Kamis, 06 Mei 2010

TESAURUS

TESAURUS

AGAMA
Untuk karya yang mengkaji agama. Digunakan juga sebagai tajuk tambahan untuk karya yang mengkaji aspek agama pada nama negara, bangsa, dsb., ump. INDONESIA – AGAMA, dsb.

IB DEISME
DEWA
EVOLUSI
GAIB, KEKUATAN
GNOTISISME
HIDUP KEROHANIAN
HUMANISME
KEKAFIRAN
KONFUSIANISME
MISTIK
MITOLOGI
MITOS
MONOTEISME
PANTEISME
PERCAYA DAN KERAGU-RAGUAN
PENGORBANAN (TEOLOGI)
POLITEISME
POSITIVISME
RASIONALISME
SPIRITUALISME
TAKHYUL
TAOISME
TEISME
TEOLOGI
TEOLOGI ALAM
WAHYU
YUDAISME
ZOROATRIANISME
IK BRAHMANISME
BUDHA DAN BUDHISME
HINDUISME
IMAN
ISLAM
SHINTOISME
AGNOSTISISME
KRISTIANI

BAHAISME
AGAMA, PERSELISIHAN
GU Ilmu Agama
IL DEWA
PERADABAN
TEOLOGI
TUHAN

Agama Budha
G BUDHA DAN BUDHISME

AGAMA, PERSELISIHAN
GU Perdebatan Agama
Teologi – Perdebatan
IL AGAMA

AGNOSTISISME
IL AGAMA

AHMADIYAH
IK AHMADIYAH LAHORE
AHMADIYAH QADIAN

AHMADIYAH LAHORE
IL AHMADIYAH

AHMADIYAH QADIAN
IL AHMADIYAH

Air Sembahyang
G WUDU’

Air Wudu’
G WUDU’

Akhlak
G WATAK

Al Hadits
G HADIS

ALKITAB
GU Injil
IL KITAB SUCI


Alkitab-Mukjizat
G MUKJIZAT

Alquran
G ALQUR’AN
GU Quran
Qur’an
Koran
Kuran

ALQUR’AN
IL ISLAM
ISLAM, SUMBER AJARAN
GU Kalamullah
Mushaf

Aqiqah
G QURBAN DAN AQIQAH

Azmi, ulul
G ULUL AZMI

BRAHMANISME
IB HINDUISME
IL AGAMA
BUDHA DAN BUDHISME
HINDUISME
KASTA

Budaya Islam
G KEBUDAYAAN ISLAM

BUDHA DAN BUDHISME
IB TEOSOFI
GU Agama Budha
IL AGAMA
BRAHMANISME
Dam
G DAM (HAJI)

DAM (HAJI)
GU Haji, Dam; Denda Haji
IL HAJI

DIRAYAH HADIS, ILMU
IB HADIS, MUSTALAH
GU Hadis, Ilmu Dirayah
Ilmu Dirayah Hadis

DOA (ISLAM)
GU Shalat
Sembahyang
Sholat
Salat
IL IBADAH (ISLAM)

Fatwa Ulama
GU IJTIHAD

FILSAFAT ISLAM
GU Filsafat Tasyri’
Islam dan Filsafat

Filsafat Tasyri’
G FILSAFAT ISLAM

FIKIH
IB FIQIH

FIQIH
GU Hukum Islam
IL ISLAM
IB FIKIH

HADIS
IL ISLAM
ISLAM, SUMBER AJARAN
GU Hadis, Ilmu

HADIS NABI
IK HADIS QUDSI

HADIS QUDSI
IL HADIS NABI

HADIS SAHIH
GU Hadis Shohih

Hadis Shohih
G HADIS SAHIH
IL HADIS

HAJAR ASWAD
GU Hajrul Aswad

HAJI
IK DAM (HAJI)

Hajrul Aswad
G HAJAR ASWAD

Hari Qiyamat
G KIAMAT

Hari Raya Fitrah
G IDUL FITRI

Harta Waris
G WARIS DAN PEWARIS (HUKUM ISLAM)

HIBAH DAN WASIAT
IL HUKUM PERDATA (ISLAM) – WAKAF, HIBAH DAN WASIAT

Hijrah
G NABI MUHAMMAD SAW

Hukum Islam
G FIQIH

HUKUM ISLAM
Gunakan dengan subdivisi, misalnya : HUKUM ISLAM-WARIS jika tanpa subdivisi gunakan FIKIH
IB FIKIH
IK HUKUM INTERNATIONAL ISLAM
HUKUM PERDATA ISLAM
HUKUM PIDANA ISLAM
GU Fardu; Haram; Makruh; Mandub; Sunnat; Wajib; Islam, Hukum

HUKUM PERDATA (ISLAM) – WAKAF, HIBAH DAN WASIAT
IB HIBAH DAN WASIAT
GU Hibah, Wakaf
Wasiat (Islam)

HUKUM PERKAWINAN
IK HARTA PERKAWINAN
MAS KAWIN
PERCERAIAN

POLIGAMI
SUAMI DAN ISTRI
IB PERKAWINAN (HUKUM ADAT)
PERKAWINAN (HUKUM ISLAM)
HUKUM PERDATA
PERKAWINAN--UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN
GU Perkawinan, Hukum

IBADAH (ISLAM)
IK DOA (ISLAM)
KHOTBAH (ISLAM)
PUASA
ZAKAT
IB MASJID

IDUL FITRI
GU Hari Raya Fitrah

IJTIHAD
G Fatwa Ulama
IL ISLAM, SUMBER AJARAN
USUL FIKIH

IMAM HAMBALI
IL ALIM ULAMA

Injil
G ALKITAB
IL KITAB SUCI

Isa al Masih
G Nabi Isya AS

ISLAM
IB KEBUDAYAAN ISLAM
GU AGAMA ISLAM

Islam dan Filsafat
G FILSAFAT ISLAM

Islam, Kebudayaan
G KEBUDAYAAN ISLAM

Islam – Pembunuhan
G QISAS

ISLAM, SUMBER AJARAN
GU Sumber Ajaran Islam
IK AL QUR’AN
HADIS

Isra’ Mi’raj
G NABI MUHAMMAD SAW

JIHAD
IB MUJAHID

Kab. Bogor
G KABUPATEN BOGOR
IL PEMERINTAH DAERAH

KABUPATEN BOGOR
GU Kab. Bogor

Kafir
G KEKAFIRAN

Kalamullah
G ALQUR’AN

Karomah
G MUKJIZAT

Kaum Syiah
G SYI’AH

KAWIN SIRI
GU Kawin Diam-diam
IL PERKAWINAN (HUKUM ISLAM)

Keajaiban
G MUKJIZAT

KEBUDAYAAN ISLAM
GU Islam, Kebudayaan
IL ISLAM

KEKAFIRAN
GU Kafir
IL AGAMA


Kelakuan
G WATAK

KHALIFAH ISLAM
GU Islam, Khalifah

Khalifaturrasyidin
G KHULAFAURRASYIDIN
IB KHALIFAH ISLAM

KIAMAT
GU Hari Qiyamat

KITAB SUCI
IB ALKITAB
GU Injil

MADRASAH ALIYAH NEGERI
GU Man
IL MADRASAH

MAHAR
GU Maskawin
IL PERKAWINAN (HUKUM ISLAM)

Makruh
G HUKUM ISLAM

Man
G MADRASAH ALIYAH NEGERI
IL MADRASAH

MASJID
IK MASJID AQSA

MASJID AQSA
IL MASJID

Maskawin
G MAHAR


Masuk Islam
G MUALLAF


MUALLAF
GU Masuk Islam

MUHRIM
GU Wanita Muhrim

MUJAHID
IL JIHAD

MUKJIZAT
IB GAIB, KEKUATAN
GAIB
KEKUATAN
TEMPAT SUCI
GU Keajaiban
Alkitab – Mukjizat
Karomah
IK KRISTIANI

Mushaf
G ALQUR’AN

Mustalah Hadis
G HADIS, MUSTALAH

NABI DAN ROSUL
IB Nama nabi dan rosul, Ump. Nabi Ibrahim; Nabi Muhammad SAW, dsb.

NABI ISA
GU Nabi Isya AS

Nabi Isya AS
G NABI ISA
GU Isa al Masih

NABI MUHAMMAD SAW
GU Hijrah
Isra’ Mi’raj Muhammad saw, Nabi
Nabi Muhammad SAW -- Hijrah
Nabi Muhammad SAW -- Isra’ Mi’raj
IL NABI DAN ROSUL

Nabi-nabi Istimewa
G ULUL AZMI

Nakal
G WATAK

Natal
G NATAL (KRISTIANI)

NATAL (KRISTIANI)
IK CERITA NATAL
PUISI NATAL
SANDIWARA NATAL
YESUS KRISTUS
GU Natal, Perayaan
Natal, Pesta
IB PESTA

Natal, Perayaan
G NATAL (KRISTIANI)

Natal, Pesta
G NATAL (KRISTIANI)

NISAB
GU Waktu

PEMERINTAH DAERAH
Gunakan, bila diperlukan, bentuk-bentuk pemerintahan daerah, ump. DAERAH ISTIMEWA; KABUPATEN; KECAMATAN; KOTAMADYA; OTONOMI DAERAH; PAMONG PRAJA; PROPINSI
IK ADMINISTRASI NEGARA
DESA
IB DESENTRALISASI DALAM PEMERINTAHAN
DESENTRALISASI DALAM PEMERINTAHAN DESA
HUKUM ADMINISTRATIF
OTONOMI DAERAH
POLITIK, ILMU

PERADILAN ISLAM
GU Islam, Peradilan
Qada

PERJANJIAN HUDAIBIYAH
IL SEJARAH ISLAM
SEJARAH NABI
SIRAH NABAWIYAH


Perjanjian Lama
IL AL KITAB

PERKAWINAN (HUKUM ISLAM)
IL HUKUM ISLAM
IK HUKUM PERKAWINAN

PESANTREN
GU Pondok Pesantren Nguruki

Pondok Pesantren Nguruki
G PESANTREN

PROPINSI KALIMANTAN BARAT
GU Prop. Kalbar
IL PROPINSI (PEMERINTAHAN)

PROPINSI (PEMERINTAH)
Gunakan, bila diperlukan, nama-nama propinsi, ump. JAWA BARAT, KALBAR, dsb.
IB DMINISTRASI NEGARA
PEMERINTAH DAERAH

Prop. Kalbar
G PROPINSI KALIMANTAN BARAT
IL PROPINSI (PEMERINTAHAN)

PUASA
GU Saum
Siyam

Puasa Ramadhan
G PUASA

Qada
G PERADILAN ISLAM

QISAS
GU Islam – Pembunuhan

QUNUD
GU Doa Qunut
IL DOA (ISLAM)

QURBAN DAN AQIQAH
GU Qurban; Aqiqah
RIWAYAH HADIS, ILMU
GU Hadis, Ilmu Riwayat
Ilmu riwayah hadis
IL HADIS, MUSTALAH

Salat
G DOA (ISLAM)

Saum
G PUASA

SEJARAH ISLAM
IK PERJANJIAN HUDAIBIYAH

SEJARAH NABI
IK PERJANJIAN HUDAIBIYAH

Sembahyang
G DOA (ISLAM)

Shalat
G DOA (ISLAM)

Sholat
G DOA (ISLAM)

SIRAH NABAWIYAH
IK PERJANJIAN HUDAIBIYAH

Siyam
G PUASA

Surat Yassin
G SURAT YAASIN
IL ALQUR’AN

SYI’AH
GU Aliran Syi’ah
Sekte Murji’ah
Sekte Syi’ah
IL ISLAM – ALIRAN DAN SEKTE

Tafsir Alquran
G TAFSIR ALQUR’AN, AHLI


TAFSIR ALQUR’AN, AHLI
GU Mufassirin
Ahli Alqur’an

Tahlil
G NYANYIAN ROHANI
TALQIN DAN TAHLIL

Talak Bain Kubra
G TALAK TIGA

TALAK TIGA
GU Talak Bain Kubra
IL PERCERAIAN (ISLAM)

Talqin
G TALQIN DAN TAHLIL

TALQIN DAN TAHLIL
GU Tahlil
Talqin

ULUL AZMI
GU Nabi-nabi Istimewa

USUL FIKIH
IK IJTIHAD

Wakaf
G HUKUM PERDATA (ISLAM) – WAKAF, HIBAH DAN
WASIAT

Waktu
G NISAB

Wanita Muhrim
G MUHRIM

WARIS DAN PEWARIS (HUKUM ISLAM)
GU Ahli waris
Faraid
Harta waris
Hukum Islam – Waris
Hukum Kewarisan Islam
Islam pembagian harta
Muwaris
IB HUKUM PERDATA ISLAM

Wasiat
G Wasiat (Islam)

Wasiat (Islam)
G HIBAH DAN WASIAT

WATAK
IB CINTA
ETIKA
ETIKET (PERGAULAN)
HIDUP BERKELUARGA
HIDUP KERUHANIAN
HUBUNGAN ANTAR MANUSIA
KEBERANIAN
KEBIASAAN
KEJUJURAN
KEPATUHAN
KESETIAAN
KESOPANAN
KEWAJIBAN
PANTANGAN MINUMAN KERAS
PERSAHABATAN
SIMPATI
SOSIAL, PENYESUAIAN
GU Kelakuan
Nakal
IL BEHAVIORAL
ETIKA
KESOPANAN
WATAK
HUBUNGAN ANTAR MANUSIA

Wudhu’
G WUDU’

WUDU’
GU Air Sembahyang
Air Wudu’

Wukuf
G WUQUF (HAJI)

WUQUF (HAJI)
GU Wukuf
ZAKAT
IK ZAKAT FITRAH
ZAKAT MAL
ZAKAT PROFESI
IL IBADAH (ISLAM)

ZAKAT FITRAH
IL ZAKAT

Selasa, 04 Mei 2010

Kebijakan Manajemen Arsip di Universitas Indonesia

A. Dasar Pemikiran

Arsip menurut Undang-Undang Tahun 2009 tentang Kearsipan pasal 1 adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pemerintah juga membuat istilah baru yaitu arsip terjaga yang dimaksudkan untuk tidak mengulangi kesalahan akibat hilangnya dokumen-dokemn negara yang dapat merugikan kepentingan masyarakat seperti hilangnya dokumen kontrak kerja free port. Arsip terjaga didefinisikan sebagai arsip negara yang berkaitan dengan keberadaan dan kelangsungan hidup bangsa dan negara yang harus dijaga keutuhan, keamanan, dan keselamatannya. Melihat definisi di atas, masalah keterbukaan dan ketertutupan arsip dalam Undang-Undang nomor 7 tahun 1971 maupun Undang-Undang Nomor 8 tahun 1997 sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 43 ini, tetapi tentu saja setelah melampaui masa simpan yang telah ditentu JRA (Jadwal Retensi Arsip)nya.
Satu hal lagi yang menarik dalam Undang-Undang Nomor 43 ini, adanya pengakuan pemerintah mengenai bentuk lembaga kearsipan bernama Arsip Universitas atau di luar negeri sering disebut University Archive. Peran pengelolaan arsip di perguruan tinggi difokuskan pada dua lembaga pengelola yaitu unit kearsipan sebagai pencipta, pengguna dan pemelihara arsip dinamis dan lembaga kearsipan yang difungsikan sebagai Arsip Universitas yang menangani pengelolaan arsip vital dan arsip statis. Arsip perguruan tinggi juga bertanggungjawab sebagai pembina pengelolaan arsip di lingkungan unit kerja perguruan tinggi yang bersangkutan.
Dalam tugas ini penulis mengambil tema tentang Kebijakan Manajemen Arsip di Universitas Indonesia, dimana penulis melakukan survey, observasi dan wawancara serta mengambil beberapa data pendukung di Unit Kerja Kearsipan di PAUI, Unit Kerja Kearsipan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) dan Unit Kerja Pengeloaan Arsip Permanen yang bertempat di Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia Gedung A.

B. Sekilas Sejarah Kearsipan di Universitas Indonesia
Sejak berdirinya Universitas Indonesia tahun 1946, sampai terjadinya arsip kacau pada tahun 1997 Universitas Indonesia baru mulai memikirkan arsip sebagai asset universitas yang harus diselamatkan. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) saat itu yang dipelopori oleh ibu Anon Minarni mula pertama kali sadar bahwa arsip harus dikelola. Saat itu ibu Anon panggilan akrabnya dibantu oleh bu Tum.
Tahun 2000 Universitas Indonesia tertimbun dengan arsip kacau, dimana disetiap sudut kantor terdapat arsip berbentuk karungan yang tidak dikelola. Ibu Anon Minarni dan rekan berusaha semaksimal mungkin untuk nego ke pihak pimpinan, Rektor Universitas Indonesia bahwa arsip universitas adalah asset universitas yang tidak boleh hilang. Perjuangan ibu Anon dan rekan terjawab, dan pada tahun 2009 berdirilah Unit Kerja Kearsipan PAU (Pusat Arsip Universitas) yang dikenal dengan PAUI, Pusat Arsip Universitas Indonesia.


C. Visi Misi Arsip UniversitasVisi Arsip Universitas Indonesia adalah mengumpulkan, menyimpan dan menyediakan informasi dalam mencapai ‘good governance’. Visi arsip Universitas Indonesia dituangkan dalam misi sebagai berikut:
1. Mendukung administrasi seluruh struktur universitas dengan bahan bukti kegiatan yang mudah diakses tanpa melihat bentuk (digital atau tercetak).
2. Memelihara bahan bukti penting dokumen universitas untuk mendukung transparansi dan akuntabilitas Universitas Indonesia kepada Stakeholder khususnya dan kepada masyarakat pada umumnya.
3. Menyediakan informasi dalam mempromosikan misi Universitas Indonesia kepada masyarakat luas yaitu sebagai Research University dan World Class University
4. Menerima, mengolah dan menyediakan informasi tentang hasil penelitian dan pengajaran yang telah dilakukan oleh sivitas akademika
5. Memberikan akses dan layanan informasi dengan persyaratan tertentu kepada masyarakat luas sebagai bahan penelitian
6. Menyediakan informasi dalam mencapai ‘Center of Excellent’.

D. Tugas Kantor Arsip
1. Mengumpulkan, mengolah, meyimpan dan menyediakan informasi dalam rangka pencapaian ketatapemerintahan yang baik
2. Mendukung administrasi seluruh struktur yang ada di Universitas Indonesia dengan memberikan bahan kegiatan yang mudah diakses tanpa melihat bentuk medianya (digital atau tercetak)
3. Memelihara bahan bukti penting dokumen universitas untuk mendukung transparansi dan akuntabilitas Universitas Indonesia kepada pemangku kepentingan khususnya dan kepada masyarakat umumnya
4. Menyediakan informasi dalam mempromosikan misi Universitas Indonesia kepada masyarakat luas yatu sebagai Research University dan World Class University
5. Menerima, mengolah dan menyediakan informasi tentang hasil penelitian dan pengajaran yang telah dilakukan oleh sivitas akademika.
6. Melakukan fungsi koordinasi dalam kerjasama domestic yang dilaksanakan Universitas Indonesia baik pada tingkat universitas maupun fakultas
7. Mengusulkan kerjasama domestic dan international kepada Rektor Universitas Indonesia
8. Mengkoordinasikan direktorat, fakultas dan pimpinan terkait
9. Mewakili unit kerja dalam pelaksanaan kerjasama (representasi Kantor Internasional)
10. Mengembangkan jaringan kerjasama Universitas Indonesia dengan menghadiri seminar, pertemuan dan undangan
11. Mendampingi Rektor dalam menerima tamu demi pengembangan kerjasama Universitas Indonesia
12. Melaporkan dan berkonsultasi tentang kegiatan kerjasama dan internasional dengan Sekretaris Universitas
13. Memaksimalkan kerjasama Universitas Indonesia dengan universitas dan mitra asing yang telah menjadi mitra melalui perjanjian internasional
14. Mempelajari, mengkoordinasikan dan menjajaki tawaran kemitraan dari luar negeri (universitas, asosiasi dan perusahaan)
15. Melakukan koordinasi dengan Kantor Pelayanan Hukum, Peraturan dan Kerjasama Universitas Indonesia dan pihak terkait dalam proses pembuatan perjanjian
16. Mempertanggungjawabkan kinerja Kantor Internasional kepada pimpinan.

E. Promosi Arsip1. Menerbitkan dan menyebarkan informasi (handout atau brosur) tentang pelayanan arsip dan koleksinya dan aktivitas lainnya.
2. Mengatur eksibisi atau display, sedikitnya 1 kali dalam 1 tahun
3. Memuat aktivitas atau koleksi arsip di terbitan kampus, misalnya Library Handbook, radio atau televise kampus dan sebagainya.
4. Membuat rambu-rambu yang menarik menuju ke gedung arsip.

F. Lokasi Observasi1. Pusat Arsip Universitas Indonesia (PAUI), terletak di Lantai 6 Gedung Rektorat Universitas Indonesia, Depok.
2. Unit Kearsipan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB), terletak di Gedung 2 FIB Universitas Indonesia, Depok.
3. Unit Kerja Pengeloaan Arsip Permanen, terletak di Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia Gedung A Lantai 2 Universitas Indonesia, Depok.

G. Susunan Organisasi Kerasipan
Bagan Struktur Organisasi
Kantor Arsip Universitas Indonesia

H. Tata Tertib Peminjaman Koleksi ArsipUntuk ketertiban administrasi peminjaman dan penggunaan koleksi arsip, PAUI menetapkan sebagai berikut:
1. Pelayanan peminjaman dilakukan setiap hari kerja, mulai Senin s.d Kamis pukul 08.30 – 12.00 dan pukul 13.00 – 15.30 WIB. Dan Jum’at pukul 08.30 – 11.00 dan pukul 13.00 – 15.30 WIB


Jam Layanan Arsip UI

2. Pengguna atau pengunjung yang akan meminjam koleksi arsip harus membawa dan menyertakan Surat Pengantar atau sejenis dari pejabat atau atasannya yang berwenang
3. Pengguna atau pengunjung wajib mengisi Buku atau Daftar Pengunjung yang disediakan
4. Dalam hal peminjaman maka pengguna atau peminjam wajib megisi Formulir Peminjaman dan menyerahkan kepada petugas arsip, serta meninggalkan tanda atau kartu identitas diri atau sejenisnya
5. Penggadaan atau fotokopi koleksi arsip yang diperlukan boleh dilakukan oleh pengguna atau peminjam dengan sepengetahuan dan seijin petugas arsip yang berwenang
6. Batas waktu peminjaman koleksi arsip maksinal 1 (satu) hari, dan harus mendapatkan izin dari petugas arsip yang berwenang
7. Pengguna atau peminjam dilarang memberikan catatan apapun atau mencoret-coret koleksi arsip yang dipinjam
8. Pelanggaran atas butir 6 dan 7 di atas akan dikenakan denda sebesar Rp. 50,000,- (lima puluh ribu rupiah)

I. Sarana Temu KembaliPenemuan kembali dokumen-rekod aktif yang masih di unit kerja/central file/unit fungsi akan terlaksana apabila dihubungkan dengan sistem pemberkasannya. Hal tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Daftar Pertelaan Rekod (DPR)
2. List atau Daftar Dokumen-rekod
Sarana ini dapat menunjukkan judul seri dokumen dan lokasi ismpan dokumen-rekod yang tertera pada folder/odner

J. Pengguna ArsipPengguna dokumen rekod adalah para pengambil keputusan/pimpinan tertinggi sampai tingkat kepala seksi atau urusan, kerja atau unit fungsi di lingkungan fakultas Universitas Indonesia, yang memerlukan dokumen atau rekod sebagai acuan atau rujukan dalam penyelesaian pekerjaannnya.

K. Hasil Survey
1. Unit Kerja di Fakultas (Central File dan Unit Kearsipan)Selasa jam 16.00 tanggal 13 April 2010, setelah selesai kuliah Manajemen Kearsipan yang diberikan oleh Ibu Anon Minarni, penulis beserta kawan-kawan: Lilik Istiqoriah, Siti Asiah Wahyuni dan Ahmad Nafudin mengadakan survey ke Unit Arsip Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia. Dan dilanjutkan hari Kamis jam 08.30 tanggal 15 April 2010, penulis berdua dengan teman, Lilik istiqoriah, mewawancari ibu Tum, Kepala Arsip FIB-UI.
Hasil wawancara yang penulis tangkap diantaranya adalah :

a. Unit Kearsipan FIB-UI dalam pengolahan arsip berusaha menerapkan secara teori tetapi belum secara aplikasi. Karena banyaknya arsip yang masuk setiap hari dan sangat kekurangan dana serta tenaga.
b. Sistem klasifikasi kearsipan bersifat unik berbeda dengan sistem kearsipan di Perpustakaan. Sistem Kearsipan di Universitas Indonesia disesuaikan dengan Pedoman Pola Klasifikasi Dokumen yang dikembangkan oleh FIB-UI, yang disusun berdasarkan analisis fungsi dan kegiatannya dengan menggunakan kode atau symbol alphanumeric. Kemudian Tim Pengembang Manajemen Kearsipan Universitas Indonesia mengadobsi dan merevisi Buku Pola Klasifikasi Dokumen tersebut dengan tujuan agar semua unit di lingkungan Universitas Indonesia menggunakan pola yang sama, seragam dan terpadu.
Pola Klasifikasi yang diterapkan di Universitas Indonesia, diantaranya:
PDP untuk Pendidikan dan Pengajaran
PPM untuk Penelitan dan Pengabdian Masyarakat
KEU untuk Keuangan
SDM untuk Sumber Daya Manusia
OTL untuk Organisasi dan Tata Laksana
HKP untuk Hukum dan Pengawasan
HMI untuk Humas dan Informatika
LOG untuk Logistik
RTK untuk Rumah Tangga Kantor

c. Sampai saat ini unit ini belum pernah menyerahkan arsip ke PAUI, dikarenakan arsip yang dikelola bersifat arsip dinamis yang sewaktu-waktu dibutuhkan.
d. Jadwal Retensi Arsip (JRA) di unit ini sudah pernah melaksanakan dari tahun 2000 sampai dengan sekarang dan dilaksanakan di unit kearsipan FIB-UI. Pertimbangan JRA ini menurut ibu Tum adalah efisiensi ruangan dan kurangnya sarana dan prasarana. Tidak semua unit di lingkungan UI melaksanakan penyusutan karena adanya registrasi terlebih dahulu.

e. Arsip yang diterima di unit ini adalah arsip dari Dekan dan Wadek

2. Unit Kerja Pengeloaan Arsip PermanenJum’at jam 09.30 tanggal 23 April 2010, penulis berdua dengan teman, Lilik Istiqoriah mengadakan survey ke Unit Kerja Pengelolaan Arsip Permanen yag terletak di Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia Gedung A dan mewawancari ibu Nurika. Hasil wawancara yang penulis tangkap diantaranya adalah :

a. Unit Kearsipan Universitas Indonesia masih minim dengan sumber daya manusianya, dan Universitas Indonesia sampai saat ini belum mengadakan perekrutan pegawai. Di unit ini misalkan petugasnya hanya seorang.

b. Untuk meningkatkan skill, PAUI mengirim petugasnya untuk mengikuti pelatihan atau diklat, seperti beberapa waktu lalu mengikuti Seminar yang diadakan Script.

c. Unit kerja ini hanya menyimpan arsip permanen. Arti arsip permanen disini menurut ibu Nurika adalah arsip tentang kekayaan universitas, diantaranya adalah SK Pendirian Universitas, SK Pendirian Prodi, SK SDM UI, photo, dan bule print. Boleh dikatakan arsip yang disimpan disini adalah arsip in aktip. Biasanya yang pinjam arsip disini adalah para pegawai yang bekerja maupun yang sudah pensiun, untuk melihat SK nya. Dan keduanya adalah mahasiswa teknik, biasanya pinjam bule print atau sekedar lihat untuk penelitian.

d. Unit ini merupakan penambahan tempat penyimpanan arsip atau tempat transitnya PAUI. Arsip diterima dari PAUI dalam keadaan sudah ‘rapih’ baik dalam bentuk soft copy atau hardcopy.

e. Jadwal Retensi Arsip (JRA) di Universitas Indonesia sudah ada pedomannya, sebagaimana tertuang dalam Buku III Pedoman Jadwal Retensi Rekod, dikembangkan oleh Tim Pengembang Manajemen Kearsipan Universitas Indonesia, terbit tahun 2005. Dan di unit ini belum pernah mengadakan pemusnahan arsip.

3. Unit Kerja Kearsipan di Pusat Arsip Universitas IndonesiaJum’at jam 13.30 tanggal 23 April 2010, penulis berdua dengan teman, Lilik Istiqoriah mengadakan survey ke Pusat Arsip Universitas Indonesia dan mewawancari bapak Dwi, salah seorang petugas arsip.

Hasil wawancara yang penulis tangkap diantaranya adalah :
a. Pusat Arsip Universitas Indonesia menerima arsip dari :
1) BPMA (Badan Penjamin Mutu Akademik
2) Wakil Rektor 2
3) Direktur Umum
4) DRPM (Direktur Riset dan Penelitian Masyarakat)
Arsip yang diterima dalam keadaan ‘rapih’. Arti kata ‘rapih’ disini adalah bahwa arsip sudah tersusun (folder) sesuai pedoman yang telah ditetapkan oleh Pusat Arsip Universitas Indonesia. Dan arsip yang diterima ditanda tangani di Berita Acara Penerimaan Arsip.
Hal ini sudah disepakati saat sosialisasi “Sadar Arsip” di lingkungan Universitas Indonesia, terkecuali arsip dari Wakil Rektor (WAREK) 2. Arsip tersebut diolah dan dirapihkan oleh petugas Pusat Arsip Universitas Indonesia. Arsip dari WAREK 2 di istimewakan dengan pertimbangan bahwa arsip tersebut menyimpan kebijakan Universitas Indonesia, program-program kegiatan Universitas Indonesia berupa kerjasama interen dan eksteren. Dan sebagai petugas arsip yang menangani arsip WAREK 2, harus berhati-hati dalam pengelolaannya karena masih bersifat arsip dinamis dan menjaga kerahasiaan informasi arsip. Karena itu menyangkut hidup matinya organisasi di Universitas Indonesia. Kegiatan WAREK 2 sangat aktip, maka setiap sebulan sekali petugas arsip mengambil rekod di ruang WAREK 2.

Menurut penulis arisp WAREK 2 bisa dikatakan dengan istilah Arsip Vital. Arsip Vital menurut Undang-Undang No. 43 adalah arsip yang keberadaannya merupakan persyaratan dasar bagi kelangsungan operasional pencipta arsip, tidak dapat diperbarui, dan tidak tergantikan apabila rusak atau hilang. Dan Betty R. Ricks (1992:245) mengatakan bahwa arsip vital adalah arsip dalam media apa pun yang isinya berkaitan dengan kelangsungan hidup organisasi, yang keberadaannya dapat di central file karena bersifat aktif, dan di record centre karena bersifat inaktif. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa arsip vital merupakan bagian dari arsip dinamis, yang harus mendapat perlakuan khusus dibandingkan arsip-arsip lainnya. Contoh arsip vital antara lain akte pendirian institusi, piutang, asuransi, kebijakan, data penelitian, daftar gaji, kontrak kerjasama serta persetujuan.

b. Arsip yang diterima oleh PAUI sudah ber-folder, tidak dalam keadaan arsip kacau, tertata sudah terdata dalam Daftar Inventory Arsip Simpan, sehingga petugas PAUI mudah mengoreksi kembali dan menemukan kembali informasi dari pemberi arsip.
Unit pemberi arsip, misalkan PTP SERDOS Universitas Indonesia, wajib memberi keterangan dalam Daftar Inventory Arsip Simpan dengan contoh cantuman sebagai berikut :

c. Masih adanya unit-unit di lingkungan Universitas Indonesia yang belum menyerahkan arsipnya ke PAUI. Menurut Dwi, ada beberapa kemungkinan, diantaranya adalah: (1) Kurang rasa percaya terhadap unit arsip, dikhawatirkan arsip yang diserahkan ke PAUI hilang, (2) Belum percayanya arsip yang diserahkan akan diolah sehingga menjadi informative, (3) Kurangnya sarana dan fasilitas di PAUI, (4) Sangat kurangnya SDM di PAUI.

d. Tahun 2007, pengelola arsip Universitas Indonesia boleh berbangga dengan hasil kerja kerasnya selama ini dengan mendapatkan Piagam Penghargaan sebagai Teladan Kedua Unit Pengelolaan Kearsipan Tingkat Perguruan Tinggi Negeri yang diberikan oleh Menteri Pendidikan Nasional.

e. Gaji seorang petugas arsip di Universitas Indonesia boleh dikatakan cukup lumayan dan penggolongan gaji disesuaikan dengan pendidikan formal yang dimiliki petugas.

f. Pusat Arsip Universitas Indonesia sudah melaksanakan sosialisasi ‘Sadar Arsip’ dan mengadakan pelatihan Tata Kelola Arsip di tempat pencipta arsip sehingga unit kerja pencipta arsip dapat mengelola arsipnya dimulai dari penciptaan hingga pemusnahan arsip. Dan hanya 35% arsip inaktip diserahkan ke PAUI dalam keadaan ‘rapih’. Dengan adanya sosialisasi dan pelatihan ini, PAUI tidak dipandang sebagai Gudang Arsip tetapi sebagai Sumber Informasi Penting Pengambil Keputusan.

g. Jenis pengguna arsip PAUI adalah (1) pimpinan, (2) pegawai yang ditunjuk, (3) mahasiswa dengan membawa surat pengantar dan (4) pengguna hanya dilayani oelh petugas.

I. Analisa Survey
Dari hasil survey, observasi dan wawancara yang penulis lakukan ada beberapa analisa terhadap kebijakan manajemen kearsipan di Universitas Indonesia, diantaranya adalah :

1. Masih minimnya tenaga pengelola atau sumber daya manusia di unit kearsipan Universitas Indonesia. Ini bisa dilihat dari Bagan Struktur Organisasi Kantor Arsip Universitas Indonesia, dimana disana terlihat bahwa tiap unit layanan hanya ditempati oleh 1 orang pegawai. Dan ditambah lagi saat ini belum ada arsiparis di Universitas Indonesia.

2. Universitas Indonesia belum sepenuhnya ‘Sadar Arsip’. Ini dapat dilihat dari belum semua unit menyerahkan arsip ke PAUI dan belum ada ketentuan khusus dari PAUI agar setiap unit menyerahkan arsipnya ke PAUI.

3. Dalam pelaksanaan survey ini penulis agak menemui kesulitan ketika meminta kepada petugas arsip untuk copy buku Draft Kebijakan Umum Manajemen Kearsipan Terpadu Universitas Indonesia yang dikembangkan oleh Tim Pengembangan Manajemen Kearsipan Universitas Indonesia diterbitkan tahun 2005. Menurut penulis, bahwa ini bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik yang menyatakan dalam pasal 14 huruf h bahwa pedoman pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian, dan kewajaran. Penolakan copy draft tersebut mungkin berasalan sebagaimana pernyataan dalam pasal 6 angka 3 huruf e bahwa Informasi Publik yang diminta belum dikuasai atau didokumentasikan.

4. Sebagai suatu lembaga arsip perguruan tinggi, sebaiknya Universitas Indonesia membangun gedung arsip untuk meningkatkan kinerja staf kearsipan dengan memperhatikan 7 (tujuh) faktor yaitu: “safe, secure, healthy, comfortable, durable, aesthetically pleasing, and be accessible

DAFTAR PUSTAKA
Buku

Ricks, Betty R. (et al)., 1992. Information and Image Management: A Records System Approach. Ohio: South Western Publishing. Diambil dari Machmoed Effendhie dalam makalahnya yang berjudul Records Management (Manajemen Arsip Dinamis)
Universitas Indonesia. 2005. Draft Kebijakan Umum Manajemen Kearsipan Terpadu Universitas Indonesia yang dikembangkan oleh Tim Pengembangan Manajemen Kearsipan Universitas Indonesia.
Dokumentasi

Gambar atau Foto diambil saat survey dan observasi pada tanggal 13 s.d 23 April 2010 di 3 lokasi: (1) Pusat Arsip Universitas Indonesia (PAUI), terletak di Lantai 6 Gedung Rektorat Universitas Indonesia, Depok. (2) Unit Kearsipan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB), terletak di Gedung 2 FIB Universitas Indonesia, Depok. (3) Unit Kerja Pengeloaan Arsip Permanen, terletak di Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia Gedung A Lantai 2 Universitas Indonesia, Depok.

Internet

Oky Widyanarko. Sosialisasi UU No. 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan Mengarahkan Perguruan Tinggi Memiliki University Archive. Diakses tanggal 24 April 2010. http://data6.blog.de/media/314/4470314_2bbfc4d157_d.pdf

Perundang-Undangan Indonesia

Republik Indonesia. 1971. Undang-Undang Republika Indonesia Nomor 7 Tahun 1971 Tentang Pokok-Pokok Kearsipan
Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Republika Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republika Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 Tentang Kearsipan

Kamis, 29 April 2010

Bapak Mukmin Suprayogi

KATA PENGANTAR




Tidak mudah menentukan calon untuk diwawancari demi terselesainya tugas yang diberikan Prof. Sulistyo Basuki, dalam mata kuliah Metode Penelitian ini. Syarat utama yang diajukan oleh bapak Professor adalah seseorang yang memiliki kualifikasi minimal S2 Ilmu Perpustakaan dan telah mengabdi 3 tahun di perpustakaan atau dosen ilmu perpustakaan. Tembakan pertama penulis adalah langsung kepada Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, Yogi demikian panggilan akrabnya, walaupun hanya kenal nama tapi tidak kenal wajah. Dan calon kedua adalah ibu Siti Sumarningsih, M.Lib atau dipanggil dengan bu Ining. Beliau adalah dosen penulis sewaktu kuliah di Universitas Yarsi.
Kedua orang calon tersebut penulis hubungi, dan Alhamdulillah keduanyapun merespon. Akhirnya, penulis pilih pak Yogi dengan pertimbangan bahwa beliau selain seorang pustakawan dan dosen ilmu perpustakaan, juga magister sain bidang perpustakaan, dengan konsentrasi bidang kearsipan. Kebetulan bidang tersebut sangat relevan dengan peminatan penulis.
Ditemui penulis pada hari Senin, 22 Februari 2010, pukul 8.30 pagi, di ruang dosen Fakultas Adab & Humaniora lantai 5, Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, beliau bercerita sepak terjangnya sebagai pustakawan dan tenaga pendidik. Kampus UIN Jakarta merupakan tempat tugas beliau yang baru, setelah delapan tahun lamanya bertugas di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bengkulu. Selama bertugas di Bengkulu, selain dikenal sebagai pustakawan, juga beliau juga aktif sebagai dosen di beberapa tempat, antara lain: dosen Jurusan Dakwah Prodi Komunikasi Penyiaran Islam STAIN Bengkulu, dosen Prodi Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Bengkulu, dosen Jurusan Office Management LP3I, dosen Jurusan Kesehatan Masyarakat STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu, dan guru Jurusan Bahasa SMAN 4 Bengkulu. Sebelum bertugas di Bengkulu, Pak Yogi, seorang pustakawan yang suka menyebut dirinya sebagai “pria panggilan” ini adalah dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra UI (sekarang FIB UI), dan Fakultas Teknologi Informasi Universitas Yarsi, serta pustakawan dan dokumentalis PPII PUSDIPI Masjid Istiqlal, Harian Umum Berita Buana dan Republika, serta Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi UI.



PERJALAN HIDUP PUSTAKAWAN
MUKMIN SUPRAYOGI



Masa KecilMukmin Suprayogi, panggilan sehari-hari Yogi, terlahir di Jakarta, 1 Maret 1962. Anak pertama dari Almarhum H. Muhammad Hadi Soemarno (pensiunan PNS), dan Hj. Siti Faridah (ibu rumah tangga).

Masa Pendidikan
1968 – 1974: TK & SD Dharma Bakti Jakarta
1974 – 1977: SMPN 60 Jakarta
1977 – 1981: SMAN 10 Jakarta
1985: FSUI (Sarjana Muda Sastra Cina)
1990: FSUI (Sarjana Ilmu Perpustakaan)
2001: FSUI (Magister Sain Kearsipan)

Perjalanan Profesi
Riwayat pekerjaan yang telah dijalani tidak jauh dari keahlian yang ditekuninya, yaitu bidang Ilmu Perpustakaan, Informasi, dan Kearsipan. Selain sebagai pustakawan, dosen, dan guru, ia juga pernah sebagai dokumentalis pada Harian Umum Berita Buana dan Republika. Secara runtut perjalanan kariernya tergambar dibawah ini :
Pustakawan Pusat Perpustakaan Islam Indonesia (PPII) Masjid Istiqlal, 1988 – 1990 (koord JIPI)
Pustakawan Lembaga Pers Dr. Sutomo, 1990 (pustakawan)
Pustakawan Harian Umum Berita Buana. 1990 – 1992 (dokumentalis)
Pustakawan Harian Umum Republika, 1993 – 1995 (Pjs. Kapusdok)
Pustakawan Lembaga Penyelidikan Ekonomi & Masyarakat (LPEM FEUI), 1995 – 1997 (Kabag PIPE, Pusat Informasi Perencanaan Ekonomi)
Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan FSUI, 1988 – 1990 dan 1992 - 2002
Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Yarsi, 1993 – 2002, 2010 - sekarang
Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan FISIP Universitas Bengkulu, 2002 – 2009
Dosen Prodi KPI Jurusan Dakwah STAIN Bengkulu, 2003 - 2009
Dosen Jurusan Kesmas STIKES Tri Mandiri Sakti (TMS) Bengkulu (2003 – 2009)
Dosen Jurusan Office Management LP3I Bengkulu, 2007 - 2009
Guru Bahasa Mandarin SMAN 4 Bengkulu, 2005 – 2009
Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Adab UIN Jakarta, 2009 - sekarang
Selama bertugas di Bengkulu, Yogi pernah ditugaskan sebagai:
• Staf Proyek Pembangunan STAIN Benkulu (2003)
• Kepala Lab Komputer STAIN Bengkulu (2003-2004)
• Ketua Penyusunan Laporan AKIP STAIN Bengkulu (2004)
• Kepala Unit Kearsipan STAIN Bengkulu (2008)
• Kordinator Mata Kuliah SIM Jurusan Kesmas STIKES TMS (2003 – 2009)
• Anggota Tim Penyusunan Borang Akreditasi Jurusan Ilmu Perpustakaan UNIB (2008)

Pengalaman Berkarir di Jakarta
Jurusan Ilmu Perpustakaan FSUI mulai dilirik Yogi ketika ia masih aktif kuliah pada Prodi Sastra China pada akhir tahun 1985, dengan mengikuti mata kuliah Pengantar Ilmu Perpustakaan (PIP) yang diasuh Prof. Sulistyo Basuki. Sebelum memasuki perkuliahan, ia sempat melamar kerja di Perpustakaan JIP FSUI, tapi saat itu Ibu Soma (almarhumah Lily K. Somadikarta, M.Sc), ia disuruh menghadap Ibu Luwarsih Pringgoadisuryo (almarhumah), akhirnya ia melakukan magang kerja di perpustakaan selama lebih kurang 5 bulan di PDIN LIPI (sekarang: PDII LIPI), dari bulan Oktober 1985 – Maret 1986. Dengan bekal mengikuti kuliah PIP dan pengalaman pertama magang perpustakaan di PDIN LIPI, ia dapat menyelesaikan kuliah di JIP FSUI.
Awal karirnya diawali sebagai dosen sebetulnya telah ia mulai sejak masih kuliah, tahun 1988, atas permintaan Prof. Sulistyo Basuki, untuk membantunya sebagai asistensi di Lab Komputer. Di bawah usulan dan dibawah bimbingan beliau pula, Yogi dapat menyelesaikan skripsinya tentang Jaringan Informasi Pengkajian Islam (JIPI) tahun 1990. Karirnya sebagai dosen sempat terhenti ketika ia lebih asyik bekerja sebagai pustakawan dan dokumentalis di Harian Umum Berita Buana dan Republika.
Kemudian ia kembali ke kampus pada tahun 1992 untuk melanjutkan karirnya sebagai dosen. Saat itu JIP FSUI dipimpin DR. Karmidi Martoatmodjo dan Sekjur DR. Zulfikar Zen, MA (Pak Zul). Selain di UI, tahun 1993 Yogi mulai aktif juga membantu Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Yarsi. Disamping berkarir sebagai dosen UI dan Yarsi yang ia tekuni sampai dengan tahun 2002, pengalaman teknis sebagai praktisi pustakawan ia jalani di beberapa lembaga, antara lain: PPII Masjid Istiqlal, LPDS Dr. Sutomo, HU Berita Buana, HU Republika, dan LPEM FEUI. Yogi berkeyakinan, profesi sebagai dosen perlu diimbangi dengan pengalaman teknis, karena profesi pustakawan adalah “technical oriented”. Jadi, dalam mengajar tidak cukup dengan mengandalkan “text book”, melainkan harus diwarnai dengan praktiknya di lapangan. Dengan demikian, mahasiswa diajak untuk berfikir, bahwa kepustakawanan tidak hanya sekedar mampu mahami buku secara teoritis, melainkan juga harus dapat memahami kondisi realitas di lapangan. Wawasan Yogi semakin luas tatkala dia bergabung di PPII Masjid Istiqlal dan LPEM FEUI. Ia merasa bangga pernah bekerja di dua tempat tersebut, karena didalamnya terdapat sejumlah tokoh nasional dan cendekiawan, seperti: Adi Sasono (bekas Menteri Koperasi), M. Dawam Rahardjo (cendekiawan muslim), Faisal Basri (pengamat ekonomi), Sri Mulyani Indrawati (menteri keuangan), dan sebagainya. Yang paling menarik adalah ketika ia bercerita tentang sosok Drs. Y. Sofyan (pak Yayan). Beliau adalah pustakawan yang alumni dari Jurusan Ilmu Perpustakaan UNINUS Bandung. Melalui kerja keras dan kerja cerdas Pak Yayan, ia berhasil merancang bangun sistem manajemen informasi perpustakaan Harian Umum Berita Buana dan berdirinya industri pers bernama Republika. Pak Yayan pernah menunjukkan kepada Yogi sebuah agenda yang didesain dengan sangat rapi, dengan tegas ia nyatakan bahwa tanggal 4 Januari 1993 akan lahir koran baru di republik ini bernama Republika. Dan, Yogi adalah saksi mata kelahiran pertama “bayi” Republika pada tanggal itu di salah satu percetakan di kawasan Pulo gadung.
Karirnya sebagai pustakawan berakhir pada awal tahun 1997, ketika ia harus memilih salah satu dari dua profesi yang disandangnya, pustakawan atau dosen. Ia memilih dosen, dengan harapan dapat diangkat sebagai PNS fungsional tenaga edukatif di lingkungan UI (Depdiknas). Tapi, Tuhan berkehendak lain, bertepatan dengan hari ulang tahunnya, 1 Maret 1999, ia diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (Capeg), dan ditempatkan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bengkulu. Atas kebijakan dari Ketua STAIN, ia boleh menyelesaikan kuliah magisterya di Jakarta. Setelah diwisuda pada pertengahan tahun 2001, ia sempat membimbing skripsi dua orang mahasiswa Universitas Yarsi. Kini keduanya telah lulus dan merupakan sarjana ilmu perpustakaan pertama yang dihasilkan dari Universitas Yarsi. Awal Pebruari 2002, ia meninggalkan kota kelahirannya untuk mengabdikan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan STAIN Bengkulu Departemen Agama RI.

Pengalaman Berkarir di Bengkulu
Banyak orang berkarier di bidang perpustakaan tapi malu menyebut dirinya sebagai Librarian, sebagai pustakawan. Namun, bagi seorang Yogi, ia justru bangga menyebut dirinya sebagai pustakwan ketimbang dosen. Dengan bekal dirinya sebagai seorang librarian, ia hijrah ke Bengkulu pada tahun 2002. Ia tinggalkan hiruk pikuknya kota Jakarta untuk memulai kehidupan yang serba baru, dimana kondisi alamnya masih terbebas dari segala macam polusi. Di Bengkulu inilah merupakan titik pertama kariernya sebagai PNS dengan STAIN Bengkulu sebagai unit kerjanya. Kiprah Yogi di Bengkulu sangat unik, dengan bekal ilmu perpustakaan yang dimilikinya, ia mampu menghadapi aneka ragam tantangan yang kiranya cukup menarik untuk disimak bagi para calon pustakawan.
Kiprahnya sebagai tenaga fungsional pustawan pratama hanya bertahan selama setahun (2002 – 2003). Terhitung mulai tahun 2003, ia mutasi ke tenaga pengajar, tahun berikutnya (2004) ia diangkat sebagai fungsonal edukatif dengan jabatan Asisten Ahli pada Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Jurusan Dakwah STAIN Bengkulu. Dua tahun kemudian (2006) pangkatnya naik menjadi lektor (III/c). Saat ini ia sedang mengurus kenaikan pangkat menjadi III/d. Unik memang, seorang dengan kualifikasi pendidikan yang sangat tidak paralel (Bahasa Mandarin dan ilmu perpustakaan) harus mengajar pada bidang lain yang penuh dengan nyuansa keagamaan (Prodi Komunikasi Penyiaran Islam), yang mana para mahasiswanya adalah calon-calon-calon ustad atau mubaligh, sedangkan dosennya bukan ustad. Hal ini tidak terlepas dari cara Yogi melobi kepada sejumlah pimpinan STAIN, yang pada akhirnya bermuara pada keputusan sidang Senat STAIN Bengkulu. Mula-mula ia harus menetapkan pilihan jurusan yang “paling cocok”, setidaknya yang mendekati dengan displin ilmu perpusakaan, yakni: Tarbiyah atau Syariah atau Dakwah. Yogi memilh Jurusan Dakwah dengan pertimbangan lebih dekat dengan disiplin ilmu perpustakaan ketimbang lainnya, karena perpustakaan mengajarkan tentang informasi, dan informasi itu harus dikomunikasikan kepada user. Demikian pula dengan Dakwah, ilmu ini mengajarkan seni menyampaikan pesan kepada umat tentang berbagai informasi keagamaan secara sistematis dengan menggunakan alat atau media, dan seterusnya. Mula-mula ia diserahi tugas mengajar mata kuliah kurikulum nasional, Ilmu Komunikasi, pada semester-semester berikutnya beban mata kuliah yang harus diampu semakin bertambah dan beragam, antara lain: Sistem Informasi Manajemen (SIM), Public Relation, Dasar-dasar Manajemen, Publisistik, Jurnalistik, Bahasa Inggris, Penulisan Feature dan Opini, dan Komunikasi Dakwah. Selain di STAIN Bengkulu, ia juga mengajar di STIKES TMS sebagai koordinator mata kuliah SIM Kesehatan. Sebagai koordinator, ia mengajar hanya 5 kali pertemuan, selebihnya diberikan kepada dosen lainnya yang berlatar belakang komputer dan manajemen kesehatan.
Disela-sela kesibukannya di STAIN dan STIKES TMS Bengkulu, ia masih konsisten untuk mengajar di bidang ilmunya sendiri pada tiga lembaga pendidikan, yakni UNIB, LP3I dan SMAN 4. Mata kuliah yang diserahkan oleh UNIB antar lain: SIM Perpustakaan, Sistem Jaringan Perpustakaan, Administrasi Perpustakaan, Manajemen Dokumen, dan Penulisan Karya Ilmiah dan Populer. Di LP3I ia hanya mengasuh mata kuliah Filing Management pada Jurusan Office Management, sedangkan di SMAN 4 ia mengajar mata pelajaran Bahasa Mandarin di Jurusan Bahasa. “laoshi” demikian panggilan murid-muridnya kepada Yogi, yang berarti guru. Bahasa Mandarin adalah ilmu “pamungkas” miliknya, setelah 20 tahun ia tinggalkan. Menurutnya, tawaran jadi guru diterima dengan alasan, karena ia merasa terpanggil, bahwa inilah saatnya untuk beramal jariah. Baginya, Bengkulu adalah ladang amaliyah sebagai bekal menghadap Sang Kuasa. Ia berkeyakinan, ilmu yang ia tebarkan itu akan menolong dirinya di akhirat kelak. Akhirnya, mukjizat Tuhan pun hadir, bulan November hingga Desember ia diikutsertakan sebagai salah satu peserta Diklat Bahasa Mandarin di Guangzhou, RRC.
Sekalipun sebregnya kegiatan yang pernah ia lakukan, dengan rendah hati ia menolak angapan orang lain bahwa dirinya pandai. Justru, karena merasa dirinya tidak pandai itulah, ia berusaha untuk menutupi kelemahannya. Caranya? ya berusaha untuk berlaku rajin. Dengan rajin, orang akan senang hati menerima kita apa adanya. Ia berpendapat, bila seorang ingin meraih sukses perlu memiliki siasat yang strategis. Yogi menawarkan konsep smile (suka, minat, informasi, level, elegant). Awal dari segalanya untuk meraih sukses seorang harus memiliki rasa suka. Dari rasa itu maka akan timbul minat untuk memperdalam bidang yang disukai itu. Dari hasil rasa suka dan minat itu maka seorang akan memperoleh informasi yang relevan dan ilmu yang bermanfaat. Ketika seorang telah berilmu, maka Tuhan pun akan mengangkat beberapa derajat (level) dibandingkan dengan lainnya. Level itu akan melekat terus pada diri seorang dengan penampilan yang sangat elegant. Jika perempuan dia akan tampil secara anggun, sedangkan laki-laki akan tampil berwibawa.
Saat ini, murid SMAnya tersebar di sejumlah perguruan tinggi, bahkan sudah ada yang berada di negara China untuk mengambil gelar Bachelor of Arts (BA) di bidang Chinese Teaching Program. Sebelum kembali ke Jakarta, ia meninggalkan prestasi cemerlang dan nama harum untuk SMAN 4, antara lain: dari 10 murid berprestasi tingkat Provinsi Bengkulu pada Jurusan Bahasa tahun lalu (2009), 6 orang berasal dari SMAN 4, mereka dapat hadiah motor dari Gubernur Bengkulu. Pada tahun 2009, Jurusan Bahasa SMAN 4 kembali meluluskan 100 persen.
Dari 12 orang muridnya, 5 orang diantaranya bahasa Mandarin ada memperoleh angka 10, dan paling rendah adalah 9. “Pak Yogi mengajar dengan hati”, demikian komentar Kepala Sekolah SMAN 4 kepada Yogi. Tampaknya ia akan dikenang selamanya sebagai pustakawan, dosen dan guru yang mengajarkan dengan hati. Menurutnya, hingga sekarang banyak murid dan mahasiswanya masih sering berkomunikasi lewat pesan singkat (SMS).
Di bidang non akademik, ia mengusulkan agar perlu diadakan pembenahan dokumen di lingkungan STAIN Bengkulu. Ada tiga alasan yang Yogi ajukan, yakni alasan informasi, alasan evidensi dan alasan akuntabilitas. Ia menyatakan, lokasi perpustakaan harus strategis yang dapat dijangkau dan terlihat oleh siapaun yang masuk ke dalam lingkungan kampus. Ini penting, untuk memperlihatkan kepada masyarakat (stake holder) bahwa STAIN Bengkulu berkeinginan menjadi lembaga pendidikan berkualitas, terutama ketika pejabat penilai baik pada tingkat inspektorat atau pun badan akreditasi datang meninjau STAIN Bengkulu. Dengan penjelasan ini akhirnya, Perpustakaan STAIN Bengkulu dibangun kembali gedung baru yang lebih representatif, terletak di tengah kampus dan lebih mewah ketimbang gedung rektorat. Dari komunikasi yang terbangun secara efetif, Yogi sempat diserahi beberapa tugas penting, antara lain: Ketua Pengadaan Lab Komputer, Kepala Lab Komputer, Tim Penyusunan Laporan AKIP, Staf Proyek Pembangunan, dan Kepala Unit Kearsipan.
Diantara jabatan yang pernah ia emban, yang paling berkesan adalah ketika dipercaya sebagai Tim Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) STAIN Bengkulu. Yogi menyatakan sangat berterima kasih kepada bu Anon Mirmani, M.Sc, karena beliau pernah memberi fotokopi buku tipis berjudul LAKIP. “Yogi, kamu baca buku ini, untuk melihat arsip apa saja yang tercipta dalam suatu lembaga, sehingga kamu dapat membuat analisis makro”, demikian pesan singkat bu Anon langsung kepadanya. Yogi tidak pernah membayangkan bakalan diserahi tugas penting sebagai tim penyusunan laporan AKIP. Yang lebih membanggakanya adalah ketika laporan yang ia susun (hampir 100%) itu, dinyatakan baik dan benar oleh Sekretariat Jenderal Depag RI, padahal sebelumnya ditolak dan dikembalikan. Ini menunjukkan bahwa ilmu perpustakaan dan kearsipan saling mendukung untuk melancarkan kinerja administratif. Kinerja yang juga didukung dengan pengalamannya ketika ia bergabung dengan organisasi NGO, seperti: PPII Masjid Istiqlal, yang jauh berbeda dengan kinerja PNS.

Kembali Ke Jakarta
Penulis teringat akan lagu Koes Plus, ke Jakarta akuu kan kembaliii…, begitu juga yang terjadi pada diri Yogi. Setelah sepak terjang dan kiprahnya memperkenalkan sosok pustakawan profesional dengan berbagai atribut yang melekat pada dirinya kepada masyarakat Bengkulu, pada pertengahan tahun 2009, tepatnya akhir bulan Juli 2009 ia kembali ke Jakarta (back to habitat), kembali ke kota kelahirannya. Ia berkumpul kembali bersama keluarganya, setelah tiga tahun lamanya berpisah dengan istri dan kedua anaknya. Ayah dari Muthia Fariza (murid SMAN 1 Jakpus) dan M. Faisal W. Aziz (murid SMPN 229 Jakbar) dimutasi dari Jurusan Dakwah ke Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sejak Semester Ganjil Tahun Akademik 2009/2010, ia sudah mulai mengajar untuk mata kuliah “Otomasi Perpustakaan” dan “Metodologi Penelitian”. Semester genap ini ia kembali ia diserahi tugas mengajar mata kuliah “Dasar-dasar Kearsipan”, “Seminar Pra Skripsi”, dan Jaringan Informasi”. Selain di UIN, suami dari Tian Tristianan Sri Handayani, SE ini juga diminta mengajar di Prodi Ilmu Perpustakaan Fakultas Teknologi Informasi Universitas Yarsi. Di kampus ini, ia mengajar “Perpustakaan Digital”.

Sebagai pendatang baru di UIN Jakarta, ia sedang berusaha menata diri untuk mewujudkan tekadnya untuk mengimbangi kemajuan dengan sahabat pustakawan. Ia tidak ingin mengejar ketertinggalan, karena, jika hanya sekedar mengejar ketertinggalan, maka kita tetap pada posisi tertinggal. Tapi, jika kita masuk ke dalam situasi kemajuan, maka yang kita peroleh adalah kemajuan. Sebagai langkah pertama, November 2009 ia masuk ke dalam sebuah komunitas bergengsi, Senayan yang disebut sebagai SDC (Senayan Developers Community). Awal Pebruari 2010, ia dengan Tim SDC pergi ke Bengkulu untuk memasang Senayan Open Source pada Perpustakaan Daerah Curup dan STAIN Curup. Pada semester ini, kembali ia diuji kemampuannya, Dekan Fakultaas Adab dan Humaniora UIN Jakarta menugaskannya untuk menyusun Proposal Pendirian Prodi Bahasa Mandarin. Jika ia berhasil merampungkan garapannya, maka ini adalah “proyek” pertama sebagai dosen UIN. Amin! Ia berkeinginan semua dosen Prodi Sastra Mandarin yang akan mengajar di UIN Jakarta adalah lulusan dari Republik Rakyat China. Kedepannya, ia akan melibatkan murid-muridnya yang dari Bengkulu untuk mengajar di UIN Jakarta. Hal ini sesuai dengan arah pengembangan UIN yang ingin menjadi “Research University” dan “world class university”.
Untuk mewujudkan itu, perlu visi dan misi yang jelas. Menurut Yogi, Visi adalah mimpinya sebuah lembaga. Untuk mengejar mimpi, maka perlu dijabarkan ke dalam misi. Misi terdiri dari dua elemen, yang bersifat substantf dan bersifat fasilitatif. Substatif adalah core business lembaga, meliputi: pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi (Penelitian, pengabdian dan pendidikan), sedangkan Misi bersifat fasilitatif, dimana lembaga harus menjang kelancaran roda organisasi sehinggi visi tercapai, meliputi: keuangan, kepegawaian, logistik, dan seterusnya.
Indikator keberhasilan seorang tenaga pendidik, manakala dosen menyaksikan “keberhasilan seorang dosen adalah bila anak didiknya melebihi dirinya sebagai tenaga pendidik”. Misalnya, seorang dosen berpendidikan S2 maka mahasiswanya kelak harus S3, bila seorang dosen berpendidikan S3 maka mahasiswanya kelak harus Professor. Bila seorang dosennya Professor, maka kebanggaan seorang tenaga pengajar. Oleh sebab itu tugas seorang tenaga pengajar adalah sebagai fasilitator, motivator, dan “provokator”. Sebutan yang terakhir tidak harus bernuansa negatif, ketika dosen mampu untuk memprovokasi mahasiswa agar jadi guru besar, itu adalah sah-sah saja!

Orang-orang Dibalik Keberhasilan
Keberhasilan seseorang itu tak luput dari peran orang-orang disekitar, baik itu peran kedua orangtua, keluarga (anak dan istri) serta guru dan dosen yang membimbing hingga berkemampuan berpengetahuan dan kawan sejawat tempat berdiskusi, saling knowledge sharing.
Demikian pula dengan Yogi, ia bisa demikian berkat bimbingan dan gemblengan guru-gurunya, baik secara langsung dan formal mengajar dirinya di klas, maupun yang informal. Sebut saja, nama orang pertama, Bapak Prof. Sulistyo Basuki, Ph.D, yang memberi kesempatan pertama dan pembuka pintu agar saya dapat berkenalan dengan dunia pendidikan. Menurutnya, Pak Sulis dengan caranya yang khas menyuruhnya masuk klas untuk membantu mengajar praktek mata kuliah komputerisasi bahan pustaka di Fasilkom UI Salemba. “Gi, ngajar” begitu perintahnya singkat, dan menurutnya, kata singkat itulah yang membekas hingga sekarang!
Orang kedua dan ketiga adalah Bapak DR. Zulfikar Zen, MA dan Bapak Drs. Y. Sofyan, MM. mereka yang membuka wawasan Yogi di bidang kepustakawanan Islam. Pak Zul yang memasukannya ke lingkungan Yarsi, Pak Yayan yang memperkenalkan Yogi tentang dunia NGO dengan segala problematikanya.
Orang keempat dan kelima Ibu Siti Sumarningsih, M.Lib dan ibu Anon Mirmani, M.Sc, yang selalu seiring sejalan dan tempat berdiskusi dalam pengembangan ilmu perpustakaan dan ilmu kearsipan.

Pandangannya Terhadap Organisasi Perpustakaan
Pustakawan menurut Yogi harus berperan aktif dan bersikap “percaya diri” baik di lingkungan masyarakat internal tempatnya bekerja, maupun lingkungan ekstenal. Pustakawan harus masuk ke dalam sistem dalam satu organisasi perpustakaan, dan tidak seperti kelapa dalam tempurung. Artinya, pustakawan tidak boleh hanya berjalan di tempat. Yogi prihatin dengan organisasi IPI yang tampaknya sedang disemprot habis oleh pihak-pihak yang antipati terhadap kepengurusan IPI. Lepas dari masalah yang dipersoalkan, apakah tidak sebaiknya yang pro dan kontra duduk semeja, untuk membicarakan IPI ke depan. IPI harus legowo, mungkin begitulah cara mereka mengungkapkan “sayang” kepada IPI, sedangkan yang “oposisi” segera menyadari, bahwa jadi outsider tidak akan menjadikan IPI kemudian berubah. Apakah benar, yang menghujat jauh lebih baik daripada yang dihujat, menurut Yogi, bila ingin memperbaiki IPI, maka siapapun orangnya harus masuk ke dalam sistem, agar suaranya terdengar dan segera menjadi pertimbangan organisasi. Bukan berteriak di dalam dunia maya!

Hasil KaryaMembuat tulisan kemudian diterbitkan pada salah satu jurnal ilmiah merupakan kesempurnaan profesionalisme. Yogi sadar betul, selama di Bengkulu ia larut dan tenggelam dalam berbagai aktivitas mengajar, sedangkan komunikasi formal yang dimuat dalam jurnal ilmiah jarang dilakukan. Oleh karenanya, ia bertekad untuk mengimbangi kemajuan, bukan lagi mengejar ketertinggalan. Hal ini ia buktikan, dengan tulisannya yang dimuat pada majalah bulanan Intisari edisi Januari 2010, berjudul “Perpustakaan dan Perjalanan Hidup Manusia”. Di bawah ini adalah cuplikannya:
Dimulai dari angka pertama, 000 (Umum) melambangkan bahwa manusia lahir dalam keadaan tidak tahu apa pun dan tidak mengenal siapapun. Oleh sebab itu, bayi yang baru lahir pasti menangis. Tangisan bayi adalah lambang perpindahan ‘lokasi’ dari alam rahim ke alam dunia. Pada saat berbahagia itu, ayah bunda dan seluruh keluarganya menyambutnya dengan senyum tulus, bahkan sangking bahagianya tak terasa air mata yang bening pun meleleh di pipi. Tak dapat dibayangkan, alangkah gelisahnya, bila sang jabang bayi yang baru saja melihat alam dunia, lahir dalam keadaan terdiam dan tersenyum, apalagi tertawa. Wah, pasti heboh, dan esoknya akan muncul berita di surat kabar dengan judul yang cukup sensasi “bayi brojol langsung senyum”. Kemudian rumah itu bakalan kedatangan tamu tak diundang, karena dianggapnya telah lahir bayi ajaib dan pasti membawa keberkahan!
Angka kedua, 100 (Filsafat) diibaratkan anak yang baru saja beranjak usia balita, dia mulai berkenalan dengan ayah bundanya, kakaknya, opa dan omanya, adik sepupunya, pakde, bude, dan seterusnya. Pada taraf pemikiran yang masih sederhana dia sudah mulai tahu, panasnya api, dinginnya es, sejuknya AC, dan seterusnya.
Angka ketiga, 200 (Agama), pada saat sang “belahan jiwa” sudah mulai berpikir, kepadanya tidak lupa diperkenalkan adanya Tuhan, sang Pencipta dunia dan seisinya. Sering kali kita saksikan, orang tua membawa “si kecil” ke tempat-tempat ibadah, seperti: masjid, gereja, vihara, candi, kuil, dan sebagainya.
Angka keempat, 300 (Ilmu Sosial), orang tuanya berusaha agar sang anak bisa kenalan dengan kawan sebayanya, maka walaupun masih balita, sang anak sudah mulai memasuki bangku pra-sekolah, seperti: play group, pendidikan anak usia dini (PAUD), dan sejenisnya. Dengan harapan sang anak memperoleh pengalaman bergaul dengan masyarakat yang lebih luas, dan tentu saja diharapkan memiliki kepekaan sosial terhadap lingkunganya.
Angka kelima, 400 (Bahasa), pada saat yang sama, seiring dengan perkembangan psikologis dan fisiknya, kemampuan bahasa sebagai modal pergaulan juga berjalan seimbang. Sang buah hati mulai dibekali aneka ragam bahasa sebagai alat komunikasi dengan lingkungannya, terutama yang berasal dari bahasa ibunya. Yang lahir dari budaya Jawa pasti akan pandai bicara dalam bahasa Jawa, demikian pula yang lahir di Papua pasti bisa ‘ngomong’ bahasa Papua. Yang paling mujur yang lahir di London atau China pasti fasih dan lancar berbahasa Inggris dan Mandarin (maksudnya, tidak perlu ikut kursus bahasa Inggris atau Mandarain). Dengan bekal bahasa, sang anak kemudian bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya secara lebih optimal dan intensif.
Angka keenam, 500 (Ilmu Murni), beranjak pada usia sekolah, berarti bekal kehidupan ke depan sudah mulai diberikan kepada si buah hati, yakni usia sekolah. Dia mulai berkenalan dengan ilmu-ilmu pengetahuan ‘murni’, seperti: matematika, bahasa, ilmu alam, dan sebagainya.
Angka ketujuh, 600 (Ilmu Terapan), beranjak ke usia remaja, tidak hanya sekedar ilmu-ilmu murni saja yang diperkenalkan, melainkan bagaimana ilmu itu dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, umpamanya, bagi seorang muslim tidak hanya tahu arti penting shalat, tapi bagaimana menjalankan shalat itu sendiri dengan baik di masjid. Yang Kristen tidak hanya pandai bernyanyi, tapi bagaimana suara merdu itu bisa bernilai ibadah di gereja, dan seterusnya.
Angka kedelapan, 700 (Kesenian), setelah memiliki ilmu pengetahuan yang semakin banyak, baik yang bersifat pure science, maupun yang applied science, ada pula yang punya minat terhadap keindahan. Kemampuan rasanya lebih tajam dan dominan atau terdapat keseimbangan antara akal dengan rasa, yakni antara kemampuan sains teknologi dengan cita rasa seni, seperti gemar melukis, bermain musik, fotografi, dan sejenisnya. Oleh sebab itu, tidak jarang seorang wartawan foto pada sebuah sebuah penerbitan pers yang berlatar belakang ilmu eksakta.
Angka kesembilan, 800 (Kesusasteraan), tidak hanya di bidang seni saja, ada juga yang berminat di dunia kesusastraan, tengok saja sastrawan terkenal seperti Taufik Ismail. Ketika dia membaca hasil karya sastranya, atau orang lain membaca puisinya, sulit dipercaya bahwa sebenarnya dia adalah seorang dokter hewan.
Angka kesepuluh, 900 (Biografi), akhir dari siklus perjalanan hidup manusia akan berakhir di batu nisan bertulisan “disini hamba Tuhan beristirahat dengan tenang”, “rest in peace”, “segalanya akan berpulang kepada Sang Pencipta”. Seperti kata pepatah “gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama”, demikian pula dalam siklus kehidupan kita. Jika, selama kita hidup dalam keadaan yang bermanfaat bagi lingkungan, maka kita akan dilepas oleh tangisan dan linangan air mata, dan dikenang sebagai manusia terpuji, sebaliknya bila sepanjang hidupnya selalu berprilaku onar dan selalu membuat keresahan di masyarakat, maka akan dilepas dengan kelegaan hati dan tesenyum senang. Mungkin, sambil tertawa-tawa ada yang berceloteh “syukurlah, si fulan tiada lagi, berarti kan, si biang kerok yang selalu bikin resah di kampung kita sudah gak ada lagi, kampung kita nyaman kembali”.
Pada intinya, tulisan Yogi mengajak kita merenung sejenak, sudah sampai sejauh mana kita melangkah untuk Tuhan dan lingkungan sekitar. Sudahkah kita menjadi manusia bermakna bagi orang lain? Untuk itu, mumpung masih diberi kesempatan, ia mengajak sama-sama untuk mengukir perjalanan hidup kita ke depan dengan catatan tinta emas. Biarkan orang lain tersenyum menyambut kehadiran kita di dunia, sedangkan kita menangis sejadi-jadinya, mungkin secara ‘naluriah’, sebagai simbol bahwa sang bayi suatu saat akan berhadapan dengan setumpuk masalah tentang dunia. Lalu, biarkan orang lain menangis ketika melepas kepergian kita, sementara senyuman senantiasa menghiasi wajah bersih kita, karena kita sedang dihibur oleh para malaikat dan bidadari utusan Tuhan untuk mengiringi langkah kita menghadap pada Sang Pencipta.

Lucien Febvre dan Marc Bloch

RINGKASAN BACAAN
BAB 2 Para Pendiri: Lucien Febvre dan Marc Bloch
Terjemahan Oleh: Djoko Marihandono


Di Perancis, decade 1920-an adalah dasawarsa gerakan sejarah jenis baru, yang dipimpin oleh dua guru besar Universitas Strasbourg, Marc Bloch dan Lucien Febvre. Jurnal mereka terbitkan, Annales d’histoire economique et sociale, mengkritik tajam sejarawan tradisional. Seperti halnya Lamprecht, Turner dan Robinson, maka Febvre dan Bloch juga menentang dominsi sejarah politik. Ambisi mereka ialah ingin mengganti sejarah politik dengan sejarah yang lebih luas dan lebih manusiawi, suatu sejarah yang berbicara tentang semua kegiatan manusia dan kurang berminat kepada penceritaan kejadian dibanding kepada analisis struktur, sebuah istilah yang sejak itu menjadi favorit para sejarawan Perancis, dengan julukan mazhab Annales.
Pelopor la nouvelle histoire

Sampai abad ke-19, penulisan sejarah di Perancis terfokus pada sejarah-sejarah politik atau sejarah-sejarah besar. Baru pada akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20 muncullah pendekatan penulisan sejarah baru (la nouvelle histoire). Tokoh pencetusnya yang terkemuka adalah Henri Berr (1863-1954). Dia mencoba membuat paradigma dan epistemologi sejarah yang baru. Tokoh lain yang mempelopori penulisan sejarah baru itu adalah Lucien Febvre (1878-1956) dan Marc Bloch (1866-1944). Belakangan dua orang inilah yang lebih dikenal sebagai pelopor la nouvelle histoire itu.
Febvre menyebut cara penulisan sejarahnya sebagai sejarah total (l’histoire totale) sementara Bloch menyebutnya sejarah menyeluruh (l’histoire intégrée). Pada tahun 1929 Febvre dan Bloch menerbitkan jurnal ilmiah La Revue Annales. Dari nama jurnal itulah, muncul aliran sejarah baru, yakni madzab Annales yang sampai hari ini masih berpengaruh di dunia. Kata “Annales” itu sendiri berarti sejarah atau catatan sejarah. Ciri utama madzab Annales adalah penulisan sejarah dari berbagai aspeknya dan yang terpenting tidak bertumpu pada peristiwa-peristiwa besar.

Minat Febvre dan Bloch

Febvre dan Bloch, meski berbeda minat dan perhatian, sama-sama menginginkan sejarawan belajar dari disiplin ilmu lain. Keduanya tertarik pada ilmu lingusitik dan juga membaca kajian-kajian tentang mentalitas primitive karya antropologiwan filsuf Lucien Levy-Bruhl.
Minat utama Febvre adalah geografi dan psikologi. Dalam hal teori psikologi, Febvre sejalan dengan rekannya, Charles Blondel, menolak teori Freud. Dia juga mempelajari antropo-geografi dari Ratzel, tetapi menolak paham determinismenya. Febvre lebih menyukai pendekatan kaum possibilis (serba mungkin) ahli geografi ternama Perancis, Vidal de La Blance, yang menitik beratkan pada dorongan lingkungan terhadap kemampuan berbuat manusia, bukan pada hambatan yang ditimbulkannya. Bloch lebih dekat kepada sosiologi Emile Durkheim dan kelompoknya.

Mazhab Les Annales Menurut Prof. Dr. Djoko Marihandono
Dalam buku Mazhab Annales 1929-1989 Revolusi Prancis, yang diterjemahkan oleh Prof. Djoko Marihandono, mengungkapkan betapa pentingnya pedekatan Les Annales dalam menganalisis kajian budaya. Madzhab Les Annales lahir sebagai bentuk kritik terhadap sejarah yang menggunakan paradigma Ranke atau disebut madzhab methodique yaitu suatu madzhab yang menulis sejarah hanya untuk tokoh-tokoh terkenal dan peristiwa-peristiwa penting. Menurut Madzhab Les Annales, melakukan penelitian itu tidak hanya pada orang-orang terkenal dan peristiwa-peristiwa penting saja tetapi terfokus pada seluruh lapisan masyarakat yang membentuk suatu struktur tertentu.
Oleh karena itu Les Annales menggunakan metodologi structural yang memandang manusia sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari struktur yang ditentukan baik dari posisi maupun dinamika kehidupannya. Oleh karena itu, mazhab Les Annales menggunakan pendekatan interdisipliner yaitu menggunakan ilmu bantu dari bidang ilmu lain untuk mempertajam analisis tentang perubahan struktur sehingga metodologi struktur menjadi kajian multidimensional dalam ilmu sejarah. Sampai sekarang, metodologi structural masih digunakan oleh para sejarawan untuk merekonstruksi peristiswa sejarah, khususnya yang menempatkan perubahan struktur masyarakat sebagai tema.
Komentar Pribadi

Untuk memahami pembahasan Les Annales yang diterjemahkan oleh bapak Progf. Dr. Djoko Marihandono, penulis mengambil beberapa sumber (1) dari seumber langsung Mazhab Annales 1929-1989 Revolusi Prancis, yang diterjemahkan oleh Prof. Djoko Marihandono. (2) dari internet http://www.scribd.com/doc/25415411/Sejarah-Sebagai-Kajian-Budaya yang di akses tanggal 28 April 2010 tentang Sejarah sebagai Kajian Budaya oleh Prof. Dr. Djoko Marinadono. Sehingga dapat memberi gambaran sebagai berikut:
Sejarah adalah cabang ilmu sosial yang unik dan spesifik dan dalam penulisannya: sesahih apa pun metodologi yang dimiliki, ia tetap sangat bergantung pada teks, literatur, produksi bahasa yang dihasilkan sebagai bahan penulisan sejarah, baik sumber primer maupun sumber sekunder.
Paradigma Annales menyelidiki tentang bagaimana sistem dari fungsi-fungsi sosial atau bagaimana keseluruhan dari fungsi-fungsi itu berkolaborasi dalam kurun waktu tertentu secara multi dimensi, yaitu : dimensi temporal, spasial, individual, sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya. Mazhab Annales menekankan pada pendekatan holistic, interdisiplin, structural serta berbagai perkembangan penulisan dengan pendekatan baru. Sehingga muncul tema-tema baru dalam penulisan sejarah seperti sejarah wanita, sejarah mentalitas dan lain sebagainya.
Ini menandakan bahwa para sejarawan Perancis ingin menampilkan nilai kebenaran sejarah melalui ketelitian metode berdasarkan empirisisme dan logika. Oleh sebab itu, fokus mereka tak lagi narasi organisasi kekuasaan, otoritas politik, dan relasi ekonomi sebagai sejarah makro, tetapi kepada serpihan-serpihan peristiwa sejarah sosial sebagai suatu sejarah mikro. Bisa dikatakan les Annales memberi kontribusi kepada perspektif baru ilmu sejarah dan merupakan sumber penggalian ide pemikiran pascamodernis pada dasawarsa 1960-an di Eropa maupun Amerika Serikat.

Knowledge Centre Universitas Tarumanegara







The Johannes Oentoro Library Universitas Pelita Harapan







Minggu, 25 April 2010

Referensi Perpustakaan Khusus

Kawan...
Ini hanya sekedar pengalaman..
Pengalaman keliling perpustakaan yang pernah kusinggahi..
Baik sendiri maupun sama sobat-sobatku..
Mungkin diantara kawan ada yang berminat..
Ini ada beberapa gambarannya..
Semoga bermanfaat, tq
1. Digital of Library of Al Qur'an
2. Perpustakaan Depag
3. Zoe, Zone of Edutainment Library Shop Cafe
4. Perpustakaan Masjid
5. Perpustakaan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

Jumat, 16 April 2010

Kisi-kisi pertanyaan kunjungan ke Knowledge Center

Kisi-kisi Pertanyaan Kunjungan ke Knowledge Center
Oleh Mufid
Mahasiswa S2 Ilmu Perputakaan Universitas Indonesia


I. Arus Pengetahuan

1. Fungsi dan kompetensi inti yang ada, dan yang diperlukan perpustakaan pada saat ini dan masa yang akan datang
2. Persepsi tentang berbagi pengetahuan di lingkungan unit kerja
3. Persepsi tentang pengetahuan di dalam organisasi perpustakaan
4. Keinginan untuk berkolaborasi di seluruh unit dalam organisasi perpustakaan dan keinginan untuk menerima tanggungjawab atas kegagalan
5. Staf selalu menemukan pengetahuan yang dibtuhkan secara tepat
6. Sistem reward (hadiah) bagi staf yang Menciptakan sumber-sumber pengetahuan
7. Frekwensi staf menciptakan prosedur terdokumentasikan dalam menjalan tugas
8. Frekwensi staf berbagai informasi dengan unit-unit lain secara formal.
9. Tantangan dalam berbagi informasi dengan orang yang berasal dari unit-unit lain

II. Sarana inventarisasi /penyimpanan pengetahuan secara fisik

10. Format penyimpanan pengetahuan yang digunakan di perpustakaan
11. Jumlah pengetahuan baru yang diciptakan oleh staf
12. Jumlah pengetahuan yang dikumpulkan dari sumber eksternal
13. Siapa pemilik dari berabagai ilmu pengetahuan yang ada
14. Penciptaan pengetahuan

III. Penyimpanan pengetahuan (modal manusia/human capital)

15. Penempatan staf sesuai dengan bidang keahliannya
16. Perencanaan pengembangan staff
17. Sistem manajemen sumberdaya manusia (SDM)
18. Prosedur mendapatkan pengetahuan ahli yang sudah pensiun
19. Perencanaan untuk berbagi pengetahuan ahli secara reguler
20. Pengembangan best practices yang memanfaatkan para ahli