menerbitkan tesaurus bidang kewanitaan, bibliografi wanita Indonesia serta bekerjasama dengan pusat dokumentasi sejenis di Asia Tenggara.